Kabut asap di Bandara Mozes Kilangin. Foto : Papuakita.com
TIMIKA, BL- Kabut asap tak menyelemuti Sumatera dan Kalimantan, tapi juga Timika, Papua. Akibatnya Bandara Mozes Kilagin di Timika, Kabupaten Mimika, Papua terpaksa tutup dan tak melayani jalur penerbangannya sejak Rabu (14/10) lalu, akibat hingga Jumat (16/10).
Menurut laporan jurnalis Papuakita.com (Sindikasi Beritalingkungan.com), Bandara itu tertutup kabut asap kiriman dari wilayah selatan Papua, yakni dari Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mappi.
“Jarak pandang di sekitar bandara hanya 500 meter, padahal standar penerbangan menurut aturan Menteri Perhubungan jarak pandang minimal 1500 meter. Ini akibat pekatnya kabut asap yang menyelimuti Timika dan sekitarnya. Padahal sebelumnya jarak pandang lebih dari 2600 meter,” kata Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kabupaten Mimika, John Rettob, Jumat (16/10).
Menurut John, sampai saat ini cuaca di Timika seperti masih subuh. “Bisa dibayangkan bagaimana pekatnya asap saat ini. Asap sudah terlihat sejak minggu lalu, namu kepekatan asap baru terjadi tiga hari belakangan ini. Akibatnya, dua maskapai penerbangan reguler dari dan ke Timika tak dapat take off hingga hari ini,” katanya.
Sekadar diketahui, Bandara Mozes Kilangin diterbangi pesawat Garuda dan Sriwijaya dengan penumpang yang datang dan pergi berjumlah sekitar 400-500 orang. Pesawat lain pun, seperti milik Air Fast, atau pesawat berbadan kecil tak dapat masuk dan keluar dari bandara ini. “Bandara ini benar-benar diselimuti kabut asap dan tertutup bagi penerbangan," jelas John.
Menurut John, selain menganggu penerbangan di Mimika, kasub asap ini juga mengganggu pelayaran. Sebab saat ini, kapal juga dilarang keluar dan masuk dari Pelabuhan Timika. Sementara kapal yang sudah telanjur berada di laut, dipandu oleh petugas saat akan sandar di pelabuhan.
"Kabut asap ini diduga kiriman dari wilayah Papua bagian selatan. Karena saat ini musim angin tenggara, bertiup dari selatan menuju ke utara. Akibatnya wilayah Timika kena imbas, sedangkan di Merauke, udaranya tetap normal," jelas John.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura menyebutkan ada 131 titik api yang mengepung wilayah Papua. Paling parah terdapat di wilayah Papua bagian selatan yakni Merauke dan Mappi. Sementara wilayah lain yang dikepung asap di Paoua adalah Kabupaten Lanny Jaya, Jayawijaya dan Dogiyai.(Katharina Louvree/Papuakita.com)
Kondisi kabut asap di Palangka Raya, Kalteng. Foto : Fb Rumah Zakat.
PALANGKA RAYA, BL- Kabut asap kebakaran gambut yang menyelimuti Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah kian menggila. Dampaknya kondisi udara bertambah pekat bahkan terlihat kekuningan.
Jarak pandang dilaporkan hanya 50 meter sepanjang Jumat, 16 Oktober 2015. Berdasarkan data pemantau, kepekatan asap meningkat dari jam ke jam. Pada pukul 10.00 WIB, kepekatan menyentuh angka 2.483. Ambang batas berbahaya adalah 350. Artinya, kepekatan asap hari ini jauh di atas berbahaya.
Menurut petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Anton Budiono seperti dilansir Ekuatorial.com, mulai pukul 11.00 WIB kabut asap pekat menyelimuti Kota Palangka Raya. Bahkan konsentrasi PM10 (debu) mencapai 2.975 mikrogram per meter kubik. “Untuk cuaca, saat ini dikategorikan sangat berbahaya,” kata dia.
Anton mengatakan bahwa secara keseluruhan tidak ada angin yang berhembus di Kota Palangka Raya. Sementara itu, 80 persen titik panas masih berada di wilayah Pulang Pisau dan Kapuas, namun tidak terdeteksi oleh citra satelit akibat kabut asap yang tebal,” ungkap Anton.
Pemerintah Kalimantan Tengah memberlakukan tanggap darurat asap hingga 31 Oktober mendatang. (EC/DC)
Saat browsing di Youtube secara tak sengaja, redaksi Beritalingkungan.com menemukan video menarik yang menayangkan ikan yang bisa hidup di darat bahkan tanpa air, secara ilmiah ada yang menamainya Lungfish (Protopterus sp). Ikan ini bisa hibernasi bertahun-tahun darat.
Menurut sejumlah sumber, ikan mirip seperti ikan yang dikabarkan atau diceritakan dalam dalam ayat suci Alquran, terutama disurat Al Kahfi.
Bagaimana kisah ikan itu? berikut kisahnya, disampaikan netizen Luqman Hakim di Facebook: "Maka apabila mereka berdua sampai ke tempat pertemuan dua laut itu, lupalah mereka akan hal ikan mereka, lalu ikan itu menggelongsor menempuh jalannya di laut, yang merupakan lorong di bawah tanah. (61)
(Lihat ikan itu telah mengering, dan kena semula air, dan hidup, dan lihat ikan itu menggelungsur bawah tanah, dan menggelungsur meninggalkan bekas jalannya)
Kisah Musa dan Khidr dituturkan dalam Al-Qur'an dalam Surah Al-Kahf ayat 65-82.
Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Kaab, menceritakan, beliau mendengar Nabi Muhammad bersabda: "Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya, Siapakah orang yang paling berilmu?
Nabi Musa menjawab, "Aku". Lalu Allah SWT menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, "Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu".
Lantas Musa pun bertanya, "Wahai Tuhanku, dimanakah aku dapat menemuinya?". Allah pun berfirman, "Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu."
Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang saleh itu.
Di samping itu, Nabi Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah tersebut. Musa kemudian menunaikan perintah Allah itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun.
Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh.
Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah SWT membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut.
Yusya terpegun memperhatikan kebesaran Allah menghidupkan semula ikan yang telah mati itu. Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya tertidur dan ketika terjaga, beliau lupa untuk menceritakannya kepada Musa.
Mereka kemudian meneruskan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya, Nabi Musa berkata kepada Yusya` "Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." (Surah Al-Kahfi : 62)
Ibn `Abbas berkata, "Nabi Musa sebenarnya tidak merasa letih sehingga baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah supaya menemui hamba-Nya yang lebih berilmu itu."
