Quantcast
Channel: Beritalingkungan.com | Situs Berita Lingkungan | The First Environmental Website in Indonesia
Viewing all 1284 articles
Browse latest View live

Menteri LHK: Selamat Hari Bhakti Rimbawan, Anda adalah Penjaga Lingkungan

$
0
0
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya.
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Tanggal 16 Maret 2018 kemarin, tepat 35 tahun berdirinya Kementerian Kehutanan yang setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Bhakti Rimbawan. Dalam suasana penuh kebersamaan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan memimpin langsung Apel Rimbawan yang diikuti oleh seluruh pegawai KLHK se-Jabodetabek.

“Saya mengucapkan selamat Hari Bhakti Rimbawan bagi kita semua, bagi Anda, para karyawan/karyawati. Kepada para rimbawan suluruh Indonesia, Anda adalah pejuang bangsa keberanian dan dedikasi dalam menjaga lingkungan dan hutan, sungguh-sungguh bermakna demi masa depan manusia, dan seluruh bangsa Indonesia”, tegas Siti Nurbaya saat memimpin apel di Manggala Wanabhakti, Jakarta, Jumat (16/3/2018).

Menteri LHK mengingatkan peringatan Hari Bhakti Rimbawan seperti saat ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi para rimbawan untuk melakukan refleksi, menggali inspirasi, motivasi dan berbagai inovasi dalam kiprah kerja di bidang lingkungan hidup dan kehutanan, dimanapun bertugas.

Secara filosofis dan dalam praktisnya, dikatakan Siti Nurbaya sangat penting untuk menjaga keseimbangan alam, dimana manusia tidak hanya “mengambil” tetapi juga harus “memberi”. Ingatlah bahwa “Hutan adalah maha taman tempat kita bekerja, katanya.

Dijelaskan Siti Nurbaya, yang sedang diurus untuk menata bersama sekarang adalah kembalikan fungsi alam hutan, lakukan tata kelola hutan yang seharusnya. Begitupun, harus dipulihkan sungai-sungai dari pencemaran yang sudah cukup berat. Dan banyak lagi kondisi lingkungan yang harus diberikan perlakuan dengan corrective action. Caranya,  menurut Siti Nurbaya dengan satu nafaskan antara perlindungan dan pengelolaan; serta jangan dikotomikan investasi dan lingkungan.

Dalam sambutannya, Siti Nurbaya juga menyampaikan arah pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan kedepan. Dikatakan Menteri LHK potensi pemanfaatan hutan dan pasokan bahan baku industri tahun 2045, dapat menghasilkan devisa 97,51 milyar U$S/tahun, atau setara dengan 8,9 kali devisa tahun 2017. Hal tersebut dapat terwujud melalui konfigurasi bisnis baru kehutanan, yaitu: pengembangan industri berbabis hasil hutan bukan kayu; agroforestry; ekowisata; jasa lingkungan dari air, panas bumi dan serapan karbon; serta bioenergi.

“Sebagai pedoman, Bench Mark pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan tahun 2018 – 2019 adalah Atasi kemiskinan, Kesempatan kerja, Ekspor, dan Investasi”, lanjutnya.

Pada perayaan Hari Bhakti Rimbawan tahun ini, Siti Nurbaya juga menyematkan 206 Satya Lencana Karya Satya kepada pegawai penerima di pusat. Total penerima Satya Lencana Karya Satya lingkup KLHK mencapai 1098 orang, terdiri dari Satya Lencana Karya Satya XXX Tahun 172 orang, Satya Lencana Karya Satya XX tahun 388 orang dan Satya Lencana Karya Satya X tahun 538 orang.

Bertindak sebagai komandan upacara Kepala Biro Humas Kementerian LHK, Djati Witjaksono Hadi.
-->

Sekjen AMAN Apresiasi Upaya Pemerintah dalam Pengakuan Hutan Adat

$
0
0

MINAHASA, BERITALINGKUNGAN.COM- Tarian Kebesaran Walak Tondano, dan Tarian Kabela dari Bolaang Mongondow menyambut kehadiran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya pada peringatan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara yang bertepatan dengan Ulang Tahun Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) ke-19 Tahun 2018, yang dipusatkan di Benteng Moraya, Tondano, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, (17/03/18).

Sejumlah rangkaian tarian dan lagu yang dibawakan oleh masyarakat adat dari sejumlah daerah merupakan wujud penghormatan kepada tamu, dan Indonesia Raya juga turut dikumandangkan bersama-sama sebagai elemen pemersatunya.

"Meski cuaca panas, tapi tidak terasa, karena keindahan alam disini. Saya juga sampaikan salam hangat dan salam kasih sayang dari Bapak Presiden Jokowi untuk kita semua," sapa Siti Nurbaya mengawali sambutannya yang disambut meriah hadirin.

Pada kesempatan tersebut, Menteri LHK Siti Nurbaya juga menyampaikan pesan Presiden bahwa kebhinekaan itu sangat penting. Keberadaaan suku bangsa dengan menjaga nilai luhur budaya dan adat istiadat adalah sebuah upaya menjaga peradaban manusia.

"Maka terkait hal ini, pengakuan dan perlindungan terhadap Masyarakat Adat dan Hutan Adat dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan keadilan", ujar Siti Nurbaya.

Berkaitan dengan Hutan Adat, saat ini KLHK tengah memproses kurang lebih 6,25 juta hektar dan 13 usulan wilayah Hutan Adat yang baru masuk. Dengan rincian dari Kalimantan 3,6 juta Ha, Maluku Papua 1,15 juta Ha, Sulawesi hampir 1 juta Ha, Sumatera hampir 500 ribu Ha, dan Bali Nusa Tenggara hampir 120 ribu Ha.

Pemerintah terus melakukan analisis dan menghimpun hal-hal yang menjadi catatan dan aspirasi dari berbagai pihak termasuk AMAN. Sejumlah hal masih menjadi pekerjaan rumah, diantaranya perlu memperkuat Peraturan Daerah yang lebih kuat yang merupakan salah satu syarat pengakuan kawasan Hutan Adat.

Menteri LHK menginstruksikan jajarannya untuk melakukan pendataan wilayah yang diusulkan menjadi Hutan Adat namun belum ada instrumen Peraturan Daerahnya untuk dirangkum dalam Surat Keputusan Pencadangan Hutan Adat.

Upaya lain dalam mengakselerasi pengakuan Hutan Adat yaitu dengan sosialisasi dan fasilitasi melalui coaching baik di tingkat pusat maupun daerah untuk melengkapi data spasial dan sosialnya.

Berbagai upaya ini mendapat apresiasi dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) AMAN, Rukka Sombolinggi yang mengatakan bahwa pemerintah saat ini merupakan satu-satunya pemerintahan yang mengakui keberadaan Masyarakat Adat dan Hutan Adat.

"Meski wilayah hutan yang sudah kembali ke masyarakat adat angkanya relatif kecil, tapi yang harus diingat bagi masyarakat adat, ini adalah tonggak sejarah untuk pertama kalinya tanah yang menjadi hak masyarakat adat dikembalikan. Angka yang sekarang ini hanya akan terus bertambah, tidak akan pernah berkurang", ujar Rukka Sombolinggi berapi-api.

Untuk mewujudkan hal tersebut salah satunya yaitu dengan menjalin komunikasi yang intensif agar kondisi di lapangan dapat tersampaikan dengan baik. Pemerintah mempunyai banyak instrumen dan cara untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut.

Di akhir sambutannya, Menteri LHK Siti Nurbaya, atas nama Presiden RI mengucapkan selamat atas terselenggaranya Perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara dan Peringatan Ulang Tahun AMAN ke-19 Tahun 2018.

"Kita bersama-sama bekerja keras agar cita-cita untuk mewujudkan kehidupan masyarakat adat yang adil dan sejahtera, berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan bermartabat secara budaya yang merupakan aset nasional dapat terwujud", pungkas Menteri Siti Nurbaya. (Wan)

-->

Menteri LHK Peringati HPSN di Area Car Free Day Kota Makassar

$
0
0

 
MAKASSAR, BERITALINGKUNGAN.COM- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya hadiri dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Tahun 2018 di Kota Makassar. 

Acara yang dikemas dalam bentuk dialog partisipatif dengan komunitas dan edukasi kepada anggota pramuka, generasi muda dan masyarakat Sulawesi Selatan akan berlangsung pada Area Car Free Day (CFD) Kota Makassar, Minggu pagi (18/03/2018).

"Kegiatan ini diharapkan menjadi salah satu faktor pendorong munculnya agen-agen perubahan yang akan menerapkan dan menularkan sistem pengelolaan sampah yang baik”, ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK, Rossa Vivien Ratnawati.

Permasalahan sampah di Indonesia sebagai negara kepulauan menjadi salah satu sorotan dunia terutama masalah sampah di laut. Makassar sebagai salah satu kota pantai pasti juga mengalami masalah sampah di laut. Problem ini hanya dapat diatasi dengan kerja kolektif semua komponen masyarakat tanpa terkecuali.

Kunci dan akar utama dalam pengelolaan sampah adalah persoalan budaya yang berkaitan dengan perilaku dan kebiasaan (habits). Oleh sebab itu, kita harus memulai pengelolaan sampah dari "Gerakan Perubahan Perilaku", dengan menjadikan "pengurangan sampah sejak dihasilkannya" atau bahkan “penggunaan barang-barang yang tidak menghasilkan sampah” (pencegahan sampah/waste prevention), sebagai budaya (culture) dan gaya hidup (lifestyle) baru.

Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tanggal 21 Februari merupakan pengingat akan bencana longsornya TPA Leuwi Gajah, Cimahi – Jawa Barat untuk mendorong kita merubah pola pikir, gaya hidup dan budaya dalam pengelolaan sampah menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

HPSN 2018 difokuskan pada pelaksanaan agenda Tiga Bulan Bersih Sampah (TBBS) mulai tanggal 21 Januari 2018 sampai dengan 21 April 2018 yang meliputi berbagai gerakan kebersihan di seluruh wilayah Indonesia.

Melalui TBBS yang salah satunya adalah gerakan kebersihan di area CFD, semoga kita dapat menjadi lebih peduli akan kebersihan lingkungan, lebih peduli akan kesehatan kita dan lebih siap mewujudkan Indonesia Bersih Sampah 2020.

Suatu keniscayaan bahwa paradigma pembangunan ramah lingkungan (green ideology) adalah satu-satunya pilihan untuk menyejahterakan kehidupan umat manusia dan menyelamatkan dari ancaman bencana ekologis yang dapat menyebabkan kepunahan.

Dengan gerakan kebersihan ini masyarakat didorong untuk dapat lebih sadar mengurangi penggunaan barang-barang yang berpotensi menimbulkan sampah, memilah dan memanfaatkan sampah. Gerakan ini diharapkan menjadi suatu gerakan kesadaran yang massif yang terus bergulir di semua elemen masyarakat.

Untuk menciptakan efek bola salju, perlu pula dilakukan kampanye melalui media sosial mengingat media sosial saat ini dianggap paling efektif menjangkau segala lapisan masyarakat.

Segala upaya yang dilakukan adalah untuk membangun budaya bersih dan sehat mulai dari diri masing-masing yang pada akhirnya merupakan cerminan budaya bangsa yang dapat meningkatkan citra Indonesia di mata dunia. (Wan)
-->

200 petugas dikerahkan bersihkan tumpukan sampah di Kawasan Mangrove Muara Angke

$
0
0
Petugas membersihkan sampah di Muara Angke, Jakarta Utara. Foto : Kompas.com
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM-  Sekitar 200 orang petugas di kerahkan
Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu untuk mempercepat pembersihan tumpukan sampah di kawasan hutan mangrove Muara Angke, Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara (18/3)

Mereka dilengkapi peralatan berat seperti dua unit excavator amphibious. “Rencananya dua unit excavator amphibious dikerahkan. Saat ini satu unit telah datang dan mulai bekerja,” ujar Yusen Hardiman, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu.

Dijelaskan, 200 petugas yang dikerahkan terdiri 100 petugas harian lepas (PHL) Sudin LH dan 100 Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dikerahkan untuk pengangkutan sampah.

“Pagi ini kami kerahkan 100 petugas dan dibantu PPSU dari kelurahan di Jakarta Utara sekitar 100 orang. Diperkirakan dalam satu pekan ini sampah bisa terangkut seluruhnya,” tandasnya. (BJ/MJ/BL)
-->

Menteri LHK Apresiasi Pengelolaan Sampah di Makassar

$
0
0
MAKASSAR, BERITALINGKUNGAN.COM- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya melontarkan pujian kepada ibu-ibu di Kota Makassar yang mampu mengelola sampah di bank sampah menjadi hal produktif yang mampu menolong ekonomi keluarga.

"Terimakasih kepada ibu-ibu khususnya yang mengelola bank sampah. Mari menabung sampah di bank sampah. Sampahnya disetor, menjadi nilai, dikumpul di ATM untuk bayar listrik, jadi merubah paradigmanya supaya produktif", ajak Menteri Siti Nurbaya saat menghadiri peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2018 di kawasan Anjungan City of Makassar Pantai Losari, Kota Makassar, Minggu (18/3).

Mengawali acara, Menteri LHK Siti Nurbaya, jajaran Eselon I dan II KLHK, jajaran Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dan Kota Makassar ikut larut dengan masyarakat Makassar dan sekitarnya melakukan senam bersama yang secara rutin digelar di kawasan yang setiap hari Minggu dijadikan area Car Free Day tersebut. Turut hadir memeriahkan rangkaian acara juga yaitu dari anggota pramuka, generasi muda, siswa sekolah, dan komunitas peduli sampah.

Dalam penanganan persoalan sampah, sejak 2015 hingga sekarang sudah terjadi perubahan banyak di Indonesia. Hal ini didorong dinamika masyarakatnya yang sangat tinggi, dan gerakan komunitasnya yang luar biasa, termasuk dari Makassar.

"Langkah-langkah melalui pendidikan di sekolah, pemilahan, gerakan Liat Sampah Ambil (LISA), kemudian bank sampah, komposter aerob, dan TPS sudah bagus. Saya berterimakasih hari ini di Makassar, sama juga dengan di Bandung, saat ini Surabaya terdepan tapi saya yakin Bandung dan Makassar menyusul", ujar Menteri Siti Nurbaya optimis.

Saat ini Kota Makassar sudah memiliki program pengelolaan sampah yang baik melalui sejumlah agenda diantaranya bank sampah, pendidikan di sekolah, dan lorong garden. Melalui pendidikan dini pengelolaan sampah ini, jiwa kepeduliam anak-anaknya juga sudah terbentuk.

Lebih lanjut Menteri Siti Nurbaya mengatakan bahwa memang ada masalah sampah di sekitar kita yang harus kita atasi bersama. "Jadi, kalau nggak bisa bersihin ya jangan ngotorin", pesannya.

Sejalan dengan hal tersebut, Plt. Walikota Makassar, Syamsu Rizal, mengatakan bahwa kegiatan hari ini agar dapat dijadikan pemicu dan menguatkan komitmen bersama dalam penanganan persoalan sampah.

"Tanggung jawab kita agar bumi kita tetap mampu memberi daya dukung yang lebih baik untuk anak cucu kita kelak", ujarnya.

Syamsu Rizal menyampaikan bahwa saat ini produksi smph Kota Makassar berkisan antara 1200-1400 ton/hari. Tentu hal ini memerlukan gerakan antisipasi yang dilakukan bersama agar tidak menimbulkan masalah.

"Ambil peran masing-masing sekecil apapun pasti akan berhasil. Di Kota Makassar, sampah tidak lagi jadi masalah, tapi memberi manfaat, dengan semangat 'Makassarta tidak rantasa' (Makassar tidak kotor)", pungkas Syamsu Rizal. (Wan)

-->

Green Sukuk dan Era Baru Pendanaan Lingkungan

$
0
0
Oleh : Joko Tri Haryanto*

Dengan posisi dilintasi khatulistiwa, Indonesia disinari matahari selama 365 hari secara sempurna. Alhasil, keanekaragaman hayati di Indonesia menjadi salah satu yang paling kaya di dunia. 

Bangsa kita juga dikenal sebagai ring of fire karena banyaknya gunung berapi aktif yang secara tidak langsung membantu menyuburkan bumi Nusantara.

Ketika isu pemanasan global sedang mengemuka, Indonesia kemudian memegang peranan terpenting dalam menangkal dampak-dampak tersebut melalui upaya mencegah laju deforestasi dan degradasi hutan yang dianggap menjadi sumber utama meningkatnya laju emisi gas rumah kaca (GRK).

Penulis Joko Tri Haryanto
Meningkatnya isu pemanasan global, sekiranya memiliki dampak positif bagi Indonesia jika dikaitkan dengan upaya menjaga kesinambungan berbagai kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah baik migas, mineral/ non-mineral maupun logam lainnya. Terlebih di era saat ini, pemerintah juga terus berupaya untuk mengurangi ketergantungan anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) terhadap penerimaan berbasis SDA melalui pengembangan berbagai industri jasa, pariwisata, serta perdagangan dan manufaktur.

Selain ratifikasi tujuan pembangunan berkelanjutan global (SDG), komitmen pemerintah dalam mengatasi dampak pemanasan global diregulasikan secara nasional melalui penerbitan Perpres terkait Rencana Aksi Nasional Mitigasi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) di tahun 2011 serta RAN Aksi Adaptasi Perubahan Iklim (API) di tahun 2014.

Di dalam Perpres tersebut dinyatakan target penurunan emisi GRK nasional hingga 26% dengan pendanaan sendiri (APBN/APBD) serta 41% di tahun 2020, jika dibantu pendanaan internasional. Pada tahun 2016, kerangka regulasi di dalam Perpres tersebut direvisi dalam mekanisme ratifikasi ParisAgreement yang menghasilkan dokumen Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia, dengan menambah target penurunan emisi menjadi 29% dan 41% di tahun 2030. Dan setiap tahun pemerintah kemudian menyampaikan secara resmi laporan kinerja realisasi penurunan emisi GRK kepada lembaga resmi PBB dalam kerangka UNFCCC.

Dibandingkan era pemerintahan sebelumnya, terdapat sedikit perbedaan di dalam strategi implementasinya. Jika di periode sebelumnya visi mengatasi persoalan pemanasan global diatasi dengan pendekatan fungsi lingkungan hidup (LH) secara mandiri, maka di periode saat ini strategi yang dikembangkan juga diselaraskan dengan visi dan misi pembangunan seperti yang tertuang di dalam Nawa Cita (9 agenda prioritas).

Dengan demikian, pendekatan yang dilakukan tidak semata-mata berdasarkan isu LH saja, melainkan diperkuat melalui pendekatan infrastruktur ekonomi seperti misalnya: bagaimana upaya mengintegrasikan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dengan tema infrastruktur maupun beberapa isu-isu lainnya seperti tema gender, kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Dengan pendekatan ini, pemerintah meyakini bahwa pembangunan dapat berjalan lebih berkesinambungan.

Untuk memenuhi aspek transparansi dan akuntabilitas publik, pemerintah juga berupaya untuk memastikan adanya governance yang kuat. Sebagai catatan, saat ini penggundulan hutan dan perubahan penggunaan lahan merupakan kontributor utama atas tingkat emisi Indonesia.

