Quantcast
Channel: Beritalingkungan.com | Situs Berita Lingkungan | The First Environmental Website in Indonesia
Viewing all 1284 articles
Browse latest View live

Anggota DPR Soroti Peran Kontroversi Luhut Ditengah Wabah Corona

$
0
0
Anggota DPR RI, Fauzi H Amro.

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Anggota Komisi IV DPR-RI, Fauzi H Amro kembali menyoroti perubahan kebijakan Presiden Jokowi dalam penanganan virus corona dan peran kontroversi Luhut Binsar Panjaitan yang mendadak mengurus penanganan covid-19.

“Saya melihat kebijakan Pemerintah Pusat dalam penangan wabah virus corona selain lambat, juga plin plan. Misalnya awalnya Presiden Jokowi melarang orang mudik untuk membatasi penyebaran corona. Namun belakangan Luhut bersama Jubir Presiden tiba-tiba meralat kebijakan tersebut dan membolehkan mudik. Kebijakan ini tak sejalan dengan berbagai upaya Pemerintah Daerah membendung atau memutus laju persebaran virus corona,”ujar Fauzi melalui keterangan persnya di Jakarta (5/4).

Fauzi mengatakan, kebijakan membolehkan mudik itu juga tak selaras dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Skala Besar (PSSB) Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang dicanangkan Presiden Jokowi.

Alumnus IPB ini menilai kebijakan PSSB dalam penanganan corona tak ada kemajuan yang berarti dalam menangkal laju wabah virus corona, terlebih tak ada larangan bagi pemudik, demikian hal bus-bus dari daerah menuju Jakarta juga masih dibolehkan.

Apa yang diatur dalam PSSB seperti kebijakan bekerja di rumah, beribadah di rumah, pembatasan transportasi publik dan larangan berkumpul sebenarnya sudah dan tengah berjalan sekitar 3 pekan diberbagai daerah termasuk di Jakarta. Bahkan inistiaf sejumlah daerah yang melakukan karantina wilayah seperti di Tegal jauh lebih progresif dalam penangan wabah virus corona.

Melalui kebijakan PSSB, Pemerintah Pusat terkesan mau melimpahkan urusan penanganan corona ke daerah. Pemerintah Pusat tak mau menerapkan kebijakan karantina wilayah karena tidak siap mensuplai kebutuhan pangan masyarakat sesuai diwajibakan Undang-Undang Karantina.

“Dalam Pedoman PSSB baru dikeluarkan Menteri Kesehatan,  ada kewajiban Kepala Daerah memastikan suplai pangan, bila ingin daerahnya ditetapkan dalam status PSSB,”ungkapnya.

Seharusnya lanjut politisi Partai Nasdem ini, dalam situasi darurat kesehatan seperti sekarang, Pemerintah Pusat berkewajiban memastikan ketersedian pangan masyarakat yang saat ini ditengah dililit berbagai kesulitan ekonomi.

Menurut Fauzi, lambatnya respon Pemerintah Pusat, karena ada sosok yang sangat begitu berkuasa mengendalikan kabinet. Dan sosok itu lebih mengutamakan kepentingan ekonomi dari pada menyelamatkan rakyat Indonesia dari wabah virus corona. Ia berperan melebihi kewenangannya. Sosok itu adalah Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertindak seolah 'The Real President'..

Pertama Luhut membatalkan permintaan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menghentikan operasional bus antarkota antarprovinsi (AKAP), bus antar-jemput antarprovinsi (AJAP), serta bus pariwisata dari dan ke Jakarta, di tengah wabah virus corona.

Keputusan itu diambil Luhut selaku pelaksana tugas Menteri Perhubungan (Menhub) menggantikan Budi Karya Sumadi yang tengah terbaring di rumah sakit lantaran positif Covid-19. Luhut berdalih belum ada kajian dampak ekonomi dari penghentian operasional bus-bus tersebut.

Selain itu, Luhut menurut juru bicara Menko Maritim dan Investasi (Marves), Jodi Mahardi seperti dikutip salah satu media nasional, pada rapat dadakan yang digelar Presiden Jokowi akhir Maret lalu, Luhut ditunjuk sebagai koordinator penanganan Covid-19. Jadi terjadi tumpang tindih antara peran Luhut sebagai koordinator penangan covid-19 dengan Kepala BNPB Doni Monardo yang sebelumnya ditunjuk sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Padahal sesuai isi Keppres Nomor 9 Tahun 2020, Luhut sebenarnya tak dapat panggung di Gugus Covid-19. Dalam Keppres itu, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ditetapkan sebagai Ketua Pengarah Gugus Covid-19 didampingi Menko Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) dan Menteri Kesehatan (Menkes) sebagai wakil. 

Selain itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana Gugus Covid-19. Kementerian Marves hanya disebutkan sebagai anggota tim pelaksana Gugus Covid-19. Luhut bahkan tidak masuk dalam anggota tim pengarah sebagaimana menteri-menteri Jokowi lainnya. 

Tapi begitu,Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berencana menerapkan kebijakan karantina wilayah di Jakarta sebagai upaya membendung laju penyebaran virus corona, Luhut mendadak muncul kepublik, sebagai pelaksana Menteri Perhubungan dan memveto menolak rencana kebijakan Anies Baswedan. “Saya heran, apa pun inisiatif Anies selalu ditolak Pemerintah Pusat,”ujarnya.

Karantina wilayah terlebih dulu sudah dilakukan Tegal, Tasikmalaya dan lain-lain. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga punya inisiatif serupa yaitu melakukan karantina wilayah di Jakarta, tapi sangat disesalkan, Luhut Binjar Panjaitan, sebagai Pelaksana Menteri Perhubungan menolak kebijakan tersebut, padahal itu kebijakan terbaik dalam memutus rantai wabah virus corona.

Kebijakan Pemerintah Pusat yang selalu berubah-ubah dan tidak mengakomodir inisiatif daerah lanjut alumnus HMI ini, bisa menimbulkan daerah kehilangan kepercayaan pada Pemerintah Pusat, terlebih Pemerintah Pusat terlihat lambat dalam mengambil kebijakan strategis dalam penanganan covid-19.

Belum lagi, penanganan covid-19 ini di Pemerintah Pusat seperti tidak satu komando, ada Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 dipimpin Kepala BNPB, Doni Monardo. Disisi lain Luhut juga ditunjuk sebagai koordinator penanganan Covid-19.

“Kalau kita mencermati, dari periode pertama Pemerintahan Jokowi hingga saat ini, peran Luhut seperti disampaikan banyak pihak sudah seperti Perdana Menteri, bahkan ada yang menyebut Luhut, Pak Luhut ini bertindak seperti 'the real President', ini membuat sosok Luhut oleh sejumlah pengamat dan ekonomi dianggap berbahaya. Karena peran Luhut kelihatan sangat begitu berkuasa di kabinet Jokowi, mengabaikan begitu banyak suara-suara publik yang mengingatkan perbaikan kebijakan diperiode kedua Jokowi termasuk kebijakan yang cepat dan kongkrit dalam penanganan wabah virus corona,”

“Luhut lebih mengutamakan kepentingan investasi dan ekonomi, sementara urusan kemanusian cenderung diabaikan. Ditengah wabah corona, Luhut masih membolehkan tenaga kerja asing asal China masuk ke Indonesia, padahal wabah corona pertama kali muncul dari negeri tirai bambu itu. Inisiatif Karantina Wilayah yang rencana diterapkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga berakhir ditangan Luhut, ditolak, Luhut ini sudah seperti Menteri Segala Urusan atau Menteri Palugada, semua diurusnya,”tuturnya.

Luhut sebagai Pelaksana Menteri Perhubungan hingga kini tak melarang bus dari berbagai daerah masuk ke Jakarta, demikian pula bus dari Jakarta ke luar daerah juga tak dilarang, sehingga akan mempercepat laju penyebaran virus corona ke daerah.

“Harusnya Luhut sebagai Pelaksana Menteri Perhubungan, sudah melarang bus dari daerah menuju ke Jakarta, segala jenis kendaraan dari Jakarta mesti dilarang ke luar daerah, kecuali yang membawa bahan kebutuhan pokok atau pangan, alat-alat kesehatan, dan energi atau minyak. Tapi itu dilakukan, Luhut juga masih membolehkan pemudik pulang kampung. Itu kan sama saja, membiarkan wabah virus corona terus menyebar dan membunuh rakyat Indonesia secara perlahan. Di kepala Luhut sepertinya hanya duit, duit dan duit. Luhut lebih mengutamakan kepentingan investasi dan ekonomi dari pada kemanusian,”imbunya.

“Semestinya kita harus belajar dari negara-negara yang juga diserang wabah virus corona seperti China, Italia, Iran, Korea Selatan, Jerman, Arab Saudi, Ghana dan lain-lain. Pemimpin mereka lebih mengedepankan penyelamatan rakyat dari pada ekonominya. Seperti kata Presiden Ghana, ekonomi bisa dibangkitkan, tapi orang yang meninggal tidak bisa dibangkitkan. Nah ekonomi itu bisa baik, kalau kesehatan masyarakat terjamin,”tambahnya.

Menurut Fauzi, Presiden Jokowi memiliki mandat dari rakyat Indonesia, seharusnya mengambil alih komando penangan wabah corona atau covid-19 di Indonesia. Para menteri dan pimpinan lembaga negara lainnya, bertugas membantu presiden. Selain itu, Presiden Jokowi mestinya mendengarkan aspirasi publik dan mengokomidir inisiatif berbagai Pemerintah Daerah dalam penanganan wabah virus corona.

“Ada baiknya Presiden mendengarkan suara-sauara nurani rakyat dan juga mengakomodasi berbagai inisiatif Pemerintah Daerah, karena merekalah yang paling tahu apa yang terjadi di daerah masing-masing. Mereka sudah sangat risau dengan wabah corona, yang korbannya tiap hari mengalami peningkatan, sehingga beberapa daerah mengambil inisiatif menerapkan karantina daerah. Mesti kebijakan itu diapresiasi oleh Pemerintah Pusat, bukannya malah diancam diberi sangsi,”tandasnya. 

Seraya menambahkan, trend jumlah korban wabah virus corona terus meningkat, membuat masyarakat Jakarta di beberapa wilayah sudah melakukan lockdown atau karantina mandiri tingkat RT-RW. “Mereka ketakutan wabah ini berlangsung lama. Upaya warga itu juga dipicu tidak ada kejelasan sikap pemerintah dalam penanganan covid-19,”pungkasnya. (Wan)
-->

Sebanyak 164 Orang Dilaporkan Sembuh dan 2.273 Positif Covid-19 di Indonesia

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 kembali mencatat ada penambahan pasien yang sembuh dari Covid-19 sebanyak 16 orang sehingga total sembuh menjadi 164. Kemudian untuk kasus positif ada tambahan sebanyak 181 sehingga total menjadi 2.273 dan untuk meninggal dunia ada penambahan sebanyak 7 orang hingga total menjadi 198.