Yusya berkata kepada Nabi Musa, "Tahukah guru bahwa ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam laut itu dengan cara yang amat aneh." (Surah Al-Kahfi : 63)
Musa segera teringat sesuatu, bahwa mereka sebenarnya sudah menemukan tempat pertemuan dengan hamba Allah yang sedang dicarinya tersebut. Kini, kedua-dua mereka berbalik arah untuk kembali ke tempat tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka sebelumnya, tempat bertemunya dua buah lautan.Musa berkata, "Itulah tempat yang kita cari. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula." (Surah Al-Kahfi : 64)
Setibanya mereka di tempat yang dituju, mereka melihat seorang hamba Allah yang berjubah putih bersih. Nabi Musa pun mengucapkan salam kepadanya.
Khidir menjawab salamnya dan bertanya, "Dari mana datangnya kesejahteraan di bumi yang tidak mempunyai kesejahteraan? Siapakah kamu" Jawab Musa, "Aku adalah Musa".
Khidir bertanya lagi, "Musa dari Bani Israil?" Nabi Musa menjawab, "Ya. Aku datang menemui tuan supaya tuan dapat mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada tuan." Khidir menegaskan, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku.@ (Surah Al-Kahfi : 67)
Wahai Musa, "sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebahagian daripada ilmu karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya."
Nabi Musa berkata, "Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun." (Surah Al-Kahfi : 69).
Dia (Khidir) selanjutnya mengingatkan, "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu." (Surah Al-Kahfi : 70). (Alquran/AnimalPlanet/Luqman Hakim/Youtube)
JAKARTA, BL- Enam unit pesawat terbang dan helicopter water bombing bantuan dari negara-negara sahabat terus melakukan pemadaman api di Sumatera Selatan.
Malaysia memberikan bantuan pesawat Bombardier Pelican CL415 dan helicopter Dolphin yang bertugas memandu (spotting) pemboman air dari udara. “Pesawat ini sangat efektif karena mampu mengambil air di sungai, danau dan laut secara cepat. Sekali terbang membawa 6.000 liter. Pada Kamis (15-10-2015) mampu menjatuhkan air sebanyak 26 kali di daerah Cengal, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan.” kata Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Sutopo mengungkapkan, Singapore mengirimkan 2 unit helicopter Chinook, dimana satu heli masih perbaikan karena mengalami rotor kerusakan. Sedangkan Australia mengirimkan 2 unit pesawat yaitu Hercules Bomber 32 yang mampu mengangkut 15.000 liter air dan pesawat TC690 Birddog 376 yang berfungsi spooting pemboman air.
Untuk mengoperasikan pesawat dan heli tersebut terdapat 104 personil asing terdiri dari 48 orang dari Singapore, 30 personil dari Malaysia, dan 26 personil dari Australia.
Sementara itu, Jepang akan memberikan bantuan bahan kimia (fire extinguisher berbentuk foam agent) sebanyak 3 ton. Pengiriman ke Palembang dilakukan dua kali yaitu 1,5 ton pada 17-10-2015 dan 1,5 ton pada 19-10-2015. JICA berencana akan menyerahkan kepada BNPB di Palembang pada 17-10-2015. Tim BNPB dan JICA sudah melakukan koordinasi. Rencana bahan kimia ini akan digunakan untuk water bombing dengan pesawat dari Indonesia. Malaysia keberatan menggunakan bahan kimia untuk water bombing. Untuk memadamkan api ini, Indonesia telah menggunakan bahan kimia yang ramah lingkungan sebanyak 60 ton.
Sutopo menambakan, hingga saat ini belum ada informasi lebih lanjut bantuan dari negara lain seperti Rusia, Tiongkok, Korea, dan Thailand yang sebelumnya menyatakan akan memberikan bantuan. Kementerian Luar Negeri masih terus menjajagi lebih lanjut bantuan tersebut. (Wan) -->
Pesawat pemadam yang digunakan untuk memadamkan api di hutan Indonesia. Foto:BBC.
PALEMBANG, BL- Japan International Cooperation Agency (JICA) memberikan bantuan 2.000 liter bahan baku untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
Bahan baku yang berupa busa atau foam tiba di bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang pada hari Sabtu (17/10). Produk busa dengan nama Miracle Alpa Plus ini terbungkus di dalam jergen dengan isi 20 liter.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bantuan yang telah dikirimkan baru 50 jrigen dan sisanya akan tiba Senin nanti (19/10). Bantuan JICA tersebut kemudian ditempatkan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan yang sekaligus sebagai Pos Komando Satuan Tugas Siaga Darurat Bencana Asap.
Miracle Foam dapat digunakan baik dengan air bersih atau air laut. Morita Holdings Corporation sebagai produsen Miracle Foam diklaim sebagai bahan yang ramah lingkungan. Foam tidak mengandung bahan beracun dan PFOS seperti hormon lingkungan dan logam berat. PFOS merupakan bahan yang mengandung senyawa organ fluoric yang di masa depan akan diatur dalam undang-undang yang berkenaan dengan larangan bahan kimia penelitian dan pabrikasi. Bahan ini dapat terurai lebih baik daripada bahan busa lainnya.
Busa yang memiliki tanggal kadaluwarsa 4 tahun ini merupakan cairan bertekanan rendah, hanya digunakan dengan 1% perbandingan campuran dengan air bersih atau laut.
“JICA telah memberikan dukungan dalam pemadaman kebakaran hutan dan lahan gambut selama 20 tahun. Kami mengharapkan bantuan ini dapat memberikan kontribusi dalam pemadaman yang dipimpin oleh BNPB”, kata Ando Naoki, Kepala Perwakilan JICA Indonesia.
Direktur Bantuan Darurat BNPB Eko Budiman menerima secara simbolis bantuan Jepang dari JICA pada Sabtu (17/10) di Posko Satuan Tugas Siaga Darurat Bencana Asap. Terkait dengan bantuan busa Miracle Foam Plus, JICA juga mengirimkan dan menempatkan seorang ahli Moritaka Kiyoshi untuk menjelaskan penggunaan bahan baku busa tersebut.
Kabut asap di Palangka Raya, Kalimantan Tengah kemarin (16/10).