Untuk itu pemerintah telah mempersiapkan seperangkat alat pencegahan awal melalui kewajiban penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) serta Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) di daerah untuk memastikan bahwa eksternalitas yang dihasilkan dapat diatasi.

Di sisi lain, dengan tetap memprioritaskan upaya konservasi terhadap area hutan lindung, lahan gambut, area hutan bakau, dan beberapa area lain dengan nilai keanekaragaman hayati yang tinggi, pemerintah juga telah mengeluarkan larangan atas kegiatan pembukaan hutan primer serta larangan untuk mengkonversi lahan gambut.

Green Sukuk
Sayangnya, masalah pendanaan masih selalu menjadi persoalan klasik. Banyak pihak, baik di level pemerintah pusat maupun daerah, selalu merasa bahwa komitmen masih terganjal kepada kebutuhan pendanaan yang masih kerap terjadi konflik maupun tidak tepat sasaran. Akibatnya beberapa pihak menganggap komitmen pemerintah masih terbatas di atas dokumen, belum sampai menyentuh aspek implementasi di lapangan.

Meskipun sejujurnya semua langkah dan kebijakan juga sudah diselaraskan mulai dari upaya memasukkan isu keberlanjutan dan dukungan terhadap pelestarian lingkungan hidup dan SDA di dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP), penguatan alokasi belanja pemerintah hingga penyelarasan alokasi belanja Transfer ke Daerah.

Berbagai skema pendanaan inovatif juga dilirik melalui penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup (IELH). Di dalam regulasi tersebut diatur segala hal yang terkait skema green banking, green sukuk, greenbond, green tax, green insurance, ecologicalfiscal transfer (EFT), paymentecosystem services (PES) dan juga dana wali amanat lingkungan hidup. Dana on call pemerintah sebagai jaminan pemulihan lingkungan hidup juga dijelaskan secara mendetail di dalam PP tersebut.

Dari aspek akuntabilitas dan transparansi alokasi anggaran terkait lingkungan hidup, sejak tahun 2015 pemerintah juga sudah menerapkan mekanisme penelusuran anggaran (budget tagging) di level nasional. Dengan budget tagging tersebut, realisasi belanja pemerintah terkait lingkungan hidup dapat ditelusuri apakah memiliki keterkaitan langsung atau cuma bersifat pendukung di dalam upaya menurunkan emisi GRK. Pemerintah juga dipaksa untuk mulai memikirkan bagaimana menyusun perencanaan penganggaran dengan lebih simple dan cerdas di dalam menyelaraskan input, program, kegiatan, output dan outcome.

Dengan demikian ke depannya pola perencanaan penganggaran di sector lingkungan hidup pemerintah betul-betul mencerminkan aspek performance based budgeting. Setelah reformasi penganggaran berhasil dijalankan, pemerintah merasa memiliki level of confidence yang relatif tinggi untuk kemudian secara resmi di awal pekan kemarin menerbitkan the 1st Green Sukuk sebesar US$ 1,25 miliar dengan nama Sukuk Wakalah bertenor 5 tahun dengan yield sebesar 3,75%. Underlying asset yang digunakan sebesar 51% adalak barang milik negara (BMN) berupa tanah dan bangunan, sementara 49%-nya adalah proyek-proyek di Kementerian/ Lembaga (K/L) yang saat ini sedang dibiayai.

Dana hasil penjualan green sukuk ini nantinya akan dialokasikanuntuk membiayaai proyek-proyekyang masuk dalam kategori green.Berdasarkan panduan umum yangtelah disusun pemerintah, beberapaproyek yang dikategorikan green di antaranya: efisiensi energi dan renewable energy, green building, green tourism, disaster risk reduction, sustainable transport, waste to energy dan waste management, sustainable management natural resources serta sustainable agriculture.

Panduan umum green sukuk pemerintah itu sendiri sudah melewatitahapan review secara mendalamoleh CICERO (Center for International Climate Research)salah satu lembaga pemeringkatterkemuka dunia berbasis di Norwegia.Di tahun 2016, CICEROmendapatkan pengakuan dari Climate Bonds Initiative serta di tahun2017 mendapatkan anugerah the best external reviewer in the Worlds untukbidang penerbitan green bonds dansukuk negara, dari lembaga Environmental Finance.

Oleh CICERO, dokumen panduan green bonds dan Sukuk Indonesia diberikan penilaian medium green dengan rekomendasi yang sangat strong. Hal ini sangat terkait dengan kelengkapan dokumen yang dapat disampaikan sebagai indikator awal kesiapan pemerintah dalam mendukung penerbitan green sukuk ini.

Di level global, Indonesia menjadi negara pertama yang menerbitkan green sukuk ini setelah sebelumnya beberapa negara lain seperti Prancis, Fiji dan Polandia sudah terlebih dahulu menerbitkan green bonds. Selain menunjukkan komitmen pemerintah, green sukuk ini juga merupakan instrumen yang memberikan sinyal atas dukungan Indonesia terhadap perluasan pasar green bond dan green sukuk baik domestik maupun internasional khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Karenanya, Indonesia patut bangga terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan menuju masa transisi pembangunan rendah karbon. Di masa mendatang, Indonesia beraspirasi untuk dapat menjadi repeated issuer atas green bond dan green sukuk lainnya apabila kondisi pasar memungkinkan. Dan bagi seluruh komponen masyarakat, sekiranya dapat terus membantu pemerintah khususnya terkait mekanisme pelaporan dan evaluasi penggunaan demi menciptakan asas transparansi dan akuntabilitas publik yang terjaga baik.

Penulis adalah Pegawai Badan KebijakanFiskal Kementerian KeuanganRI (Tulisan ini adalah pendapatpribadi dan tidak mencerminkankebijakan institusi di mana penulisbekerja)

Sumber : Investor Daily
-->

The Green Climate Fund, Lembaga Pendanaan Iklim berbasis di Korea Selatan

$
0
0

The Green Climate Fund (GCF) adalah lembaga pendanaan yang didirikan dalam kerangka UNFCCC untuk membantu negara-negara berkembang dalam menjalankan praktik-praktik adaptasi dan mitigasi menghadapi perubahan iklim.

GCF berbasis di distrik Songdo kota Incheon, Korea Selatan. Lembaga ini dikelola oleh satu Dewan beranggotakan 24 orang dan mula-mula ditopang dengan sebuah Sekretariat.

Dana Iklim Hijau akan mendukung proyek-proyek, program-program, kebijakan dan kegiatan-kegiatan lain di negara berkembang berstatus Pihak dengan menggunakan saluran-saluran pendanaan tematik". Ini diharapkan menjadi pijakan utama dalam upaya menggalang Keuangan Iklim sebesar $100 miliar per tahun pada 2020.

Perselisihan masih ada terkait apakah target pembiayaan akan didasarkan pada sumber-sumber negara, atau apakah pendanaan swasta "yang berhasil dihimpun" juga dimasukkan dalam total.Sejauh ini sudah ada komitmen sebesar US$10.3 miliar, yang ditujukan untuk mencukupi investasi selama periode empat tahun.

Baru sebagian kecil yang sudah terealisasi dari dana yang dijanjikan ini hingga Juli 2013, sebagian besar untuk menutupi biaya-biaya awal.

Menurut  Jaringan Pengetahuan Iklim Dan Pengembangan seperti dikutip dari Wikipedia, saat pertemuan ketiga Dewan di Berlin pada Maret 2013, para anggota sepakat melangkah dengan Kerangka Model Bisnis (BMF) bagi Dana Iklim.

Mereka mengidentifikasi perlunya mengkaji berbagai opsi tentang bagaimana negara-negara bisa mengakses dana, pendekatan untuk melibatkan sektor swasta, plus cara untuk mengukur hasil dan memastikan penggalangan dana digerakkan oleh negara.

Di pertemuan Dewan keempat di Incheon, Korea Selatan, pada bulan Juni 2013, Hela Cheikhrouhou, seorang warga negara Tunisia, terpilih menjadi Direktur Eksekutif pertama Dana Iklim Hijau. Cheikhrouhou meninggalkan organisasi ini pada September 2016. Saat ini Direktur Eksekutif Dana adalah Howard Bamsey yang mulai menjabat pada 10 Januari 2017.

Lembaga ini bisa dihubungi melalui website www.greenclimate.fund


-->

UNEP Puji Upaya Indonesia dalam pemulihan ekosistem gambut

$
0
0
BRAZZAVILLE, BERITALINGKUNGAN.COM- Direktur eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP), Erik Solheim, memuji langkah-langkah yang dilakukan Indonesia dalam upaya pemulihan ekosistem gambut.

Hal tersebut disampaikan dalam pertemuan tingkat tinggi sebagai rangkaian pertemuan Mitra Kerja Global Peatland Initiative (GPI) di Brazzaville, Republik Kongo, Kamis (22/3) waktu setempat.

“Rusaknya lahan gambut di seluruh dunia akan menjadi pukulan besar terhadap Perjanjian Paris dan bagi generasi mendatang,” tegas Solheim, dalam rilis yang dikeluarkan KLHK, Jumat (23/3/2018).

Solheim juga meminta Republik Kongo dan Republik Demokratik Kongo untuk belajar dari pengalaman Indonesia dalam upaya pemulihan ekosistem gambut. “Republik Kongo dan Republik Demokratik Kongo harus belajar dari Indonesia yang berupaya keras memperbaiki kesalahan-kesalahan masa lalu dalam hal pengelolaan ekosistem gambut.

Yang terutama adalah kepemimpinan Presiden Jokowi dan Menteri Siti Nurbaya dalam rangka pengendalian kebakaran gambut,” ujar Solheim.

“Termasuk keberhasilan dalam koordinasi dengan TNI, Polisi, masyarakat, dan LSM. Penegakan hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran juga sangat mendukung upaya percepatan pemulihan ekosistem gambut,” tambahnya.