Sebelumnya pada Sabtu (4/4) tercatat kasus positif sebanyak 2.092 kasus, dengan pasien sembuh sebanyak 150 orang, dan meninggal dunia 191 orang.

"Pada hari ini sudah bertambah lagi kasus konfirmasi positif baru sebanyak 181 kasus sehingga total kasus positif sebanyak 2.273," ungkap Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto dalam jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Minggu (5/4).

Data Gugus Tugas merincikan lima kasus positif di Aceh, Bali 35 kasus, Bangka Belitung dua kasus, Bengkulu dua kasus, DI Yogyakarta 34 kasus.

Sejauh ini, catatan pemerintah menunjukkan DKI Jakarta masih jadi provinsi dengan jumlah pasien positif COVID-19 terbanyak, yaitu 1.124 jiwa per 5 April.

Setelah DKI Jakarta, ada Jawa Barat dengan 252 pasien positif, Jawa Timur dengan 188 pasien, Banten dengan 177 pasien, dan Jawa Tengah dengan 120 pasien.

Kemudian dua kasus di Jambi, Kalimantan Barat 10 kasus, Kalimantan Timur 30 kasus, Kalimantan Tengah 11 kasus, Kalimantan Selatan 16 kasus, Kalimantan Utara delapan kasus.

Di Kepulauan Riau sembilan kasus, NTB tujuh kasus, Sumatera Selatan 16 kasus, Sumatera Barat delapan kasus, Sulawesi Utara tiga kasus, Sumatera Utara 25 kasus, Sulawesi Tenggara enam kasus, Sulawesi Selatan 83 kasus.

Selanjutnya Sulawesi Tengah empat kasus, Lampung 11 kasus, Riau 11 kasus, Maluku Utara dan Maluku masing-masing satu kasus, Papua Barat dua kasus, Papua 26 kasus da Sulawesi Barat dua kasus.

Dalam hal ini, Pemerintah telah memeriksa kurang lebih 9.712 warga untuk mendeteksi dan melacak penyebaran virus SARS-CoV-2 atau corona penyebab Covid-19 di tengah masyarakat.

"Hingga saat ini kami sudah memeriksa 9.712 warga oleh tenaga kesehatan. Kita sadari keberadaan kasus positif di tengah warga menjadi sumber penyebaran karena itu segera temukan dan cari." kata Yuri.(Wan)
-->

Jubir Covid-19: Tanpa Keluhan Jadi Parameter Keberhasilan Isolasi Mandiri

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto mengatakan parameter keberhasilan dari isolasi mandiri penanganan Covid-19 ialah tanpa keluhan hingga hari terakhir masa inkubasi terpanjang yakni 14 hari. Artinya, isolasi mandiri yang dilakukan setiap individu tersebut mestinya harus melewati kurun waktu itu.

"Keberhasilan itu yang pertama ialah manakala dia tanpa keluhan sampai hari terakhir isolasi (14 hari)," kata Yuri pada perbincangan yang mengangkat tema "Sukses Isolasi Mandiri Selama 14 Hari" di Gedung Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Senin (6/4).

Sebagai contoh, apabila seseorang terjangkit Covid-19 tanpa keluhan kemudian hingga hari terakhir isolasi mandiri ia masih tetap sehat dan tanpa keluhan, maka itu dapat dikatakan berhasil.

Kemudian, apabila saat awal terjangkit mengalami sedikit keluhan misalnya batuk atau demam, kemudian dalam masa inkubasi tepanjang tersebut sembuh, itu juga dikatakan berhasil.

"Jadi jika sampai hari terakhir tanpa keluhan, berarti itu berhasil dalam konteks isolasi diri," kata Juru Bicara (Jubir) Pemerintah Indonesia untuk Covid-10.

Namun, pelaksanaan isolasi mandiri itu tentunya tetap diawasi oleh petugas kesehatan dari awal hingga hari terakhir, ungkap Yuri yang juga sekaligus Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19.

Di sisi lain, hal terpenting dilakukan dalam isolasi diri itu ialah kontrol kesehatan, sehingga siapapun yang melakukannya sudah pasti berada dalam pengawasan petugas kesehatan.

Kemudian setelah 14 hari, akan dilakukan pemeriksaan ulang terhadap yang bersangkutan. Hal ini tentunya sudah diketahui pula oleh petugas kesehatan atau puskesmas.

"Petugas puskesmas pasti sudah tahu karena selalu monitoring dan memberikan edukasi terkait Covid-19 selama 14 hari tersebut," ujarnya. (Wan)
-->

Mencegah Penyebaran Corona, Isolasi Mandiri Bukan Berarti Diasingkan

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Achmad Yurianto mengatakan orang yang melakukan isolasi mandiri bukan berarti untuk diasingkan oleh masyarakat.

Dalam hal ini masyarakat diharapkan dapat memahami agar tidak terjadi salah pengertian dan penanganan warga yang sedang melakukan isolasi mandiri sebagai upaya memutus rantai penyebaran covid-19.

"Bukan berarti isolasi sosial atau diasingkan,” terang Yuri pada perbincangan yang mengangkat tema "Sukses Isolasi Mandiri Selama 14 Hari" di Gedung Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Senin (6/4).

Dalam hal ini isolasi mandiri menjadi kunci penting sebagai upaya pencegahan virus SARS-CoV-2 atau Corona penyebab Covid-19 yang menular kepada orang tidak sakit terutama rentan tertular.

Oleh sebab itu, Pemerintah tak henti selalu menegaskan bahwa orang yang sakit harus dipisah dengan orang yang tidak sakit dengan cara isolasi mandiri atau karantina kesehatan.

Perlu diketahui bahwa beberapa kategori orang yang perlu melakukan isolasi mandiri ialah pertama, setelah melakukan pengambilan atau tes swab dan diketahui positif.

Kemudian kedua orang kategori yang mungkin sakit, yaitu setelah melakukan rapid test atau tes cepat dan diketahui positif maka harus melakukan karantina kesehatan.

Selanjutnya orang yang mengalami keluhan di antaranya tubuh mengalami peningkatan panas, batuk, sakit tenggorokan, sesak napas dan sebagainya maka dianggap sakit dan harus melakukan karantina kesehatan.

Kendati demikian, hal yang menjadi suatu masalah saat ini ialah paling banyak orang tanpa keluhan dan dikhawatirkan mereka sudah terinfeksi serta berpotensi menularkan virus pada orang lain.

"Dalam kondisi kini kalau ada keluhan sebaiknya isolasi diri," kata Yuri yang juga ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 tersebut. (Wan)



-->

Harimau Sumatera dan Sejumlah Satwa Dilindungi Terekam Camera Trap di Angkola Selatan

$
0
0

Sumatran tiger (harimau sumatera). Foto : CI Indonesia.

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Tim survei yang terdiri dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPH-P) Wilayah X Padang Sidempuan, bersama mitra masyarakat dan Conservation International Indonesia (CI Indonesia) berhasil memastikan keberadaan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan satwa liar yang dilindungi lainnya di kawasan Hutan produksi Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Satwa-satwa tersebut terekam oleh kamera perangkap (camera trap) yang dipasang dalam periode Januari-Maret 2020 dengan luasan survey sebesar +/- 30.000 Ha. Satu foto yang diunduh dari kamera memperlihatkan tampak belakang tubuh satwa yang dilindungi tersebut, dan keberadaannya diperkuat oleh rekaman video yang menampakkan harimau sumatera yang sama melintas secara utuh di depan kamera. Ruang jelajah (home range) satwa ini bisa mencapai luas 500 km persegi atau akan meliputi hampir seluruh hutan di Tapanuli Selatan.

Kepala KPH Wilayah X Zurkarnain Hasibuan menilai hasil survei camera trap itu sangat penting karena informasi keanekaragaman hayati di kawasan itu masih minim dan hasilnya dapat dipakai untuk menyusun rencana pengelolaan. Ia juga akan mensosialisikan hasil survei ini untuk menghindari konflik manusia dan satwa.

“Kami akan mendorong masyarakat memanfaatkan ekosistem hutan, antara lain menanam pohon buah-buahan yang disukai satwa seperti durian, sekaligus bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujar Zulkarnain.

Harimau Sumatera dinyatakan sebagai spesies berstatus kritis atau sangat terancam punah (critically endangered) oleh IUCN, dan saat ini populasinya di alam liar diperkirakan tinggal 600 ekor dan terkonsentrasi terutama di luar kawasan konservasi di Sumatera.

Survei ini menunjukkan kekayaan keanekaragaman hayati berada di luar Kawasan Konservasi. Dalam survei singkat ini ditemukan 5 dari 6 kucing liar sumatera yaitu Harimau Sumatera, macan dahan sumatera, kucing emas asia, kucing batu, dan satwa lain dengan status menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dalam kategori kritis, terancam, dan rentan yaitu lutung hitam sumatera, trenggiling , tapir, beruang madu, rusa sambar, kambing-hutan sumatera, dan beruk. 

Selain itu penunjang pakan untuk predator paling tinggi seperti harimau sumatera masih banyak tersedia seperti kijang, babi hutan, pelanduk kancil, rusa sambar dan kambing-hutan sumatera.

Hal ini mengindikasikan masih terdapat proses mangsa-pemangsa (rantai makanan) di dalam kawasan hutan produksi. Menurut Direktur Jenderal Konservasi dan Sumberdaya Alam dan Ekosistem KLHK Wiratno, sekitar 70 persen mamalia dan primata besar yang dilindungi di Sumatera dan Kalimantan berada di luar kawasan konservasi dan perlu keterlibatan seluruh pemangku kepentingan untuk konservasi termasuk pelaku usaha sangat strategis, penting, dan mendesak.

KPHP Angkola Selatan (178.000 Ha) merupakan bagian dari ekosistem Hutan Batang Toru yang berfungsi sebagai koridor di antara dua ekosistem besar yaitu ekosistem Gunung Leuser dan Bukit Barisan. Kawasan hutan tersebut memiliki konektivitas dengan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) seluas 108.000 Ha. Seluruh kawasan ini juga termasuk di dalam koridor konservasi Aceh-Sumatera Utara seluas 4,7 juta Ha, koridor ini merupakan daerah jelajah (home range) satwa kunci Sumatera.

Kegiatan survei ini merupakan bagian dari kegiatan Sumatra-Wide Tiger Survey (SWTS). KLHK melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) dan UPT KSDA Wilayah Sumatera Utara melaksanakan SWTS yang bertujuan untuk memperoleh data distribusi harimau, mangsa, ancaman, dan kondisi hutan. 