Kabut asap yang berasal dari kebakaran lahan gambut terus menyelimuti sejumlah daerah di Indonesia hingga ke negara-negara tetangga. Untuk mengatasinya, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan pencabutan izin konsesi perusahaan-perusahaan yang kedapatan membakar hutan dan lahan. Namun, hal krusial penyebab kebakaran yang luput dari perhatian ialah korupsi.
Pada September 2014, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Gubernur Riau, Annas Maamun, setelah pria berusia 72 tahun itu menerima uang suap dari pengusaha sawit.
Sebuah video penangkapan Annas memperlihatkan pria tersebut duduk dengan canggung di antara tumpukan uang kertas.
“Apakah uang ini milik Anda?” tanya petugas KPK. ”Ya,” jawab Annas. ”Dari mana Anda memperolehnya?” tanya sang petugas KPK lagi. “Bonus Tahun Baru,” kata Annas.
Ketika kasus Annas Maamun digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Bandung, jawaban tersebut tidak dipercaya hakim. Annas pun dijatuhi hukuman penjara selama enam tahun, pada Juni lalu.
Dalam rangkaian sidang, terungkap bahwa uang yang diperoleh Annas berasal dari pebisnis sawit, Gulat Medali Emas Manurung, yang kala itu merupakan Kepala Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia cabang Riau.
Uang dari Gulat dimaksudkan agar Annas mengalih fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan sawit di Kabupaten Kuantan Singingi seluas 1.188 hektare dan di Kabupaten Rokan Hilir seluas 1.214 hektare.
Terjerumusnya seorang kepala daerah di Riau akibat penerbitan izin pemanfaatan hutan bukan saja menimpa Annas.
Mantan Gubernur Riau, Rusli Zainal, dihukum 14 tahun penjara lantaran terbukti menyalahgunakan wewenang dalam penerbitan izin usaha pemanfaatan hutan.
Lahan gambut
Membuka lahan gambut yang memiliki ketebalan lebih dari tiga meter sejatinya ilegal, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No 71 tahun 2014 tentang perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut.
Kemudian melalui moratorium yang diberlakukan pada 2011 dan diperpanjang tahun ini, konsesi-konsesi baru tidak boleh diberikan pada hutan utama dan lahan gambut.
Salah satu penyebab mengapa lahan gambut—khususnya yang memiliki ketebalan lebih dari tiga meter—dilarang untuk dibuka untuk ditanami tanaman kebun, semisal sawit dan pohon akasia, ialah karena lahan tersebut rawan mengalami kebakaran.
Jika aturan itu tidak dihiraukan dan lahan gambut tetap dibakar, upaya memadamkannya menjadi teramat sulit. Itulah yang terjadi selama ini.
“Perusahaan-perusahaan mendapatkan lahan karena mereka menyuap pejabat-pejabat,” kata pegiat lingkungan asal Riau, Made Ali.
“Kabut asap menunjukkan dampak korupsi pada sektor kehutanan.”
Made Ali, ketua Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari), menggambarkan Annas Maamun sebagai diktator mini yang memberikan izin kehutanan kepada siapapun yang membayar. Jika ada yang menentang dan bersikap kritis, dia tak segan memberangusnya.
Korupsi kehutanan
Awal tahun ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), memulai langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya, yaitu investigasi korupsi di sektor kehutanan.
“Penyimpangan pengelolaan sumber daya kita tidak hanya menyebabkan negara kehilangan banyak uang, tapi juga memiliki imbas sosial yang harus dibayar publik setiap tahun dengan menghirup asap beracun,” kata John Budi, Pelaksana tugas (Plt) Wakil Ketua KPK.
Sektor kehutanan menjadi sumber korupsi besar-besaran. Tatkala mantan presiden Suharto berkuasa, dia memberikan konsesi-konsesi kepada teman dan rekannya sebagai ganti sokongan politik yang mereka berikan.
Namun, saat kekuasaan selama satu dasawarsa terakhir turun dari pemerintahan pusat ke tingkat daerah, korupsi bukannya berhenti. Sebaliknya, menurut pengamat, korupsi menjadi lebih menyebar.
Herry Purnomo, peneliti lembaga Center for International Forestry Research (CIFOR), menyebutkan dalam laporannya bulan lalu bahwa kepala daerah mendapat uang suap dalam jumlah besar dari perusahaan-perusahaan perkebunan yang memerlukan izin usaha. Dia menemukan bahwa lahan kerap sengaja dibakar demi mengklaim kepemilikan.
“Banyak pihak mendapat untung besar dari kebakaran,” kata Purnomo.
Pada saat Jokowi mengunjungi Riau, November 2014 lalu, dia mengatakan, “Tiada solusi baru pada masalah ini karena semua orang memahami apa yang harus dilakukan. Ini soal apakah kita mau menyelesaikan masalah ini.”
Akan tetapi, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya, mengatakan kepada BBC bahwa dia tidak bisa mengendalikan gubernur-gubernur.
“Saya menyadari kita perlu mendorong para gubernur untuk menjadi lebih waspada dan mengantisipasi, tapi itu tidak mudah. Ada masalah dengan koordinasi,” katanya.
Peta konsesi
Ada pula masalah dengan izin penggunaan lahan yang tumpang tindih. Di Riau, misalnya, sulit untuk mengetahui secara persis letak lahan konsesi satu perusahaan dengan yang lain. Akibatnya, batas-batas hutan lindung menjadi tidak jelas.
“Jika Presiden ingin menghentikan kebakaran hutan dan lahan, pemerintahannya harus menerbitkan peta konsesi,” sebut organisasi Greenpeace Indonesia dalam laporannya bulan lalu.
Pengalaman M Nur, penduduk Desa Sempung, Provinsi Riau, membuktikan mengapa pembuatan peta konsesi ialah keperluan mendesak. Suatu hari, pria berusia 60 tahun yang sehari-hari memanen kayu rotan dari hutan gambut dekat rumahnya itu menyaksikan hutan di sekeliling rumahnya ditebang oleh perusahaan kertas. Kejadian itu berlangsung tiba-tiba, tanpa peringatan sedikit pun.
“Saya tidak tahu banyak. Namun, dari yang saya lihat ialah jika perusahaan diberikan satu inci, mereka akan ambil dua inci. Itulah yang terjadi sampai semuanya nyaris habis,” ujarnya.
“Saya merasa sedih. Ke mana hewan-hewan akan pergi? Lalu bagaimana nasib anak cucu kita? Dengan situasi yang terjadi saat ini, mereka tidak akan menerima apa-apa.”
JAYAPURA, BL- Masalah kabut asap kini melebar ke wilayah bagian Timur Indonesia, saat ini wilayah Papua dikepung sebanyak 131 titik api.