Pada pertemuan ini Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Dr Siti Nurbaya Bakar, hadir sebagai pembicara kunci. Turut hadir Perdana Menteri Republik Kongo, Clement Mouamba, Menteri Lingkungan Hidup Republik Demokratik Kongo, Amy Ambatobe Nyongolo, dan Menteri Lingkungan Hidup Republik Kongo Arlette Soudan-Nonau.

Pada paparannya, Menteri Siti Nurbaya menjelaskan bahwa karhutla hebat pada tahun 2015 lalu, terutama kebakaran gambut, menjadi pelajaran amat berharga bagi pemerintah Indonesia, sehingga pemerintah merespon melalui kebijakan-kebijakan untuk melakukan perbaikan tata kelola gambut secara ketat dan menyeluruh, terutama dalam rangka pencegahan terulangnya kebakaran gambut.

Warga Delman Elok Terjebak di Dalam Puing-Puing Gusuran

”Hasilnya pada periode 2016-2017, Indonesia berhasil menurunkan titik api sebanyak 93,6 persen. Keberhasilan ini merupakan bukti keseriusan Presiden Joko Widodo, menjadikan pencegahan Karhutla yang mayoritas terjadi di lahan gambut sebagai prioritas nasional, dan berhasil mewujudkan kebijakan-kebijakan dalam aksi yang efektif di lapangan,” tegas Menteri Siti.

Strategi yang mendukung upaya-upaya perbaikan tata kelola gambut, di antaranya melalui kebijakan perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut, perpanjangan Inpres Moratorium pemberian izin baru di hutan primer dan lahan gambut, serta terus meningkatkan penegakan hukum secara efektif. Salah satu yang fenomenal adalah, putusan terhadap satu pemegang konsensi lahan yang terbukti bersalah dalam kasus karhutla dan harus membayar gant i rugi sebesar 1,2 juta dollar AS.

Menteri Siti menekankan salah satu kunci keberhasilan Indonesia adalah kemampuan untuk melibatkan semua pihak secara efektif dalam kerja besar ini, mulai dari organisasi kemasyarakatan, termasuk mendorong pemenuhan kewajiban legal sektor swasta yang terkait pengelolaan lahan gambut di konsesi mereka.

Indonesia juga berkomitmen melakukan penelitian dalam upaya pemulihan ekosistem gambut, termasuk pengembangan sistem monitoring ketinggian permukaan air dan vegetasi di lahan gambut, website dan portal online untuk peta dan penggunaan lahan gambut di beberapa kabupaten yang menjadi percontohan.

“Indonesia memiliki “Desa Peduli Gambut” sebagai satu model untuk manajemen lahan gambut terintegrasi yang melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan konservasi lahan gambut”, ujar Menteri Siti.

Sebagai pendiri gerakan Asia-Afrika, Menteri Siti menyatakan, Indonesia siap untuk berbagi pengalaman dengan negara-negara lain untuk kebijakan perbaikan tata kelola gambut melalui kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular.

“Indonesia siap menggulirkan rencananya untuk mendirikan Pusat Riset Internasional Gambut Tropis di Indonesia. Diyakini dalam beberapatahun ke depan, dunia akan mengakui lahan gambut Indonesia sebagai Arsip Dunia,” pungkas Menteri Siti .

Sekedar diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara dengan lahan gambut terluas di dunia, dengan luas lebih dari 15 juta ha.

Pasca kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) hebat tahun 2015, terutama kebakaran gambut yang sangat sulit dipadamkan, pemerintahan Presiden Joko Widodo secara efektif menjadikan kebijakan perbaikan tata kelola gambut sebagai prioritas nasional, melalui penerbitan peraturan perundangan maupun langkah-langkah aksi nyata implementasi di lapangan untuk upaya pencegahan terulangnya kembali kebakaran gambut.(Wan)
-->

Pemerintah Congo tertarik belajar memulihkan ekosistem gambut di Indonesia

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Upaya nyata pemerintahan Indonesia menata lahan gambut, terbukti menyelamatkan jutaan rakyat Indonesia dari bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pada periode 2016-2017, setelah biasanya rutin terjadi selama hampir dua dekade.

Tata kelola gambut secara ketat dan menyeluruh yang dilakukan pemerintah Indonesia, oleh United Nations Environment Programme (UNEP) atau program Lingkungan PBB, menjadi contoh terbaik bagi seluruh negara di dunia yang memiliki persoalan serupa.

Capaian ini dikatakan Menteri LHK Siti Nurbaya, sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla pada November 2015, agar tata kelola gambut Indonesia harus scientific diakui internasional.

”Karena masalah Karhutla yang mayoritas terjadi di lahan gambut ini berlaku universal,” kata Menteri LHK Siti Nurbaya, Jumat (23/3) waktu setempat dalam kunjungan kerjanya mengikuti pertemuan Mitra Kerja Global Peatland Initiative (GPI) ke 3 di Brazzaville, Republik Kongo, melalui keterangan persnya yang diterima Beritalingkungan.com.

Pasca Karhutla hebat tahun 2015, Presiden Jokowi secara efektif menjadikan kebijakan perbaikan tata kelola gambut sebagai prioritas nasional, melalui penerbitan peraturan perundangan maupun langkah-langkah aksi nyata implementasi di lapangan untuk upaya pencegahan terulangnya kembali kebakaran gambut.

Terbukti kini para ilmuwan, pengambil keputusan dan praktisi dunia, yang tergabung dalam Global Peatland Initiatives mengakui keberhasilan tata kelola gambut Indonesia. Mereka nantinya akan mempelajari perspektif legal, kelembagaan dan teknik operasional.

”Jadi Presiden dan Wapres kita sebenarnya sudah punya perspektif yang jauh saat mengambil kebijakan restorasi gambut tersebut,” kata Menteri Siti.

Dalam waktu dekat dua negara yang memiliki luas gambut terbesar di dunia, yakni Republik Congo dan Republik Demokratik Congo, akan segera belajar ke Indonesia.

“Indonesia akan memimpin south-south cooperation (kerjasama selatan-selatan) menangani gambut Congo Basin untuk dunia,” kata Menteri Siti.

Congo basin atau lembah Kongo meliputi tiga negara yang memiliki lahan gambut terluas kedua di dunia. Tiga negara dimaksud adalah Republik Congo, Republik Demokratik Congo dan Gabon. Selain Indonesia dan duo Congo, negara dengan luas gambut terbesar lainnya di dunia adalah Peru.

Menteri Siti menjadi pembicara kunci pada pertemuan tingkat tinggi GPI. Pada pertemuan tersebut, telah ditandatangani hasil konferensi Global Peatland Innitiatives ke 3, bersama dengan Menteri Lingkungan Hidup Republik Demokratik Kongo, Amy Ambatobe Nyongolo, dan Menteri Lingkungan Hidup Republik Kongo Arlette Soudan-Nonau. Turut hadir menyaksikan Direktur eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP), Erik Solheim.
Baca juga

”Jika dulu gambut Indonesia dikenal karena rawan terbakar, sekarang sebaliknya, menjadi referensi untuk melindungi gambut Congo Basin,” jelas Menteri Siti.

”Dua menteri dari negara Congo juga akan ke Indonesia, sekitar bulan Juni mendatang,” tambahnya.

Menteri Siti Nurbaya juga diterima langsung oleh dua pemimpin negara. Pertemuan awal dengan PM Republik Kongo, Clement Mouamba di Brazzaville, dilanjutkan dengan Wakil PM Republik Demokratik Congo, Jose Makila di Kinshasa. Kedua negara berdekatan ini hanya dipisahkan oleh sungai Congo.

”Saya bangga saat mereka mengatakan terinspirasi keberhasilan Indonesia mengelola gambut, dan mengakui kemajuan ekonomi Indonesia. Mereka juga akan mengutus para menterinya untuk belajar ke kita,” kata Menteri Siti.

PM Republik Kongo, Clement Mouamba mengapresiasi langkah-langkah pemerintah Indonesia yang melibatkan TNI, Polri, masyarakat, dan swasta dalam mengatasi dan mencegah kebakaran di lahan gambut .

Bagi negara bekas jajahan Perancis ini, pengalaman Indonesia mengatasi gambut dalam kurun waktu dua tahun terakhir, akan menjadi contoh untuk diterapkan di negara mereka.

Sementara itu Wakil PM Jose Kamila mengatakan bahwa lahan gambut di negara bekas jajahan Belgia ini mulai diincar untuk dijadikan perkebunan sawit.

”Pengalaman Indonesia berhasil mengelola gambut sangat penting bagi kami, termasuk upaya penegakan hukum,” katanya.

Atas apresiasi kedua pemimpin negara, Menteri Siti Nurbaya memastikan bahwa Indonesia siap berbagi pengalaman untuk pengelolaan gambut dunia yang lebih baik.

”Indonesia siap berbagi best practices pengelolaan gambut kepada Congo Brazzaville dan Congo Kinshasa. Baik untuk para penentu kebijakan maupun tenaga teknis,” tegas Menteri Siti kepada kedua pemimpin negara di Afrika Tengah tersebut. (Wan)
-->

Erin, Gajah berbelalai buntung ini kini semakin sehat

$
0
0
Erin saat diangon Sukowiyono di padang sabana Taman Nasional Way Kambas Lampung Timur. (Kurnia Mahardika/JawaPos.com)
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- ERIN, Gajah berbelalai buntung yang tengah dirawat di Pusat Latihan Gajah (PLG Way kambas) Lampung, kondisinya kini semakin sehat.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar ikut memantau langsung perkembangan kesehatan Gajah betina berusia 4 tahun itu.

”Kondisinya sekarang makin sehat. Aktif, nafsu makan tinggi, aktifitas normal, dan tidak menunjukkan gejala stres,” kata Menteri Siti Nurbaya melalui keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com (26/3/2018).