Selain itu, juga terdapat program perlindungan Tumbuhan dan Satwa Liar di luar Kawasan Konservasi melalui pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) dan Kemitraan Konservasi dengan melibatkan masyarakat. Salah satu upaya nyata yang dilakukan, membangun komunikasi dengan para mitra dalam melakukan kesepakatan antara masyarakat dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).

Menurut Senior Director Terrestrial Program, CII, Nassat D Idris, sebagai mitra pemerintah, CI Indonesia juga menyatakan komitmennya untuk mendukung secara teknis prioritas pemerintah dalam pengelolaan kawasan ekosistem esensial.

"Oleh karena itu, CI Indonesia menginisasi dan mendukung proses multipihak sejak perencanaan awal sampai implementasi dan evaluasi atas pengelolaan kawasan," kata dalam Nassad dalam rilisnya yang diterima Beritalingkungan.com (7/4/2020).

Hasil survei akan ditindaklanjuti oleh KLHK dan Pemerintah Daerah untuk merumuskan langkah strategis pengelolaan dan pengembangan wilayah secara berkelanjutan. Konservasi satwa dilindungi perlu dilakukan secara multipihak, seperti contoh Tapanuli Selatan dengan luas 433 ribu Ha dimana 50% atau 225 ribu Ha diantaranya memiliki sensitivitas lingkungan yang tinggi dilihat dari faktor biofisik dan sosial budaya.(Wan)
-->

Dukung Gugus Tugas Covid-19, Kalbe Farma Siap Layani Tes Corona Secara Gratis

$
0
0

Direktur Kalbe Farma Sie Djohan bersama Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan.

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 bekerja sama dengan PT Kalbe Farma Tbk menghadirkan layanan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) virus corona secara gratis.

"Hari ini Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mendapatkan dukungan dari Kalbe Farma Tbk, yang telah menyediakan laboratorium pemeriksaan PCR untuk penderita COVID-19 dengan kapasitas 8.000 tes per bulan, dan ini gratis untuk rumah sakit rujukan," ujar Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan, dalam konferensi pers secara daring di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Kamis (16/4).

Sejak awal merebaknya wabah COVID-19 di Indonesia, Direktur Kalbe Farma Sie Djohan mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen memberikan bantuan tahap awal sebesar Rp25 miliar dalam berbagai bentuk.

Pertama, 5.000 tes PCR yang saat ini akan dilakukan di laboratorium KALGen InoLab, perusahaan joint venture, antara Kalbe Farma dengan Toyota Tsusho dan Hoken Kagaku dari Jepang.

"Tes ini akan kami layani secara cuma-cuma untuk rumah sakit rujukan COVID-19 di Jakarta dan sekitarnya," ujar Djohan.

Kedua, bantuan rapid test sebanyak 10.000 yang juga akan dilakukan secara gratis melalui aplikasi klik dokter, bekerjasama dengan rumah sakit rujukan di Jakarta, di mana untuk penderita positif COVID-19 akan dilanjutkan dengan tes PCR.

Bantuan selanjutnya berupa alat perlindungan diri (APD) sebanyak 20.000 yang akan disumbangkan untuk rumah sakit di Jakarta dan juga di daerah.

Ada pula masker sebanyak 1 juta juga akan disumbangkan ke rumah sakit di berbagai daerah, dan vitamin serta obat-obatan dari Kalbe Farma juga akan disumbangkan untuk rumah sakit di berbagai daerah.

Khusus untuk tes PCR, Kalbe Farma melalui anak perusahaannya KALGen InoLab, per tanggal 13 April telah menyediakan layanan tes PCR yang merupakan gold standar untuk pemeriksaan COVID-19 dengan mendeteksi RNA virus SARS-Cov-2 yang menjadi standar baku pemerintah Indonesia dan WHO.

Lebih lanjut, Djohan mengatakan Laboratorium KALGen InoLab menjadi laboratorium swasta pertama yang mempunyai fasilitas dengan bio safety level 2+ serta peralatan pemeriksaan dan sumber daya manusia yang terlatih.

Hal ini sesuai dengan persyaratan Kementerian Kesehatan, melalui surat edaran Menteri Kesehatan No. HK0201/Menkes/234/2020 tentang pedoman pemeriksaan uji RT-PCR bagi laboratorium yang melakukan pemeriksaan COVID-19.

Perlu diketahui, sebagai laboratorium pemeriksaan COVID-19, KALGen InoLab tidak melayani pasien perorangan, tetapi hanya menerima sampel dari rumah sakit, khususnya dari rumah sakit rujukan COVID-19.

Pengambilan sampel dari swab, usapan hidung dan tenggorokan, akan dilakukan di rumah sakit yang menyediakan layanan tersebut.

"Kapasitas awal tersedia saat ini di laboratorium KALGen InoLab sejumlah 140 tes per hari, atau kira-kira 4.000 tes per bulan, yang akan segera kami tingkatkan menjadi 8.000 tes per bulan setelah mesin ekstraksi otomatis kami tiba di Jakarta," kata Djohan.

Hasil pemeriksaan laboratorium KALGen InoLab akan diketahui dalam waktu 24 jam sejak sampel diterima, atau dengan kata lain sampel yang masuk hari ini hasilnya akan bisa diketahui keesokan harinya.

"Kami berharap upaya ini dapat sedikit membantu upaya yang luar biasa yang dilakukan pemerintah, khususnya BNPB, dan masyarakat Indonesia pada umumnya, untuk bersama-sama mengatasi pandemi COVID-19 ini," pungkas Djohan. (Wan)
-->

Ika Dewi Maharani Berbagi Cerita Suka Duka Jadi Supir Ambulans Covid-19

$
0
0

JAKARTA, BERIRALINGKUNGAN.COM- Ika Dewi Maharani, menjadi  satu-satunya sukarelawan medis perempuan di bawah naungan Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, yang bertugas sebagai supir ambulans.

Angka kasus COVID-19 di Jakarta yang semakin meningkat, ditambah dengan jumlah petugas ambulans yang kurang memadai, membuat membulatkan tekat Ika menjadi supir ambulans.

 "Dengan keahlian yang saya miliki, saya bisa menyetir, saya basic perawat, jadi pas saya sesuai dengan panggilan hati, dengan kemampuan yang saya punya, saya harus melayani," ujar Ika dalam konferensi pers secara daring di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (16/4).

Tergabung dalam sebuah asosiasi profesi perawat Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI), Ika berasal dari Maluku Utara, namun berkuliah di Surabaya, saat ini menjalani hidup di mess yang disediakan BNPB, dan bertugas di rumah sakit Universitas Indonesia.

Menangani pasien di rumah sakit menjadi hal biasa bagi Ika, namun mengantarkan pasien ke rumah sakit menjadi persoalan lain. Dia mengaku menjadi supir ambulans merupakan pengalaman pertama dalam hidupnya.

"Untuk ambulans baru pertama kali di dalam hidup saya, tapi ya gitu, ternyata di ambulans tidak semudah yang kita bayangin," kata Ika.

"Sudah bunyikan sirine, tapi kadang orang-orang di sekitar kita tidak peka untuk memberikan jalan buat kita karena kita mengangkut pasien, ya untung ada orang dengan kesadaran memberikan jalan, jadi kita tetap dengan cepat membawa pasien ke tempat yang dirujuk," dia melanjutkan.

Mengemban tugas untuk mengantarkan pasien dalam pengawasan (PDP) atau pun pasien positif COVID-19 membuat Ika berisiko besar terinfeksi virus corona.

Dalam menjalankan tugasnya itu, dia mengatakan "safety" adalah kunci utama. Menggunakan alat perlindungan diri (APD) menjadi wajib bagi Ika sebelum berangkat bertugas. Tidak hanya agar dirinya aman, tetap juga agar para pasien tetap aman.

Meski telah mengenakan APD, sebagai manusia biasa, Ika mengaku perasaan takut ada dalam dirinya, namun semangat kemanusiaan yang dia rasakan jauh lebih tinggi.

"Rasa takut ada pasti, cuma ini harus kita lihat lagi, ini adalah tugas bagi kita sebagai relawan medis, kita harus menangani pasien dari awal sampai akhir pasien itu kita harus tangani," ujar dia.

Untuk menjaga imunitas tubuh sebagai cara untuk melawan virus corona, di tengah shift 12 jam yang dia jalani, Ika selalu menyempatkan diri untuk makan teratur dan istirahat yang cukup.

"Shift pagi dari jam 7 sampai jam 7 malam, itu pertama harus makan dulu. Selesai absen kita makan, ada panggilan untuk kita rujuk, setelah itu selesai, baru kita makan, yang penting makan harus sehari tiga kali, multivitamin, dan susu," kata dia.

Dengan usaha terbaiknya mengabdikan dirinya sebagai sukarewalan COVID-19, Ika berharap pandemi tersebut dapat segera berakhir.

"Dengan kita mengabdikan diri sebagai relawan kita harap penanggulangannya ini semakin cepat, jadi bencana ini cepat akan berakhir," ujar Ika. (Wan)
-->

Jumlah Relawan COVID-19 di Indonesia Capai 23.472 Orang

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM-  Antusiasme masyarakat Indonesia untuk terlibat menjadi relawan Covid-19 cukup tinggi, terbukti dengan banyak masyarakat yang mendaftarkan diri menjadi relawan Covid-19 atau penanganan wabah virus corona.

Data tersebut berdasar hasil rekapitulasi per hari Kamis (16/4) tercatat sebanyak 23.472 orang terdaftar dalam relawan COVID-19.

Dari jumlah tersebut 4.401 orang di antaranya merupakan relawan medis, sementara 19.071 orang lainnya termasuk relawan non-medis.

"Ini tersebar dari provinsi Aceh hingga Papua, semua ada, yang paling besar memang di Jawa Barat, sekitar 5.900 orang," ujar Ketua Koordinator Relawan Gugus Tugas Penanganan COVID-19, Andre Rahadian dalam keterangannya secara daring yang disiarkan dari Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Kamis (16/4).

Untuk relawan medis, tim relawan gugus tugas bekerjasama dengan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK).

Dalam hal ini kebutuhan untuk relawan medis masih sangat diperlukan seiring dengan kebutuhan dari rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat terus masuk, yang pada umumnya adalah dokter dan perawat. Oleh karena itu, Gugus Tugas mengajak seluruh relawan medis untuk turut berpartisipasi. Demikian pula dengan relawan non-medis.

Di samping itu, meski telah bekerjasama dengan banyak organisasi, seperti Basnaz dan KNPI, Andre juga mengajak relawan untuk mendaftar melalui organisasi tersebut ataupun melalui desk relawan di BNPB.