“Selain akibat pembakaran lahan oleh warga di beberapa kabupaten di Papua, tapi juga akibat musim kemarau panjang dan pengaruh El Nino,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatiologi dan GeofisikaWilayah V Jayapura, Zem Padamma, kemarin seperti dilansir Papuakita.com (Sindikasi Beritalingkungan.com).
Zem mengatakan, titik api yang paling banyak dijumpai di wilayah Papua bagian selatan, yakni di Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mappi. “Titik di Merauke menyebar di Ilwayab 6 titik api, Kimaam 10 titik api, Kaptel 1 titik api, Kurik 1 titik apu, Muting 10 titik api, Naukenjera 3 titik api, Ngguti 1 titik api, Okaba 11 titik api, Sota 3 titik api, Tabonji 33 titik api, Tanah Miring 4 titik api, Tubang 9 titik api, Ulilin 6 titik api, Waan 7 titik api dan Yamoneri 2 titik api,” katanya.
Selain itu, kata Zem, di Papua bagian selatan lain juga terdapat 13 titik api, yakni di wilayah Kabupaten Dogiyai yakni di Bamgi ada 10 titik api dan di Nambionan Bapai ada 3 titik api. Lalu, ada juga 8 titik api menyebar di Distrik Kamuu, Kamuu Timur dan Piyaiye. “Di wilayah pegunungan tengah Papua ada dua titik api yakni di Maima, Kabupaten Jayawijaya dan Malagaineri di Kabupaten Lanny Jaya,” katanya.
Titik-titik api ini akibat pembakaran lahan yang diduga dilakukan dengan sengaja warga setempat untuk mendapatkan lahan perkebunan, terutama untuk pembukaan lahan baru. “Juga musim kemarau memudahkan terjadi kebakaran dan kini musim angin tenggara, khususnya Merauke, rawan kebakaran. Tapi kabut asap ini masih tergolong normal, sebab masih ada hujan turun di daerah titik api ini,” katanya. *** (Katharina Louvree/Papuakita.com)
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya.
JAKARTA, BL- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) hari ini merilis 10 entitas perusahaan yang dikenai sanksi karena dianggap terlibat dalam kasus pembakaran lahan dan hutan di Sumatera dan Kalimantan.
Berdasarkan data KLHK, areal kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) tahun 2015 ini telah mencapai sekitar 1,7 juta hektar. Dari luasan tersebut diindikasiberada di413 entitas perusahaan.
“Hingga hari ini dari 413 entitas, 34 lokasi telah diverifikasi yang kemudian diklasifikasi dan diklarifikasi oleh 61 Tim Satgas khusus Pengawasan Kebakaran Lahan dan Hutan, sehingga akhirnya 27 entitas telah dibuatkan Berita Acara Pemeriksaaan (BAP).”kataMenteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya melalui siaran persnya yang diterima Beritalingkungan.com (19/10/2015).
Sebelumnya pada tanggal 22 September 2015, Sekjen KLHK, Bambang Hendroyono, telah mengumumkan bahwa Kementerian LHK telah membekukan izin 3 perusahaan perkebunan dan mencabut 1 izin perusahaan hutan (HPH/HTI) karena terbukti melakukan pembakaran hutan di Sumatera Selatan dan Riau.
Sebagai lanjutan pengumuman oleh Sekjen tersebut, telah diperoleh perkembangan hasil dari tim satgas khusus Pengawasan Kebakaran Lahan dan Hutan bahwa terdapat 10entitas baru yang izinnyaPaksaan Pemerintah,dibekukan dan dicabut, yaitu:
I.Empat entitas Paksaan Pemerintah (terdiri dari 2 perkebunan dan 2 HPH/HTI) dengan rincian sbb.:
No.
Inisial Nama Perusahaan
Jenis Usaha
Lokasi
1
PT. BSS
Perkebunan
Provinsi Kalimantan Barat
2
PT. KU
Perkebunan
Provinsi Jambi
3
PT. IHM
HTI
Provinsi Kalimantan Timur
4
PT. WS
HTI
Provinsi Jambi
II.Empat entitas Pembekuan Izin (terdiri dari 3 HPH/HTI dan 1 Perkebunan), dengan rincian sbb.:
No.
Inisial Nama Perusahaan
Jenis Usaha
Lokasi
1
PT. SBAWI
HTI
Provinsi Sumatera Selatan
2
PT. PBP
HPH
Provinsi Jambi
3
PT. DML
HPH
Provinsi Kalimantan Timur
4
PT. RPM
Perkebunan
Provinsi Sumatera Selatan
III. Dua entitas Pencabutan Izin (terdiri dari HPH/HTI), dengan rincian sbb.
No.
Inisial Nama Perusahaan
Jenis Usaha
Lokasi
1
PT. MAS
HTI
Provinsi Kalimantan Barat
2
PT. DHL
HTI
Provinsi Jambi
Rasio Rido Sani, Dirjen Penegakan Hukum Kementerian LHK mengatakan,untuk proses pidana sedang dilakukan oleh PPNS KLHK penyelidikan terhadap 26 entitas, termasuk 18 perusahaan telah ditingkatkan ke penyidikan.
“Hingga hari ini, Total perusahaan yang sudah dikenakan Sanksi oleh KLHK mencapai 14 perusahaan. Disamping dikenakan sanksi paksaan, pembekuan dan pencabutan izin. Area perusahaan yang terbakar diambil oleh negara."tambahnya. (Wan).
Kabut tipis yang menutupi langit Jakarta (26/10/2015). Foto : Marwan/Beritalingkungan.com
JAKARTA, BL- Langit Jakarta kembali tertutup asap tipis dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan. Pada Jumat (23-10-2015), asap dari Sumatera dan Kalimantan telah menutup Jakarta bagian utara. Begitu pula pada Sabtu dan Minggu, wilayah Jakarta juga tertutup asap tipis. Sebaran asap sangat dipengaruhi oleh arah angin.
Pada Senin (26-10_2015), kembali langit Jakarta tertutup asap tipis. Pantauan satelit Himawari dari analisis BMKG pada pukul 12.30 Wib, menunjukkan bahwa asap tipis menutup Jakarta, bahkan daerah Banten, Jawa Barat, dan Jateng bagian barat. “Asap tipis ini berada pada ketinggian sekitar 3.000 meter. Sebagian besar asap berasal dari Kalimantan yang terbawa angin ke arah Barat daya dan sebagian ada yang ke selatan.”kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dikatakan, asap yang menyelimuti Jakarta dan sekitarnya tipis. Konsentrasi dan ukuran partikel sangat kecil sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan. Sifatnya yang sesaat tidak akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat.