Khusus terhadap foto luka gajah Erin pada bagian telinga yang diberitakan sebagai jamur, dikatakan Menteri Siti, berdasarkan hasil observasi tim dipastikan bahwa itu merupakan tampilan akibat proses pengobatan menggunakan salep untuk mengobati bekas gigitan lebah.

Perawatan sesuai prosedur kesehatan masih terus dilakukan. Tanggal 23 Maret lalu juga telah dilaksanakan evaluasi kesehatan oleh tim dokter.Terdiri dari perwakilan Direktorat KKH (Febriany Iskandar, Joko Nugroho), Dr.drh.Ligaya Tumbelaka (FKH IPB, PKBSI, PDHI), drh.Diah Esti Anggraini (PLG WayKambas), Koordinator PLG (Elisabeth Dwvi), dan Perwakilan BKSDA Bengkulu (Mukhlas).

Erin juga diberi pakan, suplemen dan obat sesuai dengan kebutuhan tindak medik yang diperlukan. Juga telah diberikan vaksinasi rabies dan anti tetanus. ”Sekarang selalu ada yang mendampingi Erin, ada pengasuh khusus namanya Pak Suko. Kemana-mana selalu diangon atau digembala untuk mengantisipasi kejadian tak diinginkan, sampai nanti Gajah Erin sehat kembali,” jelas Menteri Siti.

Terhadap kasus Erin, Menteri Siti menegaskan pihaknya sangat mengecam keras kejahatan terhadap satwa dilindungi ini. Ia juga mengapresiasi respon cepat Tim Elephant Respon Unit (ERU) Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang berhasil menemukan dan mengevakuasi Erin.

Gajah merupakan satwa payung, yang keberadaannya menandakan sehatnya suatu ekosistem, tersedianya sumber daya untuk mendukung kehidupan satwa lainnya. Pada umumnya kematian Gajah diduga kuat karena perburuan yang mengincar bagian tubuh.
”Saya mengecam keras dan sudah minta Dirjen penegakan hukum jangan kendor untuk memburu pelaku-pelaku kejahatan satwa seperti ini. Jangan sampai ada Erin-erin berikutnya,” tegas Menteri Siti.

Jumlah Gajah liar yang berada di Taman Nasional Way Kambas, dengan Metode Mark-Recapture menggunakan DNA kotoran Gajah pada tahun 2010, ditemukan sebanyak 247 individu, dengan rentang estimasi 220-278 individu. Di Lampung secara khusus, Gajah merupakan satwa maskot yang keberadaannya mendukung pariwisata berbasis satwa liar atau ekologis.

Erin pertama kali ditemukan pada tanggal 23 Juni 2016 oleh Tim Elephant Respon Unit (ERU) TNWK di perbatasan Rawa Arjo, RPTN Susukan Baru. Kondisinya sangat memprihatinkan, ditinggalkan rombongan, malnutrisi, dehidrasi, dan belalai buntung. Erin diduga kuat terjebak perangkap pemburu yang dipasang untuk menjerat Rusa dan Babi Hutan.

Saat itu Erin Langsung dirawat di Rumah Sakit Gajah di PLG Way Kambas. Sekarang kondisinya semakin membaik dengan bobot tubuh mencapai 470 Kg, atau hampir dua kali lipat dari saat ditemukan. Setiap hari dirawat khusus oleh tim doker dan medis RS Gajah.

”Apa yang menimpa Erin akan menjadi pengingat kita untuk terus menjaga habitat Gajah Sumatera. Butuh peran serta semua pihak menjaganya,” tutup Menteri Siti.(Wan)


-->

Pengelolaan Sampah di Jakarta Butuh Teknologi Ramah Lingkungan

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM– KAWALI (Kawal Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) mengingatkan Pemprov DKI agar segera mengatasi persoalan sampah di Jakarta.

Puput TD Putra, Direktur Eksekutif KAWALI mengungkapkan, saat ini produksi sampah warga DKI Jakarta lebih dari 8.500 ton perhari yang dibuang ke TPST Bantargebang sekitar 7.000 ton perhari.

“Merupakan volume sampah sangat besar, sehingga dibutuhkan penanganan serius dan berkelanjutan. Jika tidak akan mengakibatkan persoalan tambah pelik dan kompleks yang tidak berkesudahan permasalahnya,” kata Puput melalui keterangan persnya yang diterima Mediajakarta.com (Situs Sindikasi Beritalingkungan.com)
Saat ini kata Puput, permasalahan persampahan DKI mengindikasikan menuju kondisi “darurat sampah” maka diperlukan komitmen kuat untuk melakukan revitalisasi pengelolaan sampah DKI secara total, dan tepat guna dengan berbagai cara.

Seperti : Multi-Teknologi yang berpektif lingkungan (ramah lingkungan), juga di iringi dgn pengelolaan mulai dari sumbernya, memperdayakan pembangunan TPS 3R, pengelolaan sampah kawasan hingga pengolahan sampah di TPST dengan target pengurangan tinggi (Volume sampah) setidaknya mentargetkan dalam waktu pendek ini dapat mengurangi sampah 50-70% dari total sampah di Jakarta.

“Kita ketahui posisi lahan di TPST Bantargebang sangat terbatas sementara ketinggian tumpukan mencapai 35-40 meter kondisinya seperti ini sangatlah mengkhawatirkan, di saat musim hujan deras mengguyur gunung-gunung sampah tersebut bisa terjadi bencana longsor sampah,”tuturnya.

Puput menyarankan, untuk atasi persoalan tersebut DKI Jakarta perlu segera melakukan pengelolaan alternatif berdaya Teknologi Tinggi dan ramah lingkungan untuk area di dalam kota dalam pengelolaan sampahnya sendiri.
 
“Dalam pengamatan kami pengelolaan sampah dan penanganannya selama ini masih  bergantung pada TPST Bantar gebang di Kota Bekasi,kita perhatikan juga pola2  pengelolaan sampah di beberapa wilayah masih menggunakan pola dengan ditumpuk secara terbuka (open dumping ) dimana sistem tersebut tak lagi diperkenankan, sebagaimana di amanatkan di Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Persampahan,”

“Dalam Pasal 29 huruf (e) dijelaskan, dilarang melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir,” tambahnya.

Dijelaskan, sampah yang ditumpuk terbuka akan rentan dengan penanganan air lindi (leacheate), serta gas methana (CH4) yang timbul akibat reaksi biokimia, dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran di TPA (sudah beberapa kali terjadi hal ini di TPST) Gas methana yang dihasilkan pada timbunan sampah di lokasi TPA, juga telah menyumbang 20-30 kali lebih besar dari pada karbon dioksida (CO2)

Karbon dioksida merupakan pembentuk emisi gas rumah kaca (GRK). Zat tersebut pun menjadi penyebab meningkatnya suhu bumi atau biasa disebut pemanasan global .

Salah satu contoh kasus di TPST Bantar Gebang, meski sudah dilakukan perbaikan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, namun dampak negatif lingkungan dan sosial menjadi sumber masalah. Seperti penyakit, pencemaran udara, tanah, dan air tanah/irigasi, bau hingga radius ber-kilometer jarak jangkaunya, menyebabkan krisis air bersih, serta rawan konflik sosial. (Wan)
-->

Air Kali di Pintu Kanal Timur tercemar

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Air kali di Pintu Kanal Timur Jakarta tercemar limbah yang ditandai dengan air kali terlihat berbusa berwarna putih.

Lembaga lingkungan KAWALI (Kawal Lingkungan Indonesia) menduga pencemaran sungai  tersebut bisa di sebabkan oleh Limbah rumah tangga, terutama dari detergen, mencemari sungai-sungai di ibu kota jakarta.

Menurut pantauan KAWALI, pencemaran paling parah terlihat di muara teluk jakarta yang menampung 13 aliran sungai. Air Kali di Jakarta yang berwarna coklat tampak bersih, tidak ada sampah di permukaannya. Namun, air bergerak deras di pintu air kanal timur memicu munculnya busa.

“Air dari atas jatuh dengan keras dan mengaduk air di bawahnya,” terjadi berbusa. Asumsi saya munculnya busa itu akibat limbah domestik atau limbah dari rumah tangga,” kata Puput TD Putra Direktur Eksekutif KAWALI (Kawal Lingkungan Indonesia) kepada Beritalingkungan (27/3/2018).

Menurut Puput, kandungan detergen di sungai mengendap di dasar sungai teraduk lalu timbul busa di permukaannya, Tapi hal ini perlu di telusuri lebih dalam dan ada hasil lab pendukung yg menyatakan pencemaran itu benar di dominasi oleh limbah diterjen.

Ada kekuatiran juga hal tersebut di sebabkan oleh hal lain , misal ada pembuangan limbah secara diam-diam yang di lakukan oleh oknum atau di sekitaran sini ada industri yang diam membuang limbahnya ke sungai ? Makanya perlu semua di telusuri dgn benar agar kejadian hal-hal seperti ini tidak sering terulang kembali.

“Menurut kami salah satu solusinya harus ada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal di titik pemukiman warga, agar air limbah dapat di tampung lebih dahulu di IPAL sebelum di aliri ke sungai Dengan IPAL, limbah diproses terlebih dahulu sebelum masuk ke sungai,”ujarnya.

Menurut Puput, Pemerintah harus tegas menjalankan peraturan kususnya di bidang lingkungan , bila di temukan ada kesengajaan/pembiaran pencemaran ini ya harus di tindak tegas.

