JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM -- Indonesia kembali berduka atas kepergian putra terbaiknya. Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup pada masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, Nabiel Makarim, meninggal dunia pada usia 75 tahun, Jumat (22/10/2021) siang. Nabiel Makarim menjabat menteri negara lingkungan hidup pada kabinet Gotong Royong, sejak 2001 hingga 2004.
Innalillahi wa innailaihi rojiun
Telah berpulang ke Rahmatullah,
BPK. NABIEL MAKARIM, MPA, MSM
Ayahanda dari Lutfi Makarim (395)
Pada hari Jumat, 22 Oktober 2021, pukul 10.30 WIB.
Rencana pemakaman pada hari Sabtu, 23 Oktober 2021, pukul 09.00 WIB di Taman Makam Pahlawan, Kalibata. Semoga Almarhum berpulang dalam Husnul khotimah, dan Keluarga diberikan keikhlasan dalam melepas kepergiannya.
Aamiin YRA.
Demikian pesan singkat yang diterima redaksi beritalingkungan.com pada Jumat (23/10) pukul 17.02 WIB. Kabar duka juga dibenarkan oleh Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nunu Anugrah.
Dikutip dari berbagai sumber, Nabiel lahir di Solo, 9 November 1945. Ia menghabiskan masa sekolahnya, dari SD hingga SMA di kota Solo. Baru kemudian, hijrah ke Bandung untuk melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Nabiel dikenal sebagai mahasiswa berprestasi. Terbukti, saat mengenyam pendidikan di Bandung, ia terpilih mengikuti beasiswa pertukaran pelajar di Australia. Setelahnya, Nabiel melanjutkan pendidikan ke Harvard University, Amerika Serikat.
Sepulang dari AS, Nabiel kembali pada pengabdiannya di pemerintahan yang dirintisnya sejak 1990an. Ketika itu, Nabiel menduduki jabatan sebagai Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan atau BAPEDAL.
Ia kemudian dipercaya sebagai Asisten Menteri Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Di tahun 2001, Nabiel didapuk sebagai Menteri Lingkungan Hidup sampai 2004.
Tak hanya itu, di bidang akademik, Nabiel diketahui menjadi dosen di program magister Universitas Indonesia. Bidang ilmu yang ia ampu adalah Ekonomi Lingkungan. Dalam perihal negosiasi, Nabiel berperan antara lain di Basel Convention terkait pengaturan limbah berbahaya dan beracun di lintas internasional.
Semasa hidupnya, ia telah menghasilkan banyak karya tulis yang diterbitkan oleh beberapa instansi seperti Lemhanas, Sekretariat Negara, UNEP (United Nations Environment Programme) dan ADB (Asian Development Bank). Tulisannya yang lain juga dapat ditemui di sejumlah media massa tanah air.
Si Burung Phoenix Pencinta Lingkungan
Akibat kegigihannya, Nabiel mendapatkan julukan Si Burung Phoenix. Ia mendapat gelar itu, karena memiliki prinsip kesederhaan dan berguna bagi banyak orang. Sikap itu merujuk pada burung Phoenix (mitologi Yunani) yang setiap kali mati, dari abunya hidup lagi menjadi Phoenix yang baru.
Itu juga yang menyebabkan Nabiel tidak ingin hidup mewah, dan tak ingin menderita dalam kesengsaraan. "Asal cukup saja," ujarnya saat ditanya pewarta. Ia juga tipe manusia yang tidak mudah menyerah. Seperti burung Phoenix, ia ingin setiap orang melakukan yang terbaik. Itu ia buktikan melalui kariernya yang berliku, sebelum akhirnya dipercaya menjabat Menteri Lingkungan Hidup.
Bukti kesederhaan Nabiel bisa dilihat dari gayanya berpakaian. Ia tidak pernah memakai pakaian yang mahal. Bahkan sepatu yang ia kenakan saat diundang ke Istana, itu juga yang dipakai ketika berkunjung ke lokasi pembuangan sampah Bantar Gebang, Bekasi.
Sebelum menjadi menteri, suami dari Ainun Djariah itu sempat menjabat sebagai Anggota Komisi Pengawasan persaingan Usaha (KPPU), dan Direktur Eksekutif, Nusantara Lestari di Jakarta. (Jekson Simanjuntak)