"Jadi di Gugus Tugas ini, kita punya desk relawan sendiri yang menerima pendaftaran, dan saya rasa karena ini bentuknya adalah untuk bersama-sama semua pihak, makin banyak relawan dengan bisa semakin banyak wilayah yang masuk semakin baik," kata Andre.

Sementara itu, Andre mengatakan telah melakukan pelatihan untuk relawan non-medis yang berjumlah 80 persen dari total jumlah relawan COVID-19.

"Kita akan dan sudah melakukan pelatihan kemarin untuk sekitar 250 orang, ini sudah dilakukan secara online, di mana kita harapkan teman-teman relawan ini bisa menjadi gugus terdepan dalam memutus penyebaran COVID-19, serta membantu ke depannya bagaimana kita bisa menangani COVID-19 ini dengan baik," kata Andre.

Sebagian besar mereka yang mendaftar sebagai relawan COVID-19, menurut Andre, memiliki semangat kemanusiaan dan rasa gotong royong yang tinggi.

"Mereka melihat bahwa ini adalah tantangan yang harus kita hadapi bersama, virus ini bisa menjangkiti semua orang, sehingga rasa persatuan dan kesatuan ingin menolong ini sangat besar," ujar Andre.

"Kita lihat semua orang yang memiliki kemampuan, baik medis maupun non-medis, yang ada kelebihan dana, atau yang punya waktu, ini sama-sama bergabung di tim relawan ini untuk membantu pemerintah maupun komunitasnya sendiri agar bisa cepat menangani penyebaran COVID-19," tambah dia.




-->

Startup Gadjian Merilis Daftar Bantuan Krisis COVID-19 untuk Pelaku Usaha

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Imbas pandemi COVID-19 terhadap perekonomian Indonesia mulai dirasakan oleh para pelaku usaha. Pendapatan yang menurun drastis akibat efek domino resesi global yang kini terjadi mengakibatkan banyak perusahaan harus melakukan rasionalisasi biaya, bahkan melakukan PHK karyawan. 

Sebagai bentuk kontribusi untuk membantu para pelaku usaha menangani masalah yang pelik ini, startup penyedia solusi teknologi sumber daya manusia (HR technology) Gadjian berinisiatif mengumpulkan aneka informasi seputar bantuan yang dapat meringankan para pemilik usaha dan merilisnya dalam bentuk Daftar Bantuan Krisis COVID-19 untuk Pelaku Usaha . 

Menurut CEO Gadjian, Afia R Fitriati, inisiatif ini merupakan bagian dari serangkaian inisiatif yang dinamai #GotongRoyongGadjian untuk membantu para pelaku usaha di Indonesia melalui krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19. 
 
Afia menjelaskan bahwa mulanya, inisiatif ini diperuntukkan khusus bagi para pengguna aplikasi Gadjian dan Hadirr, yaitu aplikasi absensi online yang juga dibangun oleh perusahaan induk Gadjian, PT Fatiha Sakti. 
 
“Kami menerima banyak sekali respon positif atas inisiatif ini dari para pengguna aplikasi Gadjian dan Hadirr, sehingga kami berpikir untuk membuka inisiatif ini seluas-luasnya agar dapat membantu sebanyak mungkin perusahaan Indonesia di masa krisis COVID-19 ini,”tutur Afia melalui keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com (16/4/2020).
 
Daftar Bantuan Krisis COVID-19 untuk Pemilik Usaha yang dihimpun oleh tim Gadjian saat ini mencantumkan kurang lebih 100 jenis informasi bantuan, keringanan, dan promo khusus dari dalam maupun luar negeri yang dapat meringankan beban pemilik usaha, baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak-pihak swasta. Daftar ini diharapkan terus bertambah dan akan terus diperbaharui oleh tim Gadjian seiring dengan ketersediaan informasi yang ada.
 
Pihak Gadjian berharap inisiatif ini menggugah semua pihak, baik pemerintah maupun swasta, untuk membangkitkan semangat gotong royong dalam menangani krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19.
 
Inisiatif #GotongRoyongGadjian bukanlah inisiatif pertama dari PT Fatiha Sakti untuk membantu para pelaku usaha di Indonesia di masa krisis ini. Di awal masa pandemi COVID-19 bulan Maret lalu, aplikasi Hadirr juga memberikan akses gratis bagi perusahaan-perusahaan yang menerapkan Work From Home (WFH). Inisiatif ini mendapatkan apresiasi dari banyak pihak karena selain memberikan solusi bagi perusahaan-perusahaan yang mendadak harus memonitor karyawan secara remote atau jarak jauh, juga membantu mendukung himbauan pemerintah untuk menjaga jarak antar manusia (physical distancing atau social distancing).
 
Daftar Bantuan Krisis COVID-19 untuk Pemilik Usaha dapat diakses di tautan berikut: https://bit.ly/GotongRoyongCOVID19 .(Wan)
-->

RUU Cipta Kerja Dinilai Berisiko Gagalkan Komitmen Iklim Indonesia

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja yang juga dikenal dengan sebutan Omnibus Law yang saat ini dipaksakan untuk dibahas oleh Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) menurut sejumlah lembaga swadaya lingkungan, berisiko menjadi blunder bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan berisiko menggagalkan pencapaian komitmen iklim Indonesia.

“RUU tersebut tidak memiliki urgensi yang tinggi karena tidak relevan dengan kompleksitas kondisi ekonomi maupun sosial masyarakat sehingga pembahasannya selayaknya dihentikan. Mereformasi tata kelola di sektor sumber daya alam melalui pembentukan UU Pokok Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup serta penguatan KPK harusnya menjadi prioritas pemerintah dan DPR untuk meningkatkan perekonomian nasional, mengingat model ekonomi kita masih bergantung pada ekstraksi sumber daya alam dan miskin inovasi,” kata M. Teguh Surya, Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan dalam Diskusi Online “RUU Cipta Kerja dan risiko terhadap hutan dan iklim Indonesia” pada 15 April 2020.

“Dari sisi investasi Indonesia masuk peringkat ketiga di Asia sebagai negara yang paling diminati. Hanya saja korupsi masih menjadi penghambat nomor wahid, inilah akar masalah yang seharusnya dibersihkan terlebih dahulu. Langkah riil yang dapat dilakukan pemerintah bersama dengan wakil rakyat setidaknya dengan menindaklanjuti hasil kajian harmonisasi regulasi untuk reformasi tata kelola sektor sumber daya alam yang disusun KPK, tahun 2018. Hasil kajian tersebut kemudian dapat dirumuskan menjadi Omnibus Law Pengelolaan SDA. Urgensinya lebih tinggi dibandingkan dengan RUU Cipta Kerja sebab terdapat tumpang tindih pengaturan pada 26 undang-undang,” tambah Teguh.

Di sisi lain, M. Arief Virgy, Insight Analyst Yayasan Madani Berkelanjutan menyampaikan bahwa RUU Cipta Kerja berisiko menghambat, bahkan menggagalkan komitmen Iklim Indonesia, khususnya di sektor Kehutanan. 

Dari hasil kajian Madani, ada lima temuan penting mengapa RUU Cipta Kerja dapat menghambat dan menggagalkan komitmen iklim Indonesia. Jika pasal-pasal yang melemahkan aturan perlindungan hutan alam dan lingkungan hidup dalam RUU Cipta Kerja diterapkan, risiko hilangnya hutan alam akan meningkat lebih cepat. Pertama, ada lima provinsi yang terancam kehilangan seluruh hutan alamnya akibat deforestasi. Kedua, ada empat provinsi terancam  kehilangan hutan alam di luar PIPPIB (baca; diluar hutan yang telah dilindungi). Ketiga, kuota deforestasi sebesar 3,25 juta hektare yang tidak boleh terlampaui untuk mencapai target NDC (Nationally Determined Contribution) di sektor kehutanan akan terlampaui pada tahun 2025. Keempat, kesempatan menyelamatkan hutan alam seluas 3,4 juta hektare yang terlanjur berada dalam dalam perkebunan sawit akan hilang. Kelima, tutupan hutan alam di 45 DAS di Papua Barat pada tahun 2058 terancam turun hingga 0%-20% jika PIAPS dan PIPPIB tidak berhasil dilindungi.

“RUU Cipta Kerja berisiko melemahkan aturan perlindungan hutan dan lingkungan hidup Mengingat aturan yang ada pada saat ini saja belum cukup kuat dan masih banyak dilanggar, dilemahkannya aturan perlindungan lingkungan hidup atas nama peningkatan investasi adalah blunder pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan risiko bencana,” tambah M. Arief Virgy.

Atas dasar temuan itu, DPR hendaknya menghentikan pembahasan RUU Cipta Kerja. Diskusi yang diselenggarakan oleh Yayasan Madani Berkelanjutan ini bukanlah bagian dari konsultasi publik DPR RI, tapi lebih kepada upaya masyarakat sipil untuk terus kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah (Wan)
-->

Pasien Sembuh COVID-19 Dilaporkan Naik Pesat Jadi 548, Meninggal 496, Positif 5.516

$
0
0
Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto. 

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mencatat penambahan pasien sembuh COVID-19 sebanyak 102 sehingga total kasus sembuh menjadi 548.

Angka tersebut sekaligus melampaui jumlah pasien meninggal dengan total 496 setelah ada penambahan 27 orang sebagaimana rekapitulasi data yang masuk hari Kamis (16/4) pukul 12.00 WIB.

Hal tersebut sekaligus menjadi gambaran bahwa COVID-19 bisa disembuhkan dan dicegah. Untuk itu Pemerintah terus mendorong masyarakat agar upaya pemutusan rantai penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dapat dilakukan dengan baik.

“Kita patut bersyukur pada hari ini akumulasi pasien sembuh di DKI sebanyak 202 pasien, Jawa Timur 86 pasien, Sulawesi Selatan 42 pasien, Bali 32 pasien, Jawa Barat 28 dan di provinsi lainnya sehingga jumlah totalnya adalah 548 pasien,” ungkap Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto melalui keterangan resmi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Kamis (16/4).

Dalam kesempatan yang sama, Yuri juga meminta agar masyarakat dapat menjalin kekompakan dalam rangka melakukan pencegahan dan penanganan COVID-19 secara bersama-sama dengan menjalankan protokol kesehatan dan anjuran pemerintah.

"Pastikan bahwa kita tidak tertular, bahwa kita tidak menular. Hargai dan bantu mereka yang sedang melaksanakan isolasi mandiri. Jangan pernah melakukan diskriminasi kepada pasien yang sudah sembuh Tidak boleh kita menolak jenazah pasien. Tunjukkan bahwa ini adalah nilai kemanusiaan kita. Kekompakan multak dibutuhkan,” tegas Yuri.

Dari total kasus sembuh dan meninggal tersebut, ada pula penambahan untuk kasus positif sebanyak 380 orang hingga total menjadi 5.516.