Limbah domestik sebagian besar mengandung detergen dari pencucian perabot dapur, kendaraan, atau air sabun dari kamar mandi kondisi seperti itu hampir terjadi di semua sungai di jakarta, tetapi tingkat pencemaran paling tinggi terjadi di hilir sungai (Teluk Jakarta) makanya sering terjadi ledakan alga/planton, karna limbah detergen ini mengandung fosfat yang kemudian menjadi gizi untuk si konsumsi oleh Alga / gangang

Satu unit IPAL komunal membutuhkan lahan kurang lebih minimal 100 meter persegi dan Pemerintah DKI Jakarta biasanya terkendala faktor lahan.

Puput menambahkan, limbah domestik jelas membahayakan populasi ikan di sungai dan bisa mematikan mangrove bila hal ini di biarkan terus menerus pada umumnya

Terbuangnya Detergen ke sungai menyebabkan peningkatannya kandungan fosfat yang terkandung di dalam sungai dan menyebabkan meningkatnya beberapa spesies ganggang. sehingga oksigen yang ada di dalam air akan berkurang dan menyebabkan kematian bagi ikan – ikan yang ada di dalam sungai tersebut dan juga dengan peningkatan kandungan fosfat dalam air sungai dapat menyebabakan masalah yang disebut eutrofikasi, yaitu masalah lingkungan yang disebabkan oleh limbah fosfat khususnya yang terjadi pada ekosistem air tawar.

Eutrofikasi sebenarnya merupakan kejadian alami yang dimana ekosistem air tawar mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa dan semakin banyak aktivitas manusia maka proses alami ini berjalan lebih cepat dari seharusnya sehingga terjadinya peristiwa Algal Bloom yang biasa terjadi di teluk jakarta.

Pesatnya pertumbuhan tumbuhan berukuran mikro akibat meningkatnya ketersediaan fosfat bisa menyebabkan degradasi kualitas air , Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol, menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. “Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam rantai ekosistem air mnyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air,” tandasnya (Wan)
-->

KLHK dorong perempuan aktif melestarikan lingkungan

$
0
0
JAKARTA, MEDIAJAKARTA,COMKementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong peran perempuan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup dan kehutanan.
Untuk mendorong hal tersebut, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya kemarin mengadakan pertemuan dengan perwakilan masyarakat dari 10 provinsi di seluruh Indonesia, untuk membahas pemantapan program keadilan dan kesetaraan gender dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang berkelanjutan.
 “Kementerian LHK menyadari dan mengakui sepenuhnya bahwa bagi perempuan, hutan dan lahan tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi memiliki makna yang lebih luas. Hutan dan lahan memiliki nilai sosial, budaya dan merupakan bagian dari eksistensi kehidupan perempuan. Nilai-nilai tersebut patut dijaga dan dipertahankan,”  kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya dalam forum dialog yang bertempat di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, (28/03/2018)
Pada kesempatan tersebut, 80 orang perwakilan masyarakat, yang merupakan mitra Selamatkan Hutan dan Lahan melalui Perbaikan Tata Kelola (SETAPAK) ini, menyampaikan langsung di hadapan Menteri Siti, berbagai inisiatif dalam mencari, menemukan dan memfasilitasi pejuang-pejuang keadilan gender dalam pengelolaan SDA. 
Terkait hal ini, KLHK akan terus memberikan perhatian penuh terhadap hal ini sesuai dengan amanat pencapaian Sustainable Development Goals (SDG).
Berbagai inisiatif tersebut telah dijalankan oleh beberapa organisasi masyarakat sipil mitra The Asia Foundation (TAF): LBH Aceh, MATa, Qbar,WALHI Sumsel,  Aman Mentawai, PBHK, SP Palembang, Sp Nasional, JATAM Kaltim, AMAN Kaltim, PBHK, AMAN Kalbar, JARI, PPK, Sikola Mombine, YMP, Paradisea dan PtPPMA.  
Dalam kesempatan yang sama, Lili Hasanuddin, Direktur Program SETAPAK (Selamatkan Hutan dan Lahan Melalui Perbaikan Tata Kelola) memantapkan bahwa The Asia Foundation (TAF) bersama mitra-mitranya melalui program SETAPAK secara terus-menerus telah berupaya memperkuat kapasitas masyarakat termasuk perempuan lokal untuk mewujudkan tata kelola hutan dan lahan yang berkeadilan gender serta mewujudkan keadilan dan kesetaraan dalam pengelolaan sumber daya alam di Indonesia.
“Diantaranya dengan melakukan “Temu Nasional Pejuang Keadilan dan Kesetaraan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam”. Pertemuaninidiharapkan akan menjadi ruang bagi calon pemimpin perempuan dengan dukungan kelompok laki-laki untuk meningkatkan kapasitas dan berbagi strategi terkait advokasi dalam mendorong tata kelola hutan dan lahan yang berkeadilan gender,”  kata Lili.
Lili yakin bersama 68 mitra SETAPAK yang terdiri dari civil society organization (CSO) dan lembaga penelitian di level nasional dan 10 provinsi lokasi utama program, yakni Aceh, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Papua, Papua Barat. 
Serta 5 wilayah tambahan yaitu: Bengkulu, Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Bangka Belitung dan Sumatera Utara, program SETAPAK akan semakin mengokohkan peranannya dalam memperjuangkan keadilan gender dan kesetaraan khususnya bagi kaum perempuan. (Wan)

-->

Ria Srikandi Manggala Agni, Sosok Kartini Masa Kini

$
0
0
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Peringatan Hari Kartini tidak sekedar merayakan Hari Kelahiran Raden Ajeng Kartini, yang terkenal sebagai pejuang emansipasi perempuan kala itu. Berkat perjuangan Kartini, perempuan Indonesia terbuka pintu untuk berkarya di segala bidang, untuk kemajuan Indonesia.

Sebagaimana Fitria Sri Handayani atau yang akrab disapa Ria (29), salah seorang anggota Manggala Agni – Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, sosok Kartini masa kini, yang telah berjuang melakukan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sejak tahun 2008 silam.
Ria menuturkan, semangat Kartini memperjuangkan emansipasi perempuan Indonesia, sungguh menginspirasi baginya. Selain fitrahnya sebagai ibu dan seorang istri, menurutnya, perempuan sekarang dapat berkiprah dan berkarya untuk memajukan daerah bahkan negara.

“Sebagai contoh, saat ini kebakaran hutan dan lahan menjadi salah satu ancaman bagi kelestarian alam dan lingkungan Indonesia. Kita sebagai Manggala Agni tentu dapat terjun langsung dan berbuat lebih untuk menyelamatkan Indonesia dari ancaman tersebut”, jelas perempuan yang bertugas di Daerah Operasional Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat ini.

“Berjuang di Manggala Agni ini mengingatkan saya pada perjuangan Kartini jaman dulu. Kartini telah berhasil menunjukkan kepada dunia luar, bahwa perempuan dapat berbuat lebih dengan kemampuan yang dimilikinya. Menjadi Manggala Agni kita dapat melakukan aksi yang sangat berarti bagi keselamatan bangsa dari ancaman buruk karhutla”, ujarnya penuh optimis.

Awal bergabung sebagai anggota Manggala Agni, Ria bertugas di sekretariat Daops, mengolah data sistem pendeteksi cuaca, serta administrasi perkantoran. Selain itu, ia juga bertugas sebagai Pendamping Desa pada Kelompok Kerja Pencegahan Karhutla di Kabupaten Ketapang.

Meski dirinya seorang perempuan, hal ini tidak menjadikannya minder dan terbatas dalam berkarya. Ria juga mengaku, tidak ada perbedaan tugas dengan anggota pria Manggala Agni lainnya yang mayoritas laki-laki.

“Ketika melakukan pemadaman, kita tidak hanya memiliki tugas di barisan belakang. Manggala Agni perempuan juga bisa berperan sebagai pemegang nozzle di garis depan yang berhadapan langsung dengan api”, tuturnya dengan penuh semangat.

Berkat kemampuan, ketekunan dan semangat kerjanya, saat ini Ria adalah satu-satunya Komandan Regu (Danru) Manggala Agni perempuan di Indonesia. Tentunya tanggung jawab ini merupakan sebuah tantangan baginya.

Tidak lupa, ibu dari tiga anak ini juga berpesan pentingnya untuk memaknai Hari Kartini setiap hari. “Perempuan Indonesia itu pada hakikatnya memiliki semangat pejuang seperti Kartini. Perempuan tidak hanya menjadi tukang masak, menyuci dan bereproduksi saja. Lebih dari itu, perempuan bisa berkarya dalam segala bidang. Berkat perjuangan Kartini, saya bisa menjadi seorang Manggala Agni dan menjalankan profesi ini hingga saat ini”, pungkas Ria dengan bangga. (BL)
-->

Kapal Rainbow Warrior Kembali Jelajahi Perairan Nusantara

$
0
0
JAKARTA, MEDIAJAKARTA.COM- Kapal Legendaris Greenpeace, Rainbow Warrior kembali melakukan penjelajahan menyusuri perairan Nusantara dan besok pagi direncanakan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
 
Dikutip dari laman resmi Greenpeace Indonesia, selama penjelajah perairan Nusantara, Kapal Rainbow Warrior akan menjadi mercusuar yang menyoroti beragam cerita inspiratif dari berbagai kalangan masyarakat yang telah melakukan langkah penting dalam menciptakan keharmonisan dalam perlindungan lingkungan Indonesia.

Rainbow Warrior akan menjadi kapal yang membawa dan mengumpulkan jutaan suara-suara harapan dari masyarakat yang menginginkan terciptanya kembali harmoni di dalam nusantara.

Pada perjalanan kali ini, Kapal Rainbow Warrior membawa sederet tokoh masyarakat, artis, aktivis, komunitas, wartawan lingkungan, pengambil keputusan, dalam penjelajahan ini untuk bersama-sama membangun solusi bersama bagi masa depan Indonesia yang hijau dan damai.