“Jadi tidak berbahaya. Masyarakat tidak perlu resah. Asap kendaraan bermotor dan polusi udara di Jakarta yang lebih berbahaya.”ujarnya.
Seraya menambahkan, adanya arah angin dari baratan pada ketinggian 850 mb atau sekitar 3.000 meter menunjukkan bahwa indikasi pergerakan massa udara dari barat ke timur yang membawa uap air yang lebih basah di wilayah Indonesia. Hal ini. tentu menguntungkan bagi upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
BMKG memprediksikan pada 28-30 Oktober 2015 peluang hujan di Sumatera dan Kalimantan akan mulai banyak. Hujan buatan akan diintensifikan pada saat tersedia awan-awan potensial di atmosfer. (Wan) -->
PALANGKA RAYA, BL- Kader-kader PKS di Kalimantan Tengah terus melakukan advokasi dan evakuasi warga yang menjadi korban musibah kabut asap. Hari ini, Gerakan Nasional Tanggap Asap (#GentaPKS) Kalteng mengevakuasi 11 balita dan 6 lansia ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
“Untuk hari ini PKS mengevakuasi 11 balita beserta 6 orang tua yang rentan kesehatan ke Banjarmasin dan ini merupakan tahap yang kedua kita melakukan evakuasi," ujar Ketua Umum DPW PKS Kalteng, Heru Hidayat melalui keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com, Senin (26/10/2015).
Heru mengatakan, sebelumnya kita juga sudah melakukan evakuasi warga pada hari Jumat (23/10) lalu dan sudah berkoordinasi dengan DPW PKS Kalsel untuk menyiapkan fasilitas pelayanan. Evakuasi dilakukan dengan menggunakan mini bus yang disiapkan Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kota Palangka Raya.
Menurut Heru, dalam program #GentaPKS, DPW PKS Kalteng memfasilitasi masyarakat yang ingin dievakuasi atau untuk mengamankan kesehatan dirinya.
“Kegiatan evakuasi ini dilakukan secara gratis karena ini bentuk aksi kemanusiaan,” tutur mantan anggota DPRD Kalteng periode 2009-2014 ini.
Selain melakukan evakuasi, PKS juga menyiapkan rumah singgah yang dilengkapi dengan fasilitas oksigen. Rumah singgah tersebut berada di DPW PKS Kalteng, Wisma MH Tamrin dan Sahabat Alam. (Marwan) -->
KORBAN KABUT ASAP – Deva, seorang balita yang baru berusia empat tahun, terpaksa dilarikan oleh orangtuanya ke rumah singgah di Jalan Rajawai VI, Palangka Raya, Kalteng, bayi tersebut mengalami kesulitan pernapasan karena diduga menderita saluran pernapasan akut akibat kabut asap yang semakin pekat (20/10). Foto : Adi Wibobo/PalangkaPost.
JAKARTA, BL- Operasi kemanusiaan bagi masyarakat yang terpapar asap pekat di Sumatera dan Kalimantan terus dilakukan. Penderita ISPA mencapai 505.527 jiwa sejak Juli hingga sekarang.
Hal tersebut disampaikan Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepada Beritalingkungan.com. Diungkapkan, beberapa Pemda telah membangun rumah singgah atau tempat evakuasi di gedung-gedung Pemda, seperti Kota Pekanbaru, Palangkaraya, Bengkalis, Palembangan, Katingan dll. Beberapa NGO dan relawan juga mendirikan rumah singgah yang dilengkapi pembersih udara, pelayanan kesehatan, obat-obatan, tenaga medis.
Sebagian masyarakat berkunjung ke rumah singgah tersebut. Namun secara umum sebagian besar masyarakat belum bersedia berkunjung. Alasannya karena jauh, merasa tetap nyaman di rumahnya, harus tetap bekerja dan melakukan kegiatan rutin. Ini adalah salah satu ciri khas masyarakat kita yang memiliki keterikatan terhadap tempat tinggalnya (place attachment). Masyarakat enggan untuk dievakuasi ke tempat yang lebih jauh dengan berbagai alasan. Inginnya evakuasi di tempat yang dekat rumah. Tetap berdekatan dengan kerabat dan tetangganya. Sangat sosiologis hal ini.
"Untuk itu penetapan lokasi evakuasi, diupayakan yang berdekatan dengan tempat tinggalnya. Evakuasi ke kota atau daerah lain merupakan pilihan terakhir. Tabung oksigen dan penyaring udara sedang diperbanyak."ujarnya.
Seraya menambahkan, TNI AL mengalokasikan 11 KRI termasuk 1 Kapal RS. KRI Banda Aceh, KRI Teluk Jakarta dan KRI Dr. Suharso sudah berada di Banjarmasin. Pelni juga menyiapkan 2 Kapal yg sewaktu-waktu dpt digerakkan. Penggunaan kapal ini untuk kondisi yang sifatnya ekstrem yaitu dievakuasi ke tempat lain atau ditempatkan di ruang-ruang di kapal.
"Saat ini masih dilakukan pendataan jumlah rumah singgah yang ada. BNPB mengirimkan 450 velbed dan tabung gas untuk mendukung rumah singgah."jelasnya. (Marwan)
JAKARTA, BL- LSM lingkungan termasuk Greenpeace bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada hari Jumat lalu untuk mendiskusikan mengenai solusi atas krisis kebakaran lahan gambut dan hutan.
Usai pertemuan tersebut, Presiden Jokowi mengadakan rapat kabinet terbatas dan mengeluarkan pernyataan bahwa tidak Ada Lagi Izin Baru Kelola Gambut.
Longgena Ginting dari Greenpeace Indonesia, yang menghadiri pertemuan di Istana tersebut menyatakan, Indonesia sedang berada dalam status genting karena kebakaran yang terjadi dari Papua hingga Sumatera. Keputusan Presiden untuk mengatasi kebakaran dengan melindungi hutan dan lahan gambut serta menegakkan hukum adalah langkah yang baik.