Data tersebut diambil dari hasil uji spesimen sebanyak 39.706 yang dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 32 laboratorium. Sebanyak 34.975 kasus spesimen yang diperiksa didapatkan data 5.516 positif dan 29.459 negatif.

Kemudian untuk jumlah orang dalam pemantauan (ODP) terdapat penambahan sebanyak 3.897 hingga total menjadi 169.446 orang dan pasien dalam pengawasan (PDP) bertambah 708 dengan total menjadi 11.873 orang. Data tersebut diambil dari 34 provinsi dan 202 kabupaten di Tanah Air.

Selanjutnya Gugus Tugas merincikan data positif COVID-19 di Indonesia yaitu di Provinsi Aceh lima kasus, Bali 113 kasus, Banten 297 kasus, Bangka Belitung enam kasus, Bengkulu empat kasus, Yogyakarta 62 kasus, DKI Jakarta 2.670 kasus.

Selanjutnya di Jambi tujuh kasus, Jawa Barat 570 kasus, Jawa Tengah 300 kasus, Jawa Timur 514 kasus, Kalimantan Barat 21 kasus, Kalimantan Timur 44 kasus, Kalimantan Tengah 34 kasus, Kalimantan Selatan 59 kasus, dan Kalimantan Utara 28 kasus.

Kemudian di Kepulauan Riau 38 kasus, NTB 45 kasus, Sumatera Selatan 37 kasus, Sumatera Barat 55 kasus, Sulawesi Utara 18 kasus, Sumatera Utara 79 kasus, dan Sulawesi Tenggara 26 kasus.

Adapun di Sulawesi Selatan 271 kasus, Sulawesi Tengah 22 kasus, Lampung dan Riau 25 kasus, Maluku Utara empat kasus, Maluku 14 kasus, Papua Barat lima kasus, Papua 80 kasus, Sulawesi Barat tujuh kasus, Nusa Tenggara Timur satu kasus dan Gorontalo empat kasus.(Wan)

-->

IDI Tekankan Dokter Terus Pantau Kesehatan Warga yang Isolasi Mandiri

$
0
0
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih. 

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih menekankan para tenaga kesehatan atau dokter akan selalu memantau kesehatan masyarakat Indonesia yang menjalani isolasi mandiri di rumah melalui layanan konsultasi medis jarak jauh atau telemedis.

"Saudara-saudara yang diminta untuk isolasi di rumah tidak perlu khawatir karena petugas kesehatan, pemerintah, tetap bersama kawan-kawan, tidak ditinggal sendirian. Tetap diawasi, tetap diobservasi sehingga yang diperlukan kawan-kawan yang isolasi di rumah tetap bisa berhubungan dengan petugas kesehatan," kata Daeng dalam keterangan persnya yang diterima Beritalingkungan.com.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah bekerja sama dengan hampir seluruh penyedia jasa layanan telemedis untuk menyediakan konsultasi kesehatan jarak jauh.

Daeng meminta agar masyarakat yang mengisolasi diri di rumah untuk tidak segan-segan menggunakan layanan telemedis tersebut baik itu konsultasi kesehatan, ataupun untuk menerima saran dan pesan dari tenaga kesehatan tentang apa yang harus dilkaukan selama berada di rumah.

"Silakan dimanfaatkan, jangan khawatir kami dari IDI dan yang lain siap melayani kawan-kawan sekalian yang memerlukan konsultasi, memerlukan petunjuk-petunjuk bagaimana cara yang baik menjaga kesehatan, bagaimana cara mencari pertolongan untuk periksa lanjutan, melihat perkembangan perjalanan penyakit apakah perlu perawatan di rumah sakatu atau tidak," kata Daeng. Menurut Daeng, layanan telemedis ini sangat efektif dan efisien di saat kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia yang terus bertambah.

Daeng juga meminta kepada seluruh warga yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah untuk bersabar dan tetap patuh menjalani masa karantina. "Mohon kesabarannya untuk mematuhi apa yang sudah dimintakan oleh pemerintah dan petugas keseahatn untuk secara tertib diam di rumah, tetap jaga kebersihan, jaga kesehatan, jaga stamina yang baik," kata Daeng.

Data kasus COVID-19 di Indonesia per tanggal 16 April 2020 pukul 12.00 yaitu sebanyak 5.516 positif, 548 orang sembuh, 496 jiwa meninggal, 11.873 orang Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan 169.446 Orang Dalam Pemantauan (ODP).

Sedangkan pemerintah juga telah melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu uji PCR pada 39.706 spesimen dari 34.975 orang dengan menggunakan 32 laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia. (Wan)
-->

Jumlah Sembuh COVID-19 di Indonesia Bertambah Jadi 607, Jauhi Angka Kematian 520

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 kembali mencatat hasil rekapitulasi data yang menyatakan bahwa pasien sembuh COVID-19 meningkat menjadi 607 setelah ada penambahan sebanyak 59 orang.

Jumlah tersebut sekaligus menjauhi angka kematian pasien per hari ini Jumat (17/4) sebanyak 520 setelah ada penambahan sebanyak 24 orang.

"Kita bersyukur yang sembuh sekarang sudah mencapai 607 orang dan sudah barang tentu ini akan terus meningkat  dalam jumlah yang cukup besar dalam beberapa hari ke depan," ungkap Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto melalui keterangan resmi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Jumat (17/4).

Adapun Sebaran pasien yang sembuh yang paling banyak adalah Provinsi DKI Jakarta, disusul Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali dan wilayah lain di Indonesia.

"Sebaran pasien yang sembuh yang paling banyak adalah DKI Jakarta 204 pasien, Jawa Timur 94 pasien, Sulawesi Selatan 43 pasien, Jawa Barat 41 pasien, Bali dan Jawa Tengah sama-sama 36 pasien, dan total di 29 provinsi yang lainnya jumlahnya adalah 607 pasien," jelas Yuri.

Dari total kasus sembuh dan meninggal tersebut, ada pula penambahan untuk kasus positif sebanyak 407 orang hingga total menjadi 5.923.

Data tersebut diambil dari hasil uji spesimen sebanyak 42.108 yang dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 34 laboratorium. Sebanyak 37.134 kasus spesimen yang diperiksa didapatkan data 5.923 positif dan 31.211 negatif.

Kemudian untuk jumlah orang dalam pemantauan (ODP) terdapat penambahan sebanyak 4.286 hingga total menjadi 173.732 orang dan pasien dalam pengawasan (PDP) bertambah 737 dengan total menjadi 12.610 orang. Data tersebut diambil dari 34 provinsi di Tanah Air.

Selanjutnya Gugus Tugas merincikan data positif COVID-19 di Indonesia yaitu di Provinsi Aceh lima kasus, Bali 124 kasus, Banten 311 kasus, Bangka Belitung enam kasus, Bengkulu empat kasus, Yogyakarta 64 kasus, DKI Jakarta 2.815 kasus.

Selanjutnya di Jambi delapan kasus, Jawa Barat 632 kasus, Jawa Tengah 304 kasus, Jawa Timur 522 kasus, Kalimantan Barat 21 kasus, Kalimantan Timur 44 kasus, Kalimantan Tengah 35 kasus, Kalimantan Selatan 74 kasus, dan Kalimantan Utara 47 kasus.

Kemudian di Kepulauan Riau 58 kasus, Nusa Tenggara Barat 51 kasus, Sumatera Selatan 54 kasus, Sumatera Barat 62 kasus, Sulawesi Utara 18 kasus, Sumatera Utara 79 kasus, dan Sulawesi Tenggara 27 kasus.

Adapun di Sulawesi Selatan 332 kasus, Sulawesi Tengah 24 kasus, Lampung 26 kasus, Riau 26 kasus, Maluku Utara empat kasus, Maluku 14 kasus, Papua Barat lima kasus, Papua 89 kasus, Sulawesi Barat tujuh kasus, Nusa Tenggara Timur satu kasus dan Gorontalo empat kasus. (Wan)
-->

Peringati Hari Bumi ke 50, WWF Luncurkan Panduan Pengadaan Berkelanjutan

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Bertepatan dengan perayaan Hari Bumi di tengah pandemi Covid-19, WWF-Indonesia bersama Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) dengan dukungan lembaga riset Accenture Indonesia meluncurkan “Panduan Pengadaan Berkelanjutan” yang ditujukan bagi perusahaan yang bergerak di industri ritel, perhotelan, dan restoran.

Inisiatif bersama ini merupakan bagian dari program ‘Green Lifestyle’ yang diinisiasi IBCSD sejak 2017 untuk mendorong perubahan nilai-nilai masyarakat, institusi dan cara hidup yang mendukung konsumsi dan produksi berkelanjutan, dan upaya WWF-Indonesia mengadvokasi implementasi praktik bisnis yang mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan.

Panduan Pengadaan Berkelanjutan mencakup lima fokus pengadaan komoditas, yaitu kelapa sawit, kayu dan kertas, seafood, plastik dan energi serta terdiri dari tiga bagian yaitu mengenai konsep keberlanjutan dan keuntungannya; langkah-langkah yang perlu dilalui perusahaan untuk mewujudkan pengadaan berkelanjutan; dan penilaian mandiri untuk mengukur kesiapan perusahaan menerapkan pengadaan berkelanjutan. Sebagai awal, PT Hero Supermarket Tbk, PT Wahana Citra Nabati, PT L'Oreal Indonesia, PT Tetra Pak Indonesia, PT Graha Bumi Hijau (Tessa), PT Narendra Lentera Adisakti (Alila Hotel Solo), PT Faber-Castell International Indonesia, PT Foods and Beverages Indonesia (Chatime), dan PT Lion Super Indo, telah menyatakan komitmen untuk mendukung implementasi panduan ini,

Direktur Kebijakan dan Advokasi WWF-Indonesia, Aditya Bayunanda mengungkapkan, Sektor swasta memiliki peranan sangat penting dalam mendukung upaya Indonesia menyelamatkan lingkungannya. Salah satu cara terpenting adalah dengan memastikan rantai pasoknya telah memenuhi prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan. Panduan ini dirumuskan bersama-sama untuk membantu upaya tersebut dengan informasi langkah-langkah praktikal menuju bisnis yang berkelanjutan.

Panduan ini diluncurkan di tengah pandemi Covid-19 yang diduga, salah satunya, berawal dari zoonosis, yaitu penularan virus dari satwa liar ke manusia. Zoonosis bisa terjadi secara langsung akibat aktivitas penjualan dan konsumsi daging satwa liar, dan secara tidak langsung dari aktivitas produksi dan konsumsi komoditas yang mengabaikan dampak lingkungan sehingga menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif untuk mutasi dan penyebaran virus.