Kapal Rainbow Warrior mulai menjelajahi perairan Nusantara dengan mengawali pelayaran dari Manokwari, Raja Ampat, Papua pada tanggal 12 Maret 2018, kemudian lanjut ke Bali pada tanggal 14-15 April 2018, lalu ke Jakarta dari tanggal 23- 29 April 2018.

Selama berlabuh di sejumlah pelabuhan di Indonesia, publik Indonesia diperbolehkan datang untuk berkunjung ke atas kapal Rainbow Warrior dan berkenalan dengan para crew yang terdiri atas aktivis lingkungan dari perbagai negara, sekaligus belajar bagaimana cara mencintai Indonesia dengan melindungi harmoni alam dan manusianya.

Rainbow Warrior juga berlabuh di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali, untuk menyuarakan menjaga harmoni alam dan budaya Bali.

Open Boat Jakarta

Persoalan lingkungan Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia seperti kemacetan, polusi udara, hingga timbunan sampah yang tidak terkontrol menjadi masalah yang tak lepas dari kehidupan perkotaan juga menjadi perhatian dari kedatangan para aktivis Greenpeace yang ikut melakukan pelajaran keliling Nusantara kali ini.

Greenpeace mendorong masyarakat Jakarta untuk memanfaatkan ruang publik dan kegiatan urban farming yang bisa menjadi solusi ketahanan pangan kota.

Silakan berkunjung ke Kapal Rainbow Warrior besok dan ikuti berbagai acara digelar di atas Kapal Rainbow Warrior (Wan)
-->

ini Agenda Tur Kapal Rainbow Warrior di Jakarta

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM– Kapal Legendaris Greenpeace, Rainbow Warrior kembali melakukan penjelajahan menyusuri perairan Nusantara dan setelah melakukan penjelajah dari Papua hingga Bali. Dan besok pagi direncanakan kapal pembela lingkungan itu akan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
 
Selama berlabuh di sejumlah pelabuhan di Indonesia, termasuk di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta,  publik Indonesia diperbolehkan datang untuk berkunjung ke atas kapal Rainbow Warrior dan berkenalan dengan para crew yang terdiri atas aktivis lingkungan dari perbagai negara, sekaligus belajar bagaimana cara mencintai Indonesia dengan melindungi harmoni alam dan manusianya.
Berikut jadwal detail acara Kapal Rainbow Warrior III selama berada di Jakarta, yang diperoleh Beritalingkungan dari pihak Greenpeace Indonesia.

Senin, 23 April 2018:
09.00 – 10.00   : Acara Penyambutan Kedatangan Kapal (Acara dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan)
10.00 – 12.00    : FGD Jakarta Solar City
Narasumber:
Anies Baswedan Ph.D (Gubernur DKI Jakarta)
Prof. Ir. Rinaldy Dalimi (Dewan Energi Nasional)
Andhika Pratama (Ketua Asosiasi Energi Surya)
Selasa, 24 April 2018
09.00 – 12.00     : Launching Aplikasi Udara Kita Versi 2.0 (Undangan event hanya untuk celebgram, dan vlogger).
Pembicara:
Bondan Andriyanu (Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia)
Dr. Mukhtar Ikhsan dari Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
Rabu, 25 April 2018:
09.00 – 12.00     : Diskusi Forum Komunikasi Konservasi Indonesia (FKKI) , (Greenpeace Indonesia, WWF, Conservation Indonesia, WCS, Burung Indonesia, WRI, KEHATI, The Nature Conservancy, Transformasi Indonesia, Wetland Indonesia)
Kamis, 26 April 2018:
09.00 – 16.00     : Kunjungan Publik
Jumat, 27 April 2018:
09.00 – 12.00     : FGD Korupsi di Sektor Kehutanan
Pembicara:
Pimpinan KPK,  Laode Syarif
Anggota Komisi Informasi Pusat (KIP), Gede Narayana
Pembicara CSO (Greenpeace, Auriga, ICW, Jatam, FWI)
Sabtu, 28 April 2018:
09.00 – 16.00   : Market place; Booths for recycle materials, organic foods, and RE 09.00 – 12.00  : Diskusi Breakfree From Plastic
17.00 – 18.30   : Nonton Bareng Film ASimetris
19.00 – 21.00   : Konser Bumi (NAVICULA Band)
Minggu, 29 April 2018
09.00 – 16.00     : Kunjungan Publik dan Market Place
(Marwan)
-->

Hari Bumi, Aktivis WALHI Arak Bola Bumi Serukan Penyelamatan Hutan

$
0
0
Aksi aktivis lingkungan di Medan dalam rangka memperingati Hari Bumi.  Foto : Antara Foto/Irsan Mulyadi.
MEDAN, BERITALINGKUNGAN.COM- Hari ini para pemerhati lingkungan, kembali memperingati Hari Bumi termasuk di Medan, Sumatera Utara.

Di Medan, para aktivis lingkungan yang tergabung dalam Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) memegang spanduk dan mengarak bola dunia di jalan protokol kota Medan, Minggu (22/4).

Mereka juga mengusung spanduk bertuliskan"Selamatkan Rimba Terakhir". Dalam aksinya para aktivis WALHI mengajak masyarakat untuk peduli hutan, demi kelestarian bumi kita. (TL/Ant/BL)
-->

KLHK mengajak masyarakat terlibat dalam pencegahan kebakaran Hutan

$
0
0
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Dalam dua tahun terakhir, upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menunjukkan capaian yang signifikan. Meski begitu, pada tahun 2018 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengajak serta masyarakat terus meningkatkan upaya pencegahan karhutla.

Berdasarkan prediksi dari BMKG, tahun  2018 relatif lebih panas dibanding 2017. Disamping itu penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak dan ajang Asian Games pada bulan Agustus 2018 di Jakarta dan Palembang memerlukan upaya yang ekstra untuk meminimalisir kejadian karhutla.

“Untuk itu perlu bekerja bersama-sama mengoptimalkan segala sarana, daya,  peralatan yg ada disemua stakeholder dalam upaya pencegahan karhutla melalui peningkatan peran para pihak termasuk di dalamnya pemberdayaan masyarakat,” ujar Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Raffles B. Pandjaitan dalam rilisnya yang diterima Beritalingkungan.com (24/4/2018).

Dijelaskan, KLHK telah menyiapkan rencana aksi pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2018 yang meliputi penguatan kelembagaan, penguatan deteksi dini, dan penguatan penyadartahuan terhadap masyarakat. Disamping itu juga dilakukan penguatan upaya penegakan hukum dan dukungan pendanaan pengendalian karhutla.

Raffles menambahkan bahwa penguatan kelembagaan dilakukan dengan mengaktifkan posko dan satgas  pengendalian karhutla di pusat, provinsi, kabupaten, hingga ke tingkat desa. Kepala Daerah dituntut untuk lebih proaktif dalam pemantauan kondisi di wilayahnya dan menindaklanjuti penetapan Siaga Darurat.

Masyarakat dapat berperan dalam keikutsertaannya dalam setiap upaya pencegahan yang dilakukan KLHK dan instansi lainnya. Keberhasilan pengendalian karhutla juga didukung kesiapsiagaan SDM dan sarpras di semua pemangku kepentingan, khususnya pengelola kawasan hutan  dan lahan.

Langkah deteksi dini yang dilakukan KLHK yaitu dengan pemantauan hotspot setiap hari melalui portal sipongi.menlhk.go.id  yg kemudian di tindaklanjuti groundcheck ke lapangan. Pemantauan lapangan melalui patroli darat secara terpadu oleh Manggala Agni, Babinsa, Babinkamtibmas, Kepala Desa, Masyarakat Peduli Api (MPA) dan media sudah dilaksanakan sejak awal Maret 2018.

Saat ini terdapat 178 posko dengan jangkauan wilayah desa yg dipatroli 640 desa dengan rincian Kalimantan Barat 60 Posko dengan jumlah desa yg dijangkau patroli 189 desa, Riau 65 Posko dengan desa jangkauan 275 desa, Kalimantan Tengah 45 posko dengan desa jangkauan 135 desa serta Sulawesi Tenggara 8 posko dengan desa jangkauan 41 desa.

Disamping itu, patroli rutin dilakukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) KLHK yaitu Taman Nasional, Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem di seluruh Indonesia sebagai langkah pencegahan karhutla di wilayah kerjanya.

Pemantauan dan waterbombing melalui patroli udara oleh  KLHK bekerjasama dengan BNPK dan swasta di Provinsi Riau telah berhasil melakukan pemadaman dari udara di wilayah yang sulit terjangkau. Hingga 18 April 2018 jumlah air yang digunakan dalam operasi udara sebanyak 3.562.400  liter air.

Yang tidak kalah penting yaitu penguatan upaya penyadartahuan melalui kegiatan kampanye, sosialisasi, penyuluhan, dan pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA)/ Kelompok Tani Peduli Api (KTPA). Begitu juga dengan penguatan penegakan hukum bidang karhutla dengan melaksanakan pelatihan kepada penegak hukum serta peningkatan sinergitas dan koordinasi kepada penegak hukum di tingkat lapangan.

Terkait upaya pemenuhan dukungan pendanaan pengendalian karhutla, dapat bersumber dari APBN K/L, DBH-DR dengan ketentuan >50% digunakan untuk pencegahan karhutla di provinsi yang termasuk rawan karhutla. Selain itu, dapat ditunjang dengan penggunaan APBD, APBDes, Dana Desa, serta sumber dana lain yang sesuai dengan peraturan perundangan.

"Rencana aksi tersebut selain diupayakan oleh KLHK juga memerlukan sinergi para pihak dan peran serta masyarakat. Hal itu menjadi kunci penting dalam keberhasilan upaya pengendalian karhutla di Indonesia,"Tandasnya. (Wan) -->

Menteri LHK Paparkan Berbagai Capaian SDGs Sektor Kehutanan di Forum FAO

$
0
0
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM-Dunia mengalami tekanan dengan pertumbuhan populasi dan kemajuan pembangunan, yang berdampak pada lingkungan dan sumber daya alam.