Sekarang perusahaan-perusahaan minyak kelapa sawit dan bubur kertas, yang telah lebih dari satu dekade melakukan penghancuran hutan dan lahan gambut hingga menyebabkan kebakaran hari ini, harus mengatasi masalah ini. Perusahaan-perusahaan tersebut harus bekerja untuk mengatasi kebakaran secepatnya, membangun sekat bakar untuk mengantisipasi kebakaran serta menutupi (tabat) kanal-kanal yang selama ini digunakan untuk mengeringkan lahan gambu. Hal ini harus menjadi prioritas hingga krisis ini berhasil ditangani.”
Menurut Longgena Ginting, rakyat Indonesia berhak untuk tahu atas apa yang sedang terjadi di lapangan. Perusahaan-perusahaan harus transparan dan mendukung usulan Presiden One Map (Peta Tunggal) dengan mengeluarkan peta semua konsesi supplier atau anak perusahaan paling lambat pada akhir Oktober.
Pemerintah seharusnya mengeluarkan peta yang sudah dimiliki dan menyebutkan serta mempermalukan perusahaan-perusahaan yang menolak untuk mengumumkan peta mereka sendiri. Seraya menambahkan, rakyat Indonesia seharusnya tidak perlu mengalami krisis asap lagi tahun depan. Harus ada moratorium secepatnya atas pembukaan hutan dan lahan gambut.
“Mulai dari sekarang, harus ada kesepakatan mutlak apabila ada perusahaan yang mengancam lingkungan dengan membuka hutan dan gambut tidak akan dapat menjual yang telah mereka dihasilkan. Perusahaan-perusahaan yang tidak menghiraukan peringatan dan tetap lanjut menghancurkan hutan dan lahan gambut harus bertanggungjawab atas kebakaran hutan dan bencana asap.”ujarnya.(Wan). -->
WASHINGTON DC, BL- Kunjungan Presiden Jokowi ke Amerika Serikat yang menuai kritik keras dari para nitizen di social media, akhirnya dipersingkat oleh mantan Gubernur DKI itu.
"Saya putuskan mempersingkat kunjungan saya ke Amerika dan segera kembali ke tanah air," tulis Jokowi melalui akun twitternya @Jokowi (26/10).
Presiden Jokowi mengaku selalu mendapat laporan berkala bahwa kondisi kepekatan dan penyebaran asap meningkat di beberapa daerah. "Terbayang penderitaan anak-anak maupun orangtua yang terpapar asap,"ujarnya melalui jejaring social twitter @Jokowi.
Kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi yang pertama kalinya di Negeri Paman Sam ini, awalnya direncanakan selama empat hari, dari tanggal 25 hingga 29 Oktober, dia akan menyambangi Washington D.C. dan Silicon Valley, San Fransisco.
Namun kunjungan Presiden Jokowi ke Silicon Valley, San Fransisco dipastikan batal karena harus pulang untuk meninjau langsung penanggulangan bencana asap. Jokowi menugaskan Menkominfo Rudiantara dan beberapa menteri lainnya untuk menemui bos Google, Facebook dan Apple.
"Untuk ke West Coast berkaitan kerjasama teknologi informasi dan ekonomi kreatif, saya tugaskan Menkominfo, Mendag, kepala BKPM, kepala Badan Ekonomi Kreatif meneruskan ke West Coast untuk bertemu dengan CEO di sana," ujar Jokowi dalam jumpa pers di Blair House, Washington DC pukul 10.30 waktu setempat atau 21.30 WIB, Senin (26/10/2015) seperti dilansir detikdotcom.
Rencananya pertemuan dengan bos Google, Facebook dan Apple digelar Rabu (28/10). Namun Jokowi kembali ke tanah air Selasa (27/10). Jokowi rencananya akan meninjau penanganan kabut asap di Sumsel dan Kalteng.
Namun sebelum bertolak ke tanah air, Jokowi akan menemui Presiden Obama di Gedung Putih.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebaran asap dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan telah menyebar luas bahkan sudah sampai di ibu kota Jakarta. Pantauan satelit Himawari dari analisis BMKG pada pukul 12.30 Wib (26/10), menunjukkan bahwa asap tipis menutup Jakarta, bahkan daerah Banten, Jawa Barat, dan Jateng bagian barat. Bahkan sebagian wilayah Kalimantan dan Sumatera, warga terpaksa dievakuasi ke daerah yang dinilai aman dari paparan kabut asap. (Marwan).
Suasana shalat Istisqa di Pekanbaru (27/10). Foto : Icoet Mannessa
PEKANBARU, BL- Shalat Istisqa digelar warga Pekanbaru hari ini, dengan maksud agar Allah SWT menurunkan hujan, Alhamdullilah berbuah hasil.
Hujan deras akhirnya mengguyur Pekanbaru membuat kabut asap sisa kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti daerah itu berangsur hilang. Hujan turun dalam durasi cukup lama disambut suka cita warga Pekanbaru.
“Alhamdulillah, hujan turun saat pelaksanaan shalat Istisqa,” tulis seorang warga Pekanbaru, Icoet Mannessa yang juga berbagi foto suasana shalat Istisqa yang dilakukan warga Tanah Merah, Pekanbaru, Riau melalui situs jejaring social facebook.(27/10).
Aktivis lingkungan, Fachruddin Mangunjaya juga mengomentari foto suasana pelaksanaan shalat Istisqa yang dishare Icoet Mannasse. “Kontan dijawab, dengan mustajabnya Shalat Istisqa. Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan #Muslim4Climate“tulis kolumnis yang aktif menulis essai dan buku seputar lingkungan hidup dan Islam ini.
Hujan lebat memang sangat diharapkan warga Riau mengingat kabut asap sisa kebakaran hutan mengganggu aktivitas warga. Perekonomian lumpuh, sekolah diliburkan, sebanyak 90.465 jiwa warga Riau jatuh skit akibat paparan asap.
Pekan lalu hujan sempat mengguyur Riau, namun kabut asap kembali pekat lantaran dalam pekat ini tidak diguyur hujan. “Semoga sampai besok asap tidak ada lagi,” harap warga Pekanbaru, Gusman seperti dikutip dari Tiraskita.com.
Turunnya hujan deras di wilayah Kota Pekanbaru pada Selasa petang telah mengurai kabut asap menyelimuti Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II.
“Turunnya hujan deras tadi, walau sebentar sekitar pukul 17.40 WIB, jarak pandang bandara sultan syarif kasim membaik,” ujar Airport Duty Manager Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Ongah Hasnan Siregar di Pekanbaru.
