GARUT, BERITALINGKUNGAN.COM- Kotoran sapi yang dibelakang rumah Toni di Desa Cihawuk, Kecamatan Kertasari, Bandung, Jawa Barat, tak hanya dimanfaatkan sebagai biogas, tapi ampasnya kotoran sapi digunakan sebagai pupuk organik cair yang disebut Bio-Slurry.
Bio slury yang diproduksi di Desa Cihauk, telah dimanfaatkan petani setempat sebagai pupuk semprot untuk berbagai jenis sayuran-sayuran, dengan komposisi campuran, 1 liter Bio-Slurry dicampur 10 liter air. “Bagus hasilnya asal kita tau cara campurnya,” kata Toni kepada Beritalingkungan.com.
Menurut salah seorang pendamping dari Yapeka, pupuk padat biasanya pupuk dasar kebun digemburin pakai pupuk padat ganti pupuk kandang.
Biasanya ada petani menggunakan kotoran hijau, namun hasilnya bagus karena si gas bisa mematikan tanaman, sehingga kotoran sapi yang bagus digunakan untuk pembuatan pupuk Bio-Slurry bukan hijau tapi agak hitam dan bau tidak terlalu menyengat.
Ditambahkan, pupuk organik Bio-Slurry tak hanya bermanfaat untuk menyuburkan tanaman dan mempercepat produksi, tapi juga bisa menangkal beberapa serangan hama penganggu tanaman.
Baik pembangunan instalasi biogas maupun pembuatan pupuk organik Bio-Slurry merupakan bagian dari program Conservation International Indonesia bersama mitra lokal lainnya yang pendanaanya berasal dari bantuan hibah dari Chevron Corporation di Amerika Serikat, sedangkan koordinasi untuk program ini dilaksanakan CI Indonesia bersama Chevron Pasific Indonesia (CPI) yang saat dimulai program ini, Chevron masih menjadi pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Darajat, Garut Jawa Barat.
Namun pada April 2017, PLTP Drajat diakusisi oleh Star Energy, perusahaan lokal Indonesia yang bergerak pada pengembangan energi baru dan terbarukan. (Marwan Azis)
Namun pada April 2017, PLTP Drajat diakusisi oleh Star Energy, perusahaan lokal Indonesia yang bergerak pada pengembangan energi baru dan terbarukan. (Marwan Azis)