Demi menjaga kemaslahatan umat manusia, PBB telah mencanangkan Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan yang mencakup 17 bidang target yang diupayakan tercapai pada tahun 2030 mendatang.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Dr. Siti Nurbaya Bakar, memaparkan upaya-upaya nyata pemerintah Indonesia dalam mencapai target SDGs. Khususnya pada upaya mengontrol sektor kehutanan dan memulihkan lingkungan.

''Hutan sangat penting dalam pencapaian SDGs. Kebijakan nasional kehutanan kini telah sejalan dengan tujuan tersebut, dan perubahan besar telah terjadi di Indonesia menuju perspektif baru keberlanjutan,'' tegas Menteri Siti saat menjadi pembicara kunci dalam Pembukaan The 24th Session of FAO Committee on Forestry (COFO-24), di Roma, Italia, Senin (16/7) waktu setempat. Lebih dari 130 negara anggota FAO hadir dalam Pertemuan yang berlangsung mulai 16 sampai dengan 20 Juli 2018.

Perspektif kehutanan di era Presiden Joko Widodo, kata Menteri Siti, telah bergeser untuk menciptakan keseimbangan sosial, menjaga lingkungan, serta hutan bernilai ekonomi untuk kepentingan negara dan masyarakat.

''Kami telah melakukan perbaikan kebijakan untuk mencapai pengelolaan hutan lestari. Kami juga menyelaraskan kebijakan kehutanan dengan rencana pembangunan, serta komitmen internasional termasuk SDGs dan Perjanjian Paris,'' jelasnya.

Komitmen pemerintah Indonesia dalam mencapai SDGs tercermin dari peraturan Presiden nomor 59 tahun 2017 tentang tercapainya SDGs, yang terdiri dari sektor ekonomi, sosial, lingkungan dan tata kelola yang baik.

''Dalam pengelolaan hutan, pemerintahan Presiden Jokowi fokus mengatasi persoalan kehutanan untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial. Salah satunya dengan merangkul komunitas masyarakat sekitar hutan,'' jelasnya.

Sebanyak 25.800 dari 80.000 desa yang terletak di dalam atau di sekitar kawasan hutan, telah diperjelas statusnya. 1,73 juta ha juga diberikan kepada 390.000 rumah tangga. Ini mengangkat sekitar 1,2 juta orang miskin dari sekitar 10 juta orang miskin di dalam dan sekitar hutan.

Pemerintahan Presiden Jokowi juga mengaktualisasikan HAM melalui pengakuan hutan adat yang belum pernah diberikan di masa pemerintahan sebelumnya. ''Untuk pertama kalinya, hak masyarakat adat diakui secara resmi pada Desember 2016. Jumlah area hutannya akan terus dikembangkan hingga 2,2 juta ha,'' ungkap Menteri Siti Nurbaya.

Menteri Siti juga mengurai berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia khususnya KLHK dalam mencapai target-target dan indikator SDGs lainnya. Seperti upaya mengurangi polusi dengan penanaman kembali 400 ribu ha pohon di daerah eks pertambangan, mengurangi efek rumah kaca, mengurangi deforestasi, pencegahan kebakaran hutan dan lahan, serta komitmen menjaga lahan gambut.

''Khusus untuk Karhutla, Indonesia berhasil menurunkan jumlah area terbakar dari 2,6 juta ha di 2015, menjadi 168 ribu ha di 2017. Dan untuk pertama kalinya dalam kurun waktu dua dekade, tidak ada asap lintas batas,'' ungkap Menteri Siti.

Untuk target SDGs di bidang pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi, KLHK fokus pada pengembangan ekowisata di 54 Taman Nasional di Indonesia. Selain itu diberikan akses legal kelola hutan melalui Perhutanan Sosial untuk memperkuat ketahanan pangan. Untuk target SDGs menjaga produksi berkelanjutan, Indonesia melalui KLHK telah melakukan inovasi dengan membuat Sistem Informasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (SIPHPL).

KLHK juga terus memperbaiki tata kelola kelestarian hutan di Indonesia, salah satunya melalui Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang berfungsi untuk memastikan produk kayu dan bahan bakunya diperoleh atau berasal dari sumber yang asal-usulnya dan pengelolaannya memenuhi aspek legalitas.

''Terkait dengan tujuan nomor 15, Life of Land, Indonesia telah berhasil mengurangi tingkat deforestasi sekitar 0.45 juta ha per tahun, dibandingkan dengan rata-rata laju deforestasi 1990-2012 yang mencapai 0.92 juta ha dan telah melakukan upaya pembenahan tata kelola kawasan lindung dan memberikan perhatian pada konvensi keanekaragaman hayati,'' jelas Menteri Siti.

Terkait dengan upaya mencapai SDGs, Indonesia juga memimpin beberapa kemitraan dengan dunia internasional, seperti agenda menjaga Heart of Borneo yang melibatkan Indonesia, Malaysia dan Brunei. Selain itu juga diinisiasi pengelolaan daerah aliran sungai lintas batas antara Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste, serta antara Indonesia dan Papua Nugini.

''Kami juga memulai kerjasama dengan Republik Kongo dan Republik Demokratik Kongo untuk meningkatkan pengelolaan lahan gambut di Kongo Basin dengan dukungan dari PBB bidang program lingkungan. Selain itu kami juga mempersiapkan pusat riset gambut di Indonesia,'' jelasnya.

Selama tiga tahun terakhir Indonesia telah berbagi pelatihan teknis kehutanan dengan Timur Leste. Indonesia juga telah menjalin berbagai kemitraan dengan Uni Eropa, Inggris, Jerman, Norwegia, Denmark, Jepang, Korea Selatan serta multilateral organisasi termasuk FAO, UNDP, lingkungan PBB, ITTO, GEF, dan AfoCO dalam mempromosikan pengelolaan hutan Lestari.

Dengan pergeseran paradigma ini, Indonesia memiliki peran penting bagi dunia untuk mempertahankan ekosistem hutan dan mendukung agenda dunia pada pembangunan berkelanjutan. ''Mari kita bergandeng tangan, bekerja sama dan memastikan bahwa kita semua bergerak ke arah yang benar,'' tegas Menteri Siti.

Pada sesi FAO Komite Kehutanan yang dipimpin oleh Akram chehayeb (Lebanon), turut memberikan pernyataan dalam Sesi Pembukaan adalah Presiden Sri Lanka Maithripala sirisena, Ketua Komite keamanan pangan FAO Slawomir Mazurek. Tercatat 99 negara anggota FAO hadir dalam Pertemuan yang berlangsung mulai 16 sampai 20 Juli.(Wan)
-->

Jelang ASIAN Games, Kwalitas Udara Jakarta Mengkhawatirkan

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Menjelang pelaksanaan ASIAN Games yang tinggal menghitung hari, berbagai persiapan terus digenjot.
Dari sekian banyak persoalan, masalah kwalitas udara di Jakarta selaku tuan rumah dianggap mengkhawatirkan. Pasalnya, udara Jakarta dinilai belum memenuhi standar World Health Organization (WHO).  Demikian keterangan yang diperoleh berdasarkan analisa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) antara 11 Mei-6 Juli 2018.

Pemantauan kualitas udara mengukur tingkat Particulate Matter (PM) 2,5 yang setara dengan partikulat debu berukuran 2,5 mikron. Merujuk pada standar WHO, angka PM 2,5 ideal adalah 25 mikrogram per meter kubik (µg/m3).

Di sisi lain berdasarkan pemantauan KLHK di Jakarta, terjadi konsentrasi PM 2,5 mencapai angka 44,8 µg/m3 sebelum cuti lebaran tahun ini. Saat cuti lebaran, konsentrasi PM 2,5 turun menjadi 30 µg/m3. Kemudian setelah cuti lebaran, rerata PM 2,5 naik lagi menjadi 39 µg/m3. Mutu udara Jakarta itu melebihi standar WHO.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan, Karliansyah menjelaskan kualitas udara ibu kota sangat dipengaruhi masifnya pembangunan infrastruktur dan peningkatan kendaraan bermotor.

“Kalau kita merujuk dari baku mutu nasional 65 µg/m3 sebenarnya tidak masalah. Tetapi, sebagai tuan rumah kita harus bisa memenuhi kriteria WHO 25 µg/m3. Oleh karena itu, kita harus coba turunkan 39 µg/m3-nya,” terang Karliansyah di kantornya, kemarin.

Sesuai jadwal, Asian Games akan digelar pada 18 Agustus-2 September 2018. Selain Jakarta, Palembang juga ditunjuk sebagai sebagai kota penyelenggara.

Berdasarkan Pantauan KLHK terhadap mutu udara Palembang, tidak ada pengaruh signifikan antara sebelum, masa cuti lebaran, dan setelah masa cuti lebaran. Rata-rata konsentrasi kualitas udara ambien Palembang untuk PM 2,5 adalah 16,2 µg/m3.

Karliansyah mengatakan ada sejumlah langkah yang telah diupayakan sejak beberapa bulan lalu, seperti pengawasan kepada industri yang beremisi, serta kesepakatan dengan Dinas Perhubungan dan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya terkait pengaturan lalu lintas.

Salah satunya dengan mensterilkan kawasan Gelora Bung Karno, Senayan sebagai ring utama arena pertandingan Asian Games dari kendaraan pribadi dan umum.

“Kalau sumber-sumber pencemaran ini bisa kita tekan, Insyaallah 39 µg/m3 tadi bisa turun,” tandasnya. (CN/MJ/BL)
-->
Viewing all 1284 articles
Browse latest View live