Ongah berujar, membaiknya jarak pandang di bandara setempat terbukti semakin jauh mata bisa memandang atau dari 1.000 meter pukul 18.00 WIB, menjadi 2.000 meter pada jam 18.30 WIB. Setidaknya sudah empat pesawat dari lima pesawat yang teridiri dari tiga maskapai yakni Silk Air, Lion Air dan Batik Air melakukan landing atau pendaratan dan take off atau lepas landas.
Sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghimbau umat Islam agar melaksanakan Shalat Istisqa. MUI juga menyerukan pada Pemerintah Indonesia agar menindak tegas para pelaku pembakar lahan hutan yang menyebabkan bencana kabut asap. (Marwan Azis)
Sejumlah warga membersihkan puing akibat gempa yang melanda Jalalabad, Afghanistan, Senin (26/10/2015). Setidaknya 43 orang dipastikan tewas akibat lindu berkekuatan 7,5 skala Richter tersebut. (REUTERS/Parwiz)
KABUL, BL- Gempa berkekuatan besar yang melanda timur laut Afghanistan pada Senin 26 Oktober juga dirasakan di Pakistan, India, dan Tajikistan. Ratusan orang dilaporkan tewas, bangunan pun runtuh dan kepanikan melanda.
Kepanikan tersebut berujung kematian. Di Provinsi Takhar, Badakhshan barat, setidaknya 12 murid sekolah perempuan meninggal dunia akibat terinjak-injak. Insiden memprihatinkan tersebut terjadi saat mereka berusaha lari dari bangunan yang berguncang hebat, dalam kondisi panik. Demikian ujar Sonatullah Taimor, juru bicara pemerintah provinsi.
Sebanyak 30 murid lainnya dilarikan ke rumah sakit di ibukota provinsi Taluqan. Sementara, kematian juga dilaporkan dari Jalalabad, Afghanistan.
Dalam sebuah laporan awal, otoritas Afghanistan, Pakistan dan India melaporkan 229 orang tewas dan ratusan terluka. Diperkirakan jumlah korban meningkat karena masih banyak jalur komunikasi yang terputus, terutama di pedesaan.
Di Pakistan 154 orang meninggal dunia. Sementara itu, pejabat pemerintah Afghanistan mengumumkan 74 orang tewas. Di India, di Jammu dan Kashmir 1 orang meninggal.
Gempa berkekuatan 7,5 skala Ritcher ini mirip dengan gempa Kashmir tahun 2005 yang berkekuatan 7,6 SR, yang menewaskan 70 ribu orang. Namun tidak seperti 10 tahun lalu, pusat gempa berada di kedalaman Bumi sekitar 223 kilometer dari permukaan.
Menurt Geological Survey United States atau Survei Geologi Amerika Serikat, gempa di kedalaman perut Bumi umumnya tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.
Pusat gempa itu sendiri berada di daerah Jarm, sebuah kawasan pedesaan dan berpenduduk padat. Namun, karena infrastruktur buruk maka proses evakuasi pun terhambat.
“Ini sungguh-sungguh buruk,” kata Masoud Popalzai, produser CNN di Kabul, Selasa (27/10/2015) “30 tahun dalam hidupku, ini adalah pengalaman terburuk yang pernah aku alami sendiri.”
Ia menceritakan orang-orang berlarian ke jalan. Bangunan bergetar dan runtuh. Sekitar 96 kilometer dari Kabul, bangunan bersejarah dilaporkan runtuh.
Dilaporkan di Islamabad, Pakistan, koresponden CNN Sophia Saifi sedang berada di dapur ketika gempa menggetarkan apartemennya. Ia berhasil keluar, namun sesampainya di luar bangunan, ia bisa melihat gedung bertingkat itu bergetar.
“Kami merasakan getaran. Tapi orang-orang tenang dan mencoba menelepon,” ujar Saifi. Presiden India, Narendra Modi dalam Twitternya mengatakan bahwa negaranya siap membantu. “Saya telah meminta kepada jajaran pemerintah untuk bersiap. Segala kebutuhan untuk gawat darurat dan pertolongan tersedia, apabila diperlukan, termasuk permintaan dari Afghanistan dan Pakistan.” (CNN/L6) -->
LANNY JAYA, BL – Sebanyak ratusan warga Kabupaten Lanny Jaya, Papua, mengungsi ke sejumlah kabupaten terdekat akibat daerah pemukimannya dilanda bencana embun es.
“Mereka mengungsi untuk menghindari dampak yang lebih parah,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Lanny Jaya, Christian Sohilait kepada wartawan saat dihubungi lewat telepon, Selasa (27/10).
Christian mengatakan, warga yang mengungsi ini dari beberapa kampung di Distrik Kuyawage, Distrik Wanobarat dan Distrik Goabaliem. “Mereka ada yang mengungsi ke Kota Tiom, ke Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten Nduga. Saat ini di wilayah yang dilanda bencana embun es ini, tanaman dan ternak mati semua,” katanya sepertinya dilansir Papuakita.com (Sindikasi Beritalingkungan.com).
Hanya saja, kata Christian, pihaknya belum mendapat data pasti jumlah warga yang mengungsi. “Saat ini masih terus dilakukan pendataan. Sebab ratusan warga ini melakukan jalan kaki ke beberapa lokasi pengungsian,” katanya.
Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), saat musim kemarau ini wilayah Kabupaten Lanny Jaya, khususnya di wilayah Kuyawage dan sekitarnya memang suhunya relatif lebih dingin dari biasanya. Apalagi daerah Kuyawage dan sekitarnya memang berada di atas ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut.
“Sampai saat ini, kami belum dapat laporan dari BMKG setempat. Apalagi memang, alat pendeteksian suhu dan cuaca di Lanny Jaya belum memadai. Hanya saja saat minggu-minggu ini, pembentukan awan konvektif atau colomonimbus di daerah itu cukup banyak,” kata Kepala BMKG Wilayah V Jayapura, Zem Irianto Padama.
Sekadar diketahui, sebelumnya pada Juli 2015 lalu, pemerintah daerah Kabupaten Lanny Jaya juga sempat mengeluarkan status darurat bencana akibat embun es yang melanda daerahnya. Embun es juga dikabarkan pihak pemerintah daerah setempat menyebabkan 11 orang meninggal dunia.(Katharina Louvree/Papuakita)
SITARO, BL - Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) memiliki dua jenis satwa endemik tergolong langka dan hampir punah. Adalah Tarsius Tumpara dan Cepluk Siau, dua jenis hewan yang memang menjadi perhatian.
“Keberadaan hewan ini merupakan suatu kebanggaan bagi Sitaro, dan atas nama pimpinan daerah memang harus dilestarikan," ungkap Sekretaris Daerah Kabupaten (Setdakab) Sitaro Dr Adry A Manengkey SE MSi beberapa waktu lalu seperti dilansir Manadokita.com (Situs Sindikasi Beritalingkungan.com).
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (DPPK), Ir Novia Tamaka, mengakui pihaknya menyambut baik hal itu. Menurutnya, sudah menjadi tanggungjawab untuk ditindaklanjuti. “Kedepan dipastikan kami akan menyikapi ini dengan serius, dan itu perlu guna menjaga kelangsungan hidup hewan ini," tutur Tamaka.
Aktivis Komunitas Pencinta Alam Sitaro (Kompas), Buyung 'Kunt' Mangangue mengusulkan pemerintah daerah bisa membuat regulasi dalam rangka proteksi keberadaan dua hewan langka ini.
Menurutnya, ancaman perburuan dari oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. “Hal ini sebagai langkah awal menghindari populasi hewan ini dari ancaman kepunahan," ucap Mangangue.(Sani S) -->
JAKARTA, BL - Anggota DPR RI Sutan Adil Hendra (SAH) meminta semua pihak tak lagi memperdebatkan pembentukan Pansus Asap. Pembentukan Pansus asap merupakan solusi untuk mengawal proses pemadaman api dan penanganan korban secara lebih baik.
Urgensi pembentukan pansus ini justru sebenarnya untuk membantu pemerintah melakukan upaya - upaya pemadaman titik api dan menghukum perusahaan yang melakukan pembakaran lahan, termasuk meminta pertanggungjawaban mafia pembakar hutan dan lahan yang membuat sengsara jutaan rakyat.
Demikian dikemukakan Sutan dalam dialog kenegaraan bertajuk “Menanti Akhir Drama Kabut Asap” di gedung DPR Jakarta, Rabu (28/10/2015).
“Mari kita sudahi perdebatan. Kita upayakan Pansus ini segera terbentuk. Karena Pansus bisa membuat DPR memanggil perusahaan untuk meminta penjelasan dan merekomendasikan ke pemerintah langkah apa yang harus diambil atas tindakan perusahaan yang membuat jutaan rakyat sengsara selama lima bulan ini, “ ujar Sutan seperti dilansir Kabarparlemen.com (Situs Sindikasi Beritalingkungan.com).
Sutan berpendapat penolakan pemberintah dalam upaya pembentukan Pansus asap oleh DPR disebabkan pemerintah memandangnya secara politis, berbulan-bulan kabut melanda dan membuat sengsara 50 juta lebih rakyat Indonesia. Bahkan pemerintah malah menuding Pansus hanya membuang-buang waktu, padahal pemerintahlah yang melalaikan waktu dalam penanganan kabut asap ini.
“Lucu kalau pemerintah menolak Pansus. Padahal justru pemerintah yang telah membuang waktu dalam penanganan kabut asap yang telah berjalan lima bulan lebih ini, “ ujar politisi Fraksi Partai Gerindra.
Legislator dari daerah pemilihan Jambi itu menambahkan dengan adanya pansus ini, DPR ingin mendorong pemerintah melakukan koordinasi yangg menyeluruh, lintas departemen secara vertikal sesama kementerian dan horizontal dengan pemerintah di daerah.
Menurut Sutan, mendesaknya pembentukan Pansus penanganan kabut karena kabut asap yang telah terjadi lima bulan ini semakin meluas. “Dulu hanya wilayah Sumatera, seperti Jambi, Riau dan Sumsel kini sudah menjalar ke Kalimantan, Sulawesi, Papua, bahkan sudah mulai menyelimuti ibukota Jakarta, “ kata anggota komisi X DPR itu.
Lebih jauh kata Sutan, keinginan DPR untuk membentuk Pansus Asap ini dikarenakan pemerintah lamban dalam melakukan koordinasi pemadaman api dan mengantisipasi dampaknya di berbagai bidang. Contohnya Departemen Lingkungan Hidup dan Kehutan sampai saat ini tidak melakukan upaya yang sistematis menangani pemadaman api. Sebab aparatur Kemenhut tidak punya sumber daya yang cukup, personil Manggala Agni terbatas, peralatan terbatas, anggaran terbatas, sehingga harus ada koordinasi dari semua kekuatan.
“Itu baru sabatas upaya pemadaman api, belum lagi langkah-langkah yang harus diambil untuk mengurangi dampak asap, bagaimana pendidikan kita terganggu, penerbangan berhenti, kesehatan masyarakat juga makin memburuk, ini harus segera kita lakukan, “ katanya.
Sedangkan senator dari Provinsi Kepri Djasarmen Purba melihat musibah yang terjadi selama lima bulan ini karena Pemda kurang maksimal terlibat dalam penanganan kabut asap. Sesuai Permendagri No.21/Tahun 2011, Pemda hanya bisa mengeluarkan anggaran kebakaran lahan dan hutan saat status tanggap darurat.
“Sudah saatnya Permendagri itu dicabut, saat ini posisi bukan lagi tanggap darurat tetapi sudah transisi pemulihan, “ katanya.
Djasarmen meminta Presiden Joko Widodo membuat Inpres ke menteri terkait dan membuat kesepakatan agar Permendagri itu dicabut. Pencabutan Permendagri agar memudahkan Pemda mengambil anggaran dengan segera. “Kalau mengambil sekarang bahaya, harus ada Inpres. Tetapi kepala daerah juga harus tetap bertanggungjawab, tidak begitu saja melaporkan kesulitan ke pemerintah, “ katanya.
Dalam kesempatan sama Ketua Departeman Advokasi WALHI Nur Hidayati menilai pemerintah sudah sangat terlambat dalam penanganan kabut asap. Sejak terjadinya musibah kebakaran hutan dan lahan 18 tahun lalu, masyarakat telah dibiarkan menderita. Padahal setiap tahun masyarakat di daerah provinsi yang terkena asap, telah menjerit karena menderita ISPA dan sebagainya. “Tapi kalau negara lain teriak, baru negara bertindak. DPR pun memaksa pemerintah untuk bertindak, “ujarnya.
Ditambahkan Nur Hidayat, tak ada upaya mengakar untuk membenahi masalah asap. Sebab masyarakat dibiarkan begitu saja menderita dan ratusan ribu masyarakat menderita ISPA. “Semua pelaku kejahatan berpikir, masalah asap akan diselesaikan dengan hujan, “ katanya. (Yayat Cipasang). -->