“Pandemi Covid-19 menghantam perekonomian global. Hal ini menjadi pelajaran yang teramat mahal dan perlu menjadi momen perubahan bagi bisnis untuk mengubah praktik usahanya yang tidak hanya memberikan keuntungan finansial, melainkan juga bisa menjaga lingkungan dan menguatkan kehidupan sosial masyarakat. Jika hal ini bisa dilakukan, bisnis pun akan memiliki ketangguhan untuk menghadapi berbagai tantangan, termasuk bencana pandemi”, ujar Shinta W. Kamdani, President of IBCSD dalam rilisnya yang diterima Beritalingkungan.com (23/4).

Yuvlinda Susanta, Head of Corporate Affairs & Sustainability PT Lion Super Indo menjelaskan, PT. Lion Super Indo memiliki komitmen dalam pengadaan produk-produk di semua gerai secara berkelanjutan. Panduan Pengadaan Berkelanjutan ini bisa memperkuat inisiatif perusahaan untuk bergerak menjadi bisnis yang berkelanjutan, karena panduan tersebut memberikan arahan yang jelas atas langkah-langkah yang harus ditempuh untuk bisa memenuhi prinsip-prinsip keberlanjutan.(Wan)
-->

Positif COVID-19 di Indonesia Capai 8.607 Orang dan Pasien Sembuh Meningkat Jadi 1.042

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mencatat penambahan jumlah kasus sembuh per Sabtu (24/4) menjadi 1042 setelah ada penambahan sebanyak 40 orang. Sedangkan kasus meninggal menjadi 720 setelah ada penambahan sebanyak 31 orang.

Adapun Provinsi DKI Jakarta masih menjadi wilayah dengan sebaran pasien sembuh terbanyak yakni 334, disusul Jawa Timur sebanyak 133, Jawa Barat 93, Sulawesi Selatan 82, Bali 70, dan wilayah lain di Indonesia sehingga total mencapai 1.042 pasien.

Kriteria pasien sembuh yang diakumulasikan tersebut adalah berdasarkan hasil uji laboratorium selama dua kali dan ketika pasien tidak ada lagi keluhan klinis.

“Kalau kita lihat 334 dari DKI Jakarta, dari Jawa Timur ada 133 orang, dari Jawa Barat ada 93 orang, Sulawesi Selatan 82 orang, Bali ada 70 orang, akumulasi total bersama provinsi lainnya adalah 1.042 orang,” ungkap Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto melalui keterangan resmi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Sabtu (25/4).

Dari total kasus sembuh dan meninggal tersebut, ada pula penambahan untuk kasus positif sebanyak 396 orang hingga total menjadi 8.607.

Data yang dicatat tersebut diambil dari hasil uji spesimen sebanyak 67.828 yang dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 45 laboratorium. Sebanyak 52.541 kasus spesimen yang diperiksa didapatkan data 8.607 positif dan 43.934 negatif.

Kemudian untuk jumlah orang dalam pemantauan (ODP) menjadi 206.911 orang dan pasien dalam pengawasan (PDP) menjadi 19.084 orang. Data tersebut diambil dari 34 provinsi dan 280 kabupaten/kota di Tanah Air.

Selanjutnya Gugus Tugas merincikan data positif COVID-19 di Indonesia yaitu di Provinsi Aceh sembilan kasus, Bali 183 kasus, Banten 370 kasus, Bangka Belitung sembilan kasus, Bengkulu delapan kasus, Yogyakarta 79 kasus, DKI Jakarta 3.684 kasus.

Selanjutnya di Jambi 21 kasus, Jawa Barat 907 kasus, Jawa Tengah 621 kasus, Jawa Timur 770 kasus, Kalimantan Barat 51 kasus, Kalimantan Timur 97 kasus, Kalimantan Tengah 100 kasus, Kalimantan Selatan 146 kasus, dan Kalimantan Utara 83 kasus.

Kemudian di Kepulauan Riau 83 kasus, Nusa Tenggara Barat 180 kasus, Sumatera Selatan 119 kasus, Sumatera Barat 97 kasus, Sulawesi Utara 36 kasus, Sumatera Utara 105 kasus, dan Sulawesi Tenggara 41 kasus.

Adapun di Sulawesi Selatan 432 kasus, Sulawesi Tengah 36 kasus, Lampung 38 kasus, Riau 38 kasus, Maluku Utara 14 kasus, Maluku 22 kasus, Papua Barat 16 kasus, Papua 136 kasus, Sulawesi Barat 35 kasus, Nusa Tenggara Timur satu kasus, Gorontalo 14 kasus dan dalam proses verifikasi lapangan 26 kasus.(Wan)
-->

Putus Rantai Penyebaran Corona, Larangan Mudik Berlaku di Seluruh Wilayah Indonesia

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan bahwa larangan mudik sebagai bentuk dari upaya memutus rantai penyebaran COVID-19 atau virus corona berlaku di seluruh wilayah Indonesia.

Oleh karena itu seluruh warga Indonesia harus menaati aturan tersebut, sebab melalui aktivitas mudik penularan virus SARS-CoV-2 atau corona jenis baru penyebab COVID-19 sangat berpotensi terjadi.

"Kalau pemerintah itu mengumumkannya umum tidak boleh mudik," kata Mahfud dalam konferensi video yang diadakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Sabtu (25/4).

Lebih lanjut, larangan mudik itu bukan hanya berlaku di daerah-daerah yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tapi di seluruh daerah di Indonesia.

"Pemerintah itu bisa melarang di manapun karena itu (larangan mudik) berlaku bagi seluruh Indonesia," ujar Mahfud.

Larangan mudik resmi berlaku mulai 24 April 2020. Sehingga dengan aturan itu, aparat keamanan dapat menindak dengan tegas dengan menghentikan orang yang ingin mudik di tengah perjalanannya sebelum meninggalkan daerah asal mudik seperti Jakarta. Demikian juga, mereka yang ingin masuk ke Jakarta tidak dilarang.

Mahfud menuturkan semakin hari, penegakan yang dilakukan aparat hukum akan semakin ketat agar masyarakat mematuhi aturan yang sudah dikeluarkan pemerintah Indonesia.

Dalam hal ini, larangan mudik akan berlaku sampai sesudah Idul Fitri. Akan tetapi jika situasi perkembangan menuntut untuk pergerakan orang dan barang harus dibatasi dalam rangka memutus rantai penularan dan penyebaran COVID-19, maka aturan itu bisa diperpanjang.

"Kalau pada saat habis perpanjangan kok masih perlu diperpanjang, diperpanjang lagi sampai ada pada titik minimal untuk dikatakan aman," tuturnya.

Mahfud mengharapkan seluruh masyarakat menahan diri tidak mudik, mematuhi seluruh aturan dan mendukung upaya pemerintah dalam mengatasi pandemi COVID-19. (Wan)
-->

Mahfud MD : Cegah Covid-19 Lebih Penting Daripada Berlomba Meraih Pahala Sunnah

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan mencegah penularan penyakit COVID-19  atau virus corona lebih penting daripada meraih pahala sunnah, seperti contoh menjalankan salat tarawih bersama di masjid.

"Menjauhi atau menghindari masalah, menghindari penyakit tepatnya menghindari COVID-19 itu lebih penting daripada kita meraih pahala yang sifatnya Sunnah," kata Mahfud dalam konferensi video yang diadakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Sabtu (25/4).

Dalam mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, pemerintah telah menetapkan kebijakan "physical distancing” sehingga segala jenis ibadah selama ramadan seperti salat tarawih, berbuka puasa bersama agar dilakukan di rumah saja tanpa perlu berkumpul membentuk keramaian demi keselamatan bersama.

"Hindari yang membahayakan itu (COVID-19) daripada engkau ingin meraih pahala yang sifatnya sunah padahal yang sifatnya sunah itu bisa dilakukan dengan cara-cara lain dan dikompensasi cara-cara lain,” kata Mahfud.

Mahfud menuturkan di dalam menjalankan agama, selain umat melaksanakan kegiatan ritual keagamaan kepada Tuhan, tapi juga harus menjaga harmoni dan saling menyelamatkan di antara manusia.

"Bisa dikirim melalui online kalau kita punya sesuatu yang harus disedekahkan tidak harus berkumpul dalam buka bersama," ujarnya.

Kendati harus menjaga jarak dan tidak bisa berkumpul bersama banyak orang selama pandemi COVID-19, tapi silaturahmi tetap bisa terjaga melalui jaringan komunikasi dan virtual.

Lebih lanjut, dalam masa berlangsungnya wabah COVID-19 ini, Mahfud mengharapkan masyarakat dapat memaklumi keadaan dan aturan yang disampaikan pemerintah demi menghentikan penularan dan penyebaran COVID-19 di Tanah Air.

"Saya kira sekarang memang harus diubah itu, merasa kurang enak karena kebiasaannya tidak begitu ya kita harus maklumi dulu artinya harus terima itu sebagai fakta, mudah-mudahan cepat berlalu, agar ini bisa cepat berlalu kita taati dululah aturan-aturan untuk memutus mata rantai COVID-19 ini," tutur Mahfud.

Masyarakat juga harus mematuhi aturan pemerintah yang melarang mudik di seluruh wilayah Indonesia, dan yang melarang berkumpulnya banyak orang.

Bagi yang melanggar aturan itu, ada hukuman pidana yang bisa dikenakan karena melawan keputusan pemerintah. Misalnya, ketika polisi menyatakan bubar suatu kerumunan, tapi ada orang yang menolak dan melawan, maka polisi bisa menangkap orang itu.

Namun, Mahfud berharap masyarakat bisa bekerja sama dengan menaati aturan pemerintah sehingga polisi tidak perlu bertindak demikian.

Mahfud mengharapkan tokoh-tokoh agama, lurah dan camat memberikan pengertian kepada warga agar shalat tarawih bersama ditiadakan dulu karena shalat tarawih itu bersifat sunah sedangkan menghindari penyakit itu bersifat wajib.

"Haram kalau kita melawan penyakit yang sudah jelas-jelas cara bekerjanya penyakit seperti itu kok masih didatangi itu hanya karena keperluan yang sunah," pungkas Mahfud. (Wan)

-->

Tiga Jenis Peralatan Uji Sampel COVID-19 dari China Telah Sampai di Indonesia

$
0
0

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Tiga jenis peralatan uji sampel COVID - 19 tiba di Indonesia melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang pagi tadi, Sabtu (25/4). Peralatan tersebut didatangkan dari Cina.

Setibanya di gudang berpendingin, BNPB dan Balitbang Kementerian Kesehatan mendistribusikan peralatan uji sampel tersebut kepada BPBD DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Seperangkat peralatan yang digunakan untuk menguji sampel tersebut berupa kit Viral RNA Isolation, kit _Multiplex Real-time PCR dan viral transport medium.

Ketiga komponen tersebut sangat membantu untuk mengidentifikasi secara cepat kasus COVID -19. Ketiga komponen tersebut memiliki kegunaan yang saling berkaitan. Kit Viral RNA Isolation merupakan kit ekstraksi RNA. Alat ini digunakan untuk membuat RNA virus dapat diamplifikasi.

Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction atau reagen RT-PCR digunakan untuk mengetahui adanya virus SARS-CoV-2 pada sampel yang diambil dari pasien. Peralatan ketiga yakni Viral Transport Medium sebagai media pemindahan sampel setelah dilakukan swab. Swab merupakan sampel lendir atau dahak yang diambil dari hidung atau tenggorokan.

Pengadaan kit RT-PCR ini diharapkan untuk mencapai target pengujian sampel swab sebanyak 10.000 per hari. Sehari sebelumnya (24/4), Pemerintah Republik Korea mendonasikan alat uji  RT-PCR yang mampu memeriksa 32.200 kasus dalam penanganan COVID – 19.

Data uji PCR per 25 April 2020 mencatat jumlah spesimen yang diperiksa sebanyak 67,828 spesimen. Jumlah tersebut merupakan spesimen yang diperiksa terhitung sejak 1 April 2020. Dari jumlah tersebut, satu kasus dapat dilakukan lebih dari satu kali pengambilan sampel dengan lebih dari satu jenis spesimen. (Wan)

-->

RAN Beberkan Perusahaan Multinasional dan Bank Besar Memicu Kerusakan Hutan di Indonesia

$
0
0


Pembukaan lahan gambut untuk ekspansi perkebunan kelapa sawit di dataran rendah Singkil-Bengkung. Foto : RAN/Nanang Sujana.

JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Sebuah laporan baru dirilis Rainforest Action Network (RAN), menyorot sepuluh perusahaan multinasional dan tujuh bank besar, mewakili beberapa perusahaan paling berpengaruh yang terus memicu kerusakan hutan dan pelanggaran hak Masyarakat Adat dan lokal. 

Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim (IPCC) telah menyatakan bahwa mengurangi deforestasi dan degradasi ekosistem alami adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi perubahan iklim secara global, melalui laporan berjudul Mempertahankan Tegakan Hutan: Mengungkap Merek dan Bank Pemicu Deforestasiini diuraikan bagaimana praktik bisnis merek-merek dan bank-bank ini terus menghancurkan hutan hujan tropis yang kritis, dan dalam beberapa kasus, gagal menegakkan komitmen mereka sendiri untuk mengakhiri deforestasi serta menghormati hak-hak Masyarakat Adat dan lokal pada tahun 2020. 
 
“Kita hidup dalam situasi yang tidak terduga dalam banyak hal. Krisis deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim terus berlangsung dan mereka sebagian besar didorong oleh perusahaan dan bank-bank ini,” ujar Direktur Kampanye RAN, Robin Averbeck dalam keterangan persnya yang diterima Beritalingkungan.com (25/4/2020) . 

“Sepuluh tahun lalu, banyak perusahaan-perusahaan ini membuat komitmen untuk mengakhiri deforestasi dan pelanggaran Hak Masyarakat Adat dari praktik bisnis mereka, seluruh perusahaan ini gagal untuk mencapai komitmen ini. Waktunya sudah lewat bagi perusahaan-perusahaan ini untuk membuktikan komitmen ini dan sekarang kami meminta pertanggung jawaban mereka.”tuturnya.

Dirilisnya laporan ini juga menandai peluncuran kampanye baru RAN untuk 17 perusahaan paling berpengaruh di dunia yang bisa menentukan nasib hutan hujan di Indonesia, Amazon, dan Lembah Congo. 

RAN menghimbau perusahaan dan bank-bank ini agar mengadopsi dan menerapkan praktik terbaik kebijakan ‘nol deforestasi, nol gambut, dan nol eksploitasi' (NDPE) diseluruh rantai pasok komoditas yang berisiko merusak hutan, investasi (termasuk usaha patungan), dan seluruh bentuk usaha pelayanan keuangan hingga level grup usaha. RAN juga menuntut adanya perhatian atas hak-hak Masyarakat Adat dan masyarakat lokal dalam semua upaya untuk mereformasi rantai pasok serta melindungi dan memulihkan hutan, ekspansi
perkebunan industrial tidak hanya menjadi salah satu pendorong deforestasi namun secara signifikan turut bertanggung jawab atas kekerasan yang dihadapi oleh Masyarakat Adat.

Perusahaan dan bank yang diungkap dalam laporan tersebut meliputi Colgate-Palmolive, Ferrero, Kao, Mars, Mondelēz, Nestlé, Nissin Foods, PepsiCo, Procter & Gamble, dan Unilever.

Sedangkan bank dan sektor keuangan yang disorot mendanai deforestasi adalah Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), Bank Negara Indonesia (BNI), CIMB, Commercial Bank of China (ICBC), DBS, ABN Amro, dan JPMorgan Chase.

Tujuh bank paling berpengaruh yang disorot dalam laporan ini secara keseluruhan telah gagal mengakui dampak luar biasa dari praktik pembiayaan mereka terhadap perlindungan hutan dan hak-hak masyarakat. Bank-bank ini juga gagal mengungkapkan risiko material dari pinjaman tersebut kepada pemegang saham dan lembaga regulator keuangan.

Bank ikut mendanai, mendorong sisi permintaan dan penawaran untuk deforestasi hingga mencapai ratusan miliar dolar per tahun. Sebagian besar pembiayaan dunia untuk komoditas yang berisiko merusak hutan berasal dari bank-bank yang berpusat di Cina, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Singapura, dengan bank-bank Eropa dan Amerika Serikat yang juga memicu masalah ini. 

Dalam laporan ini juga disorot peran tujuh bank berpengaruh yang mewakili masing-masing pusat keuangan ini, ketujuh bank ini termasuk sektor perbankan secara keseluruhan, telah gagal mengakui dampak luar biasa dari praktik pembiayaan mereka terhadap kerusakan hutan dan pelanggaran hak. Bank-bank ini juga gagal mengungkapkan risiko material dari pinjaman tersebut kepada pemegang saham dan regulator keuangan. 

“Miliaran dolar dana dari bank digunakan untuk menopang krisis deforestasi dan keanekaragaman hayati, dan ini harus dihentikan. Bank-bank yang disorot adalah beberapa bank terbesar di dunia, dan bank-bank ini secara rutin menyetujui pembiayaan yang melanggar komitmen lingkungan dan hak asasi mereka sendiri,” kata Averbeck. 

“Uang terus mengalir bahkan ketika klien diketahui melanggar hukum lokal dan nasional. Hubungan keuangan dan bisnis yang saling terkait antara perusahaan merek, bank, dan perusahaan-perusahaan kehutanan atau agribisnis yang paling berpengaruh menunjukkan bahwa mereka semua bersalah dan bergantung pada peran satu sama lain dalam lingkaran kehancuran ini."bebernya.

Laporan ini untuk pertama kalinya memaparkan, bagaimana masing-masing merek dan bank terhubung satu sama lain dan terkait dengan perusahaan kehutanan dan agribisnis yang diketahui secara aktif menyebabkan atau berkontribusi terhadap deforestasi dan pelanggaran hak asasi manusia dalam produksi komoditas atau operasi pemrosesan di Indonesia. 

Melalui rantai pasok perusahaan komoditas yang berisiko merusak hutan ––termasuk minyak sawit, pulp, dan kertas–– perusahaan-perusahaan yang disebutkan dalam laporan tersebut telah terlibat dalam penghancuran jutaan hektar hutan hujan tropis dan lahan gambut di Indonesia melalui dukungan investasi dan kesepakatan bisnis dengan perusahaan kehutanan dan agribisnis (Wan)

Emil Salim: Waktunya Resource Enrichment!

$
0
0
Oleh : Jekson Simanjuntak

"Alam membaik, langit biru, lobang ozon semakin mengecil, laut semakin bersih, ikan semakin tumbuh, alam tampak mengalami rehabilitasi"
--Emil Salim, Hari Bumi ke-50

"Jadi pertama Hari Bumi dimulai pada tahun 1970. Sekarang kita memperingati 50 tahun pada 2020", ujar Prof. Dr. Emil Salim, mantan Menteri Lingkungan Hidup yang juga tokoh lingkungan hidup Indonesia saat membuka diskusi pada peringatan Hari Bumi, 22 April lalu di Jakara.

Emil Salim yang telah menyaksikan bagaimana Bumi dikeruk isinya di era 60-70an, memunculkan pemahaman baru tentang pentingnya kepedulian dalam bentuk nyata. Kala itu, Bumi mengalami luka mendalam akibat eksploitasi berlebihan, sehingga menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.

Emil Salim mengistilahkannya sebagai "gejala musim semi yang sepi atau silent spring. Alam diam berhenti. Tidak berbunyi. Kicauan burung tidak ada saat itu".

Pada tahun 1970, masyarakat disadarkan akan kondisi memprihatinkan, dimana penyakit-penyakit baru akibat kerusakan lingkungan muncul. "Salah satunya, Minamata, karena cemarnya air laut, yang masuk ke ikan dan dimakan manusia", katanya.

Hari Bumi pertama kali diadakan pada tahun 1970, ketika mobilisasi jutaan orang Amerika untuk melindungi planet ini, berhasil digelar dan menyita perhatian dunia. Saat itu, tepatnya 22 April 1970, 20 juta orang Amerika atau setara dengan 10% dari populasi AS saat itu turun ke jalan.

Mereka adalah aktivis lingkungan yang mendapat dukungan kampus termasuk politisi untuk memprotes ketidaktahuan lingkungan dan menuntut cara baru untuk maju bagi planet kita.

Hari Bumi pertama kali dikaitkan dengan peluncuran gerakan lingkungan modern, dan sekarang diakui sebagai gerakan masyarakat sipil terbesar di planet ini. Gerakan itu akhirnya menyebar ke kota-kota lain di AS, sebelum menjalar ke seluruh dunia.

Hari Bumi telah mengakibatkan munculnya Undang-Undang Lingkungan Hidup di Amerika Serikat, termasuk UU Udara Bersih, Air Bersih dan Tindakan Spesies yang Terancam Punah. Banyak negara kemudian mengadopsi undang-undang tersebut, dan pada tahun 2016, PBB memilih peringatan Hari Bumi sebagai hari untuk menandatangani Perjanjian Iklim Paris.

50 Tahun Hari Bumi

Lalu 50 tahun kemudian, tepatnya di tahun 2020, kondisi Bumi mulai berubah. Emil Salim menyebutnya sebagai tahun perubahan radikal, dimana kondisinya terbalik.

"Alam membaik, langit biru tampak kembali, lobang ozon semakin mengecil, laut semakin bersih, ikan semakin tumbuh, alam tampak mengalami rehabilitasi", papar Emil Salim

Mengapa Alam membaik? Hal itu tak bisa dilepaskan dari berhentinya kegiatan manusia.

"Jadi 2020 terbalik keadaannya. Alam semakin baik, manusia babak Belur. Dan alam membaik karena pola manusia, yang berbangun dan pola ekonomi yang berubah", ujar Emil Salim yang merupakan penerima The Leader for the Living Planet Award dari World Wide Fund (WWF).

Hal itu, tidak bisa dipisahkan dari resources (sumber daya) yang terbatas dan bagi Emil Salim, tidak melulu harus di eksploitasi, tetapi hendaknya diperkaya. Ini menjadi penting, karena ada momen "diam di rumah saja, tidak mengadakan mobilitas, harus ambil jarak, praktis pembangunan gaya lama berhenti", ujar Emil Salim.

Menurut Emil, kondisi alam yang membaik seharusnya disikapi sebagai momentum untuk berubah. Waktu dimana kita melakukan aksi radikal tak kala dua kontras terjadi, yaitu: "1970, alam rusak, masyarak ekonominya booming/ naik. Sedangkan 2020, alam membaik, manusia babak Belur", kata Emil Salim.

Maka pelajaran yang bisa kita tarik, menurut Emil, adalah, bagaimana membangun di masa depan, namun tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya alam. "Supaya alam yang baik tetap bisa dilestarikan, lalu bagaimana bekerja dengan jarak, artinya dengan teknologi", ujar Emil Salim penerima Blue Planet Prize pada tahun 2006 dari The Asahi Glass Foundation.

Emil Salim juga menekankan tentang peningkatan sumber daya manusia, melalui ilmu pengetahuan. Disinilah konsep pengayaan (resourse enrichment) muncul sebagai jawaban atas kegelisahan para aktivis dan pemerhati lingkungan selama ini.

"Bagaimana enrichment memperkaya sumber daya alam. Jadi pola pembangunan nantinya, manusia mengembangkan eonominya harus alami perubahan", tegas Emil.

Bagi pendiri Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) itu, anjuran melakukan social/physical distancing, belajar/ bekerja dari rumah, hingga mengurangi mobilitas yang tidak perlu, memberi pemahaman baru tentang mengapa kita perlu adil terhadap Bumi.

"Belajar dr sini, kita harus membangun cara lain yang dibandingkan dengan kemarin. Ini pelajaran dari hari Bumi sekarang ini", tegas Emil Salim.

Belajar Dari Masyarakat Adat

Lalu, apa yang terjadi pada masyarakat adat, masyarakat terpencil yang banyak di temukan di sekitar hutan, sepengetahuan Emil Salim, hendaknya digali kearifan lokalnya. Pasalnya dari situ, Emil meminta kita untuk belajar, tentang survival dan hidup serasi dengan alam tanpa merusaknya.

"Apa yang kita tampak dari masyarakat adat, membangun sesuai dengan keadaan alam. Dia tidak merusak alam, malah memperkaya alam, enrichment", tegas tokoh tiga zaman yang masih aktif berkegiatan hingga saat ini.

Karena itu, bagi Emil Salim, yang prinsipil adalah sikap manusia yang tidak serakah, tidak eksploitatif dan hidup beriringan dengan alam. "Sudah waktunya kita beralih dari manusia yang eksploitatif, dimana alam dirusak, dibom, digali di macam-macamin, kita tinggalkan", paparnya.

Sementara disaat bersamaan, masyarakat adat dengan local wisdom (kearifan lokal)nya terbukti mampu hidup serasi dengan alam. Bahkan di masa pandemi Covid-19 saat ini, banyak dari mereka yang mampu melindungi diri, sehingga terhindar dari wabah tersebut.

"Maka bolehkah wisdom itu dikaitkan dengan ilmu pengetahuan, untuk memahami nilai tambah dari buah-buahan, dari tanaman, termasuk juga dari apa yg diketahui masyarakat  adat", papar Emil Salim yang sempat menjabat anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 10 April 2007 dan pada 25 Januari 2010.

Contoh-contoh, seperti bagaimana suku-suku terasing mampu menghadapi serangan nyamuk malaria, atau tentang ulat atau cacing untuk penawar sakit perut, dan banyak cerita lainnya, menurut Emil Salim, perlu diteliti lebih lanjut.

"Ada local wisdom yang mereka gunakan untuk menghadapi masalah, bagaimana mereka menundukkan alam, binatang liar dengan menggunakan bahan dari hutan, juga bisa digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit", ujar Emil Salim.

Itulah mengapa, Guru Besar FEUI itu berkeyakinan bahwa wisdom yang memungkinkan masyarakat adat dan suku-suku terasing mampu bertahan hingga sekarang. Meski jumlahnya tidak bertambah drastis, namun satu yang pasti mereka tidak punah.

"Persoalannya sekarang,  local wisdom itu belum dikembangkan oleh para ilmuwan yang memiliki ilmu pengetahuan", jelas Emil Salim.

Ilmuwan Perlu Dilibatkan

Jika diteliti, wisdom yang ada akan berkembang, termasuk digunakan oleh masyarakat modern saat ini. "Apakah menjadi obat, sehingga ada fungsinya pengetahuan masyarakat lokal. Bisa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan", kata Emil Salim.

Lebih jauh, Ketua Delegasi Indonesia dalam Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Bali (3-14 Desember 2007) itu menantang para ilmuwan untuk lebih peduli terhadap sumberdaya alam hayati (biodiversitas), termasuk biological resources.

"Sudah saatnya kita mencari nilai tambah dari biological resourses, bertolak dari apa yg dimiliki masyarakat adat di Indonesia", ujar Emil Salim.

Ketika pengetahuan atau kearifan lokal itu berguna, maka masyarakat disekitarnya, termasuk pemerintah akan memberikan pengakuan. Ini yang menurut Emil Salim sebagai "masyarakat adat dan suku terasing akan naik kelas, ketika ada pengakuan atas budaya yang mereka pertahankan hingga sekarang".

Semua itu hanya mungkin terwujud ketika pengetahuan digali, diperkaya sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan terbaru, buah dari karya kreatifitas yang terus menerus.

Sebagai contoh, Emil mengisahkan tentang mengapa Orang Rimba di Jambi rentan terhadap hepatitis & malaria, padahal genetik mereka mampu beradaptasi degan baik dalam waktu lama.

Lalu, mampukah para ilmuwan memahami hepatitis dan malaria di Orang Rimba, termasuk mengenali segi-segi genetika apa yang menyebabkan penduduk tersebut peka dengan penyakit tersebut?

"Sehingga jangan sampai malaria dan hepatitis justru menjadi penyebab musnahnya Orang Rimba", kata Emil Salim.

Untuk itu, kreatifitas dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, bagi Emi Salim merupakan jawaban untuk memahami mengapa genetika Orang Rimba peka terhadap hepatitis dan malaria.

"Kuncinya kita mengembangkan pengetahuan Orang Rimba. Mereka punya kearifan lokal, bisakah kearifan tersebut diteliti para ilmuwan, khususnya tentang biological resources, agar bisa digunakan untuk kepentingan umat manusia", pinta Emil Salim.

Dengan begitu, setiap masyarakat adat dan suku terasing di Indonesia, memiliki jasa terhadap kemanusiaan dan Bumi, khususnya. "Sehingga pemerintah akan melihat orang rimba dalam perspektif berbeda. Jangan sampai kita melihat mereka, seperti masuk museum", papar Emil Salim.

Pentingnya Enrichment

Dari peristiwa itu, kita akan memahami bahwa sudah waktunya kita beralih dari konsep  eksploitatif ke resource enrichment atau pengayaan sumberdaya alam hayati.

"Apa yang kita pelajari hari-hari ini dari pembangunan yang merusak, harus diubah, sehingga tidak menghancurkan, tidak memeras, tidak menggali, tidak menghantam tapi menjadi memperkaya", terang Emil Salim.

Jadi secara sederhana, kita mungkin bisa menyimak Surah An-Nahl, kata Emil Salim. Disurat itu dikisahkan mengenai peran lebah bagi manusia.

"Mengapa lebah diangkat? Karena lebah adalah sumber untuk menyebarkan serbuk ke bunga, ke tanaman, ke buah-buahanan. Dia menjalankan fungsi untuk menyebarkan kekayaan alam. Mengapa kita tidak belajar dari alam itu", ungkap Emil Salim yang merupakan Anggota Dewan Pembina Yayasan Kehati.

"Sudah waktunya kita tidak merusak, tidak mengeksploitasi, tetapi memperkaya alam, agar isinya, ekosistemnya, biodiversitasnya tetap terjaga", tambah Emil Salim

Dengan demikian, kita juga memperkaya kehidupan manusia yang serasi dengan ekosistem alam.

Bangkit Yang Benar

Sementara kaitannya dengan kemampuan untuk keluar dari pandemi Covid-19, Emil Salim melihat ini sebagai momentum untuk bangkit. "Persoalannya bukan bangkit yang cepat dari pandemi, tetapi bangkit yang baik dan tidak mengulangi kesalahan yang sama, sehingga kembali pada krisis yang lalu", ujarnya.

Emil Salim menilai, apa yang diajarkan oleh pandemi ini adalah tekanan terhadap social safety nett (jaringan sosial). "Berarti jaringan kemiskinan penduduk yang perlu ditangani, karena jumlahnya banyak sekali. Dimasa depan tidak boleh lagi ada gap kemiskinan yang demikian besar", pinta Emil Salim.

Lalu, Emil Salim juga mengkritisi terkait minimnya hasl penelitian-penilitian terbaru, khususnya tentang Covid-19. Ada yang salah dengan kondisi saat ini, ketika Emil menyebutnya sebagai "ilmu seolah olah berhenti".

"Ketika tidak ada para pemikir kita yang mencari obat antivirus. Artinya apa? Pendidikan kita tancap gas pada ilmu kesehatan di seluruh Indonesia", kata Emil Salim.

Terakhir, Emil Salim meminta pemerintah untuk beralih dari energi kotor ke energi yang ramah lingkungan. Faktanya, menurut Emil, karena di saat wabah, ditemukan harga batubara, minyak bumi justru anjlok.

"Hilang batubara dan minyak bumi, jadi itu yang terjadi kalau kita berlanjut pada eksploitasi sumber daya alam", tegas Emil.

Itulah mengapa, jika tidak dimulai dari hari ini, Emil Salim membayangkan dunia secara global akan menghadapi jalan buntu, jika perubahan yang berpihak pada alam tidak dilakukan.

"Ke depan, kuncinya bukan pada eksploitasi sumberdaya alam, tetapi pada resource enrichment", pungkasnya.***
-->
Viewing all 1284 articles
Browse